Diari Bulan Januari 2022

3 Januari 2022
Waterfall (Air jatoh) kata Bung Willy


"Qui bene cantat, bis orat." (Ia yang bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali).

Pelayanan Paduan Suara di Biara CDD, Malang.

4 Januari 2022
Semacam nazar setelah mengakhiri semester satu, kami para frater Unity in Diversity meluncur menuju Lawang.










13 Januari 2022
Pejuang nasi bungkus, membagikan nasi kotak di jalan-jalan kota Malang

14 Januari 2022
Stand by us ... Fratres Ketapangensis




23 Januari 2022
Kunjungan Romo Laurensius Sutadi, Pr (Vikjen Keuskupan Ketapang) ke Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang dalam rangka mengunjungi para frater yang melaksanakan studi di Malang. Atas kunjungan tersebut, memberikan kekuatan dan dukungan bagi para frater yang masih dalam perjuangan studi dan pembinaan. Turut hadir hadir Romo Yohanes Endi, Pr selaku Prefek Studi dan juga imam dari Keuskupan Ketapang. "Kunjungan seperti ini harus dilakukan karena di zaman saya tidak ada kunjungan sama sekali," ungkap Romo Sutadi. Terima kasih kepada Romo Sutadi yang telah mengunjungi kami.

























24 Januari 2022
Yey... Seragam almamater baru... Salah satu busana kebanggan selain jubah, bangga lho bisa menjadi salah satu bagian dari keluarga STFT Widya Sasana Malang, sahih man teman...











26 Januari 2022
Kujalani hidup ini lewat bukit dan lembah
Lewat gunung dan lautan
Kuterjang badai topan
Tak pernah kumenderita walau miskin dan hina
Kuserahkan harapanku di bawah salib-Mu

Dalam hidupku, slalu kudengar
Panggilan hidupku
Kutahu ya Tuhan
Pada-Mu kurasa bahagia

Mari bergabung bersama kami di Keuskupan Ketapang
Seminari Menengah St. Laurensius Ketapang @seminarilaurensius
Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang


Di Kalimantan, memang banyak jalan-jalan yang rusak parah tapi masih bisa dilalui lah serta aman pula. Dibandingkan jalan mulus, beraspal, rata tapi banyak makan korban.

Jadi filsafatnya adalah pada habit masing-masing. Menurut Caornelis Anthonie Van Peursen dalam bukunya yang berjudul Strategi Kebudayaan. Padahal masyarakat kota sudah memasuki dan melewati dimensi ontologis menuju dimensi fungsionalis dengan ragam pemikiran yang maju. Realitanya malah semakin menjorok ke arah dimensi mitis dengan penggunaan diksi "Jin buang anak", 'Monyet Kalimantan","Pasar Kuntilanak dan Genderuwo". Apakah semakin hidup di kota, paradigma orang akan semakin maju? Realitanya tidak sepenuhnya benar. Buktinya Edy Mulyadi, politikus PKS yang mengaku tinggal di kota Metropolitan memiliki pemikiran manusia dalam dimensi mitis. Pemilihan kata-kata tersebut menjadi cerminan bahwa rasional dan akal nalar tidak sepenuhnya digunakan oleh manusia yang memiliki intelektual.

Perhatikan saja, orang yang hidup di pedalaman dan jalan yang rusak cenderung berhati-hati terutama dalam bersikap dan bertutur kata. Sementara orang yang merasa hebat karena hidup di kota, jalanannya licin, beraspal, dan mulus lebih banyak yang sembrono, asal bertindak, dan semau hati dan membahayakan dirinya sendiri.

Tidak apa disebut monyet Kalimantan, daripada yang ngatain monyet, yang tidak menyadari bahwa dirinya adalah manusia yang berpikir rasional. Salam budaya nyet...


27 Januari 2022
Ngantri Vaksin Booster Astra-Zeneca. Ayuk kita vaksin!

Suntiknya gak kerasa sama sekali...

30 Januari 2022
Selamat dan Profisiat atas para frater Diosesan Keuskupan Ketapang yang menerima jubah: Fr. Wendy, Fr. Rohid, Fr. Ferian dan Fr. Ajung. Awal yang indah untuk masa depan panggilan yang cerah. Selamat berproses dalam menjadi-mencintai Tuhan saat ini hingga selamanya.









31 Januari 2022
Muda dan bergaya (plesetan dari tua dan berbahaya). Sesekali melihat dunia luar dan mengabadikannya. Di dalam kita belajar, ke luar kita berkarya.










Doc. : @galeri_bean @edosuryajayaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar