Diari Bulan April 2024

Senin, 01 April 2024

Pagi hari ini terlihat cerah, aku bersukacita karena boleh bangun tidur dan merayakan Ekaristi. Sebab momen inilah yang kutunggu untuk menghubungkan aku dan orang-orang yang kukasihi yang telah mendahuluiku. Pada saat Ekaristi tadi pagi, Aku merenung dan berkontemplasi, dan tiba-tiba Aku teringat dengan bapak, bagaimana mama dan adikku menceritakan bagaimana mereka melihat sendiri detik-detik ayahku meninggal dunia. Ya, Aku sendiri sangat sedih kendati tidak bisa hadir saat itu. Tetapi kontemplasi pagi ini menyentakku, bagaimana bapak mengakhiri nafas terakhir, seperti Kristus yang wafat di kayu Salib. Ini tidak dapat dibayangkan, tetapi bapak sempat menyerukan kata,"Umak" yang artinya Ibu. Sebuah kata dari seorang anak yang tidak tahu harus mengadu ke mana, selain ibu. Dalam tradisi orang Ketapang, "Umak" bisa juga berarti ungkapan rasa sakit, terkejut, seperti kata "Alamak". Saya merenungkan, kata ibu ini dapat berarti ibu kandung yang telah lama mendahului bapak, atau Ibu lain yang datang menjemput semua orang beriman ketika ajal tiba. Di dalam doa Salam Maria, "Santa Maria, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati". Di saat kematian, Aku merasa orang tidak lagi mampu memikirkan apa yang harus diperbuat atau dikatakan, tetapi Aku mengimani bahwa bapak dalam kontemplasiku, telah berjumpa dengan sang ibu. Awalnya rasa kantuk yang mencekikku pagi ini begitu kuat, tetapi kontemplasi ini kemudian membuatku menarik nafas panjang, di sisi lain Aku bersyukur, bapak sudah bahagia dan telah berjumpa dengan sang Ibu. 

Kegiatan selanjutnya adalah bersih-bersih unit. Hari ini yang ingin kubersihkan adalah kamarku dan juga lorong-lorong sepanjang unit 9. Saat ini mulai musim influenza, maka kamar dan unit harus begitu bersih sehingga tidak menimbulkan kuman atau virus yang membahayakan tubuh. Ada seekor anak anjing yang datang ke unit, berwarna coklat dan aku bermain-main sebentar dengannya. Teman-teman yang lain membersihkan halaman, pamong unit sibuk menyingkirikan dedaunan di taman-taman unit, Fr. Dunatus mengelap kaca antara pintu masuk dan pintu belakang. Semuanya bekerja dengan baik dan gembira. Puji Tuhan!

Sore tadi, Fr. Joni Kasnube dari Keuskupan Denpasar datang ke kamar, menanyakan cara memformat halaman daftar isi yang berbeda-beda, daftar isi dst menggunakan romawi kecil, bab I dst menggunakan angka. Kebanyakan orang tidak mengetahui langkah-langkah ini, tetapi syukurlah karena berkali-kali dimintai tolong hal yang sama seperti ini, hal itu bukanlah perkara sulit. Selamat menyelesaikan Skripsi Fr. Joni! Selamat Sarjana Filsafat selanjutnya!

Selasa, 02 April 2024
Refleksi Camino 2nd San Giovanni XXIII di Benjor Pine Camp Ground, Tumpang hari-1

 
Sejak kemaren, panitia begitu gesit mempersiapkan Kegiatan Akbar tahunan yang dimulai tahun lalu oleh Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang. Sebelumnya kegiatan Camino pertama diadakan di Kebun Rojo Camp Ground, Batu. Kali ini Camino diadakan di Benjor Pine Camp Ground di wilayah Tumpang. Jika dibandingkan dengan Camino pertama dan Camino saat ini, Formator dan Staff sudah belajar dari pengalaman pertama di mana sebelumnya, peserta dibagi menjadi dua jalur. Jalur pertama adalah jalur Goweser, di mana para Frater yang menggunakan sepeda melewati jalur yang cukup panjang dan menanjak. Kedua, jalur pejalan kaki di mana jalur yang dilewati sedikit lebih pendek bagi mereka yang pejalan kaki. Untuk Goweser ternyata memakan energi yang sangat besar, karena melawan tanjakan selama berjam-jam, tidak semua sepeda yang digunakan dalam kondisi prima termasuk saya. Sehingga, sepeda yang harusnya dinaiki, pada akhirnya hanya diseret hingga sampai tujuan. Dan itupun begitu membebani karena selain sepeda, beban di pundak juga begitu berat. 
 
Rundown Camino, silakan klik di sini

Tahun ini, seluruh peserta Camino sungguh-sungguh berjalan kaki, kecuali panitia. Panitia menggunakan sepeda motor untuk mempersiapkan lokasi secepat mungkin (tenda, post-post, dan bahkan peserta yang sudah tidak mampu berjalan lagi). Camino dalam bahasa Spanyol berarti berjalan. Romo Tri menjelaskan dalam bahasa Italia, Camino ditulis dengan double "m", Cammino yang artinya berjalan. Motto yang dipakai dalam Camino adalah Amigos, Amigos, Amigos por Siempre (Teman, Teman, Teman Untuk Selamanya). Saya ingat ketika masih kecil, ada sebuah Telenovela yang berjudul sama dengan slogan Camino ini: Amigos Para Siempre. Ada bermacam-macam karakter dalam film anak-anak ini. Kadang mereka berteman, berkelahi, tetapi pada akhirnya berdamai dan berteman lagi. Ini film masa kecil yang sangat bagus untuk mengajarkan bahwa dalam berteman, kita tidak boleh membeda-bedakan diri kita dengan orang lain. Sebaliknya, merangkul setiap orang sebagai teman akan mempermudah kehidupan serta mengajarkan banyak hal penting dalam nilai-nilai kehidupan. Dalam kondteksdan fa panggilan, "Amigos Por Siempre" bukan sekedar kata yang dijargonkan atau diserukan, melainkan filosofi kehidupan yang sesungguhnya ada dan hidup dalam diri setiap orang sebagainya zoon politicon, homo sociocus, dan istilah-istilah lain yang mendefinisikan hal ini. Artinya setiap orang tidak dapat hidup sendiri-sendiri, meskipun para ahli membagi manusia secara psikologis salah satunya sebagai makhluk introvert, itu hanya pengalihan energi yang membuat manusia memiliki potensi besar jika dia menyendiri, bukan hidup sendiri. Menyendiri Aku refleksikan sebagai menguduskan diri, berasal dari kata Kadhos yaitu terpisah. Banyak orang yang sudah berkecimpung di dalam berbagai kehidupan, menghabiskan energi untuk menyelami dunia, bekerja sama, membangun relasi, berhubungan satu dengan yang lain, lalu ia menyimpan energinya untuk mempersiapkan diri pada Duc in Altum selanjutnya. Aku melihat sosok Kudus paling ideal dari sosok Yesus Tuhan kita. Yang dalam pelayanan sehari-hari-Nya tiada lelah berkutat dengan banyak orang, mukjizat, mengajar, bercengkerama dengan para peniten (Pentobat: Aku menyebut mereka yang berdosa yang datang pada Yesus sebagai pentobat), mengunjungi setiap orang yang membutuhkan pertolongan, dlsbg. Hal yang dilakukan Yesus ini membutuhkan energi yang sangat besar, sehingga jelas Yesus setelah bertolak lebih dalam, Ia pergi ke tepian untuk melihat-lihat ikan apa yang sudah didapatkan, sampah-sampah mana yang tersangkut di jaring. 

Menyendiri dalam refleksiku berarti memisahkan diri sejenak untuk memilah apa yang baik yang sudah kulakukan dan apa yang buruk yang harus kuperbaiki agar aku tidak melakukan hal-hal yang sama atau memikirkan strategi lain yang bisa kulakukan untuk berbuat yang terbaik yang Aku bisa. Kembali pada Camino, sebelum mempersiapkan Camino, aku terlebih dahulu mempersiapkan apa yang harus kubawa dan apa yang tidak perlu dibawa. Tim kami "Avatar" juga sudah mempersiapkan yel-yel dan penampilan dalam sebulan waktu lamanya. Kami memilih Avatar sebagai nama tim terinspirasi dari Film Avatar: The Last Airbender. Film ini sungguh-sungguh menggambarkan Camino. Di mana mereka baik Aang (Sang Avatar), Katara, Sokka, Appa (Bison Terbang) dan Momo (Primata Terbang) berkelana untuk menyelamatkan dunia. Avatar adalah tokoh utamanya namun dia tidak seperti Avatar sebelumnya, yang mengandalkan kekuatan sendiri, ia mengandalkan kekuatan teman-temannya. Ikatan persahabatan mereka sangat kuat, karena mereka sama-sama kehilangan orang tua dan bangsanya. Aang bahkan merupakan satu-satunya ras tersisa karena pembantaian yang dilakukan oleh Negara Api terhadap kaumnya. Saat genosida itu berlangsung, Aang bersama bisonnya bermain di tengah samudera yang terkena badai lalu ia bersama bison terbangnya terjebak dan membeku dalam es selama 100 tahun. Seperti kisah Yesus yang selama dari pembantaian Herodes, Aang selamat karena ia terpisah dari kawanannya dan terselamatkan. Peristiwa memisahkan diri ini mengandung makna yang dalam dan sudah berkali-kali kuterapkan dalam hidupku sendiri, demi mengumpulkan energi yang besar agar siap disalurkan melalui berbagai aktivitas sehari-hariku. Kelompok Avatar terdiri dari Bayu (Ketua kelompok), Anes, Hendi, Beato, Paskalis dan aku. 

Hari Camino dimulai, pagi-pagi kami Misa dan mempersiapkan kekuatan rohani dalam Ekaristi. Tentu saja dalam setiap refleksiku, Ekaristi seperti kekuatan yang diberikan Tuhan agar aku mampu melaksanakan seluruh aktivitas dengan baik dan lancar. Aku tidak setuju menyebut pikiran ini sebagai sugesti karena tidak ada kekuatan di luar yang berinisiatif, atau dorongan luar yang memberi kekuatan , melainkan kekuatan dalam di mana kuyakini dalam iman adalah Kristus sendiri yang menggerakkanku. Karena terkadang dalam kebingungan dan tidak tahu arah tujuan hidupku, Tuhan dalam Ekaristi memberiku inspirasi dari sabda-Nya untuk berbuat dari Firman-Firman sederhana yang dibacakan oleh Lektor maupun homili yang disampaikan oleh imam. Ekaristi dan sabda-Nya adalah satu paket santapan rohani yang menguatkan jiwa.

Setelah itu, kami dipersiapkan dalam kelompok masing-masing. Atribut-atribut yang dipersiapkan kami bawa dan kami siap berangkat menuju Lokasi yaitu Gereja Paroki Tumpang. Untuk ke Tumpang, kami menggunakan Angkot biru dan kami dibagi menjadi beberapa kelompok lain sesuai angkot. Sebelum berangkat, kami mengabadikan momen dengan berfoto bersama sembari membentangkan spanduk Camino. 

Camino 2024: Amigos, Amigos, Amigos por siempre!
Pemandangan dalam angkot

Tiba di Paroki Tumpang, kami disambut oleh Pastor Paroki dan umat. Mereka mempersiapkan makanan dan minuman untuk kami santap sebagai kekuatan jasmani sebelum berjalan menuju lokasi. Ini merupakan penyemangat yang lain yang boleh kami terima dalam perjalanan nanti. Selain makanan jasmani, aku pribadi kembali menerima makanan rohani yang kurenungkan sebagai kebaikan Tuhan dari tangan-tangan orang lain yang peduli pada kami semua. Ada rasa haru yang aku alami dan menjadi pemantik tambahan untuk tidak mengeluh sebab di belakang kami ada orang-orang yang mendukung dan menguatkan kami dengan doa-doanya. 


Sembari menunggu giliran

Sebelum berangkat, panitia memberikan kami rute-rute yang akan dilewati. Kami termasuk kelompok terakhir karena sebelum kami, sudah ada kelompok-kelompok lain yang mendahului. Di depan, ada seorang suster OSA tapi aku lupa nama beliau. Lucunya, beliau malah ingat denganku karena sejak OMK aku sudah pernah bertemu dengan beliau. "Wahhh Sesco ya, selamat yaaaa," katanya. Beliau juga mengingatkan kami bahwa ada beberapa kelompok yang sudah tersesat lebih dahulu dan berputar-putar lalu kembali ke jalur semula. Akhirnya kami berpamitan dan melanjutkan perjalanan. 
 

Untuk tubuh gemuk sepertiku, perjalanan ini mungkin cukup berat. Akan tetapi, karena semangat dari kelompokku yang solid, kami tidak saling meninggalkan. Kami membagi kelompok menjadi dua, tiga di depan dan tiga termasuk aku di belakang. Di depan mereka bisa beristirahat sembari menunggu kami yang ada di belakang. Langit cukup bersahabat dan matahari bersinar sangat terang. Syukurnya, kami berjalan tanpa kesulitan dan tidak tersesat seperti kelompok sebelumnya sehingga perjalanan terasa begitu mulus. 
 
Soal game pertama, bisa klik di sini soalnya
 

Aku mengenakan atribut tanduk di kepala sehingga menarik perhatian penduduk. Khususnya anak-anak semua menyapa, dan kami mengajak mereka "tos" sebagai hiburan. Jalan semakin menanjak, aku beberapa kali terhenti karena nafas seperti di ambang batas. Meskipun semangat berkobar-kobar, aku sudah menyadari batasanku. Aku tidak kuat, dan satu-satunya cara untuk menyadari keterbatasanku adalah berhenti dan beristirahat. Aku tahu, teman-teman ingin segera tiba di lokasi, akan tetapi kami tidak dapat meninggalkan satu dengan yang lain. Beberapa kelompok yang kami lewati terlihat berpencar, ada satu kelompok di depan, dan yang di depan menunggu di belakangnya. Tetapi kelompok kami tetap pada kawanan, walau sejenak mendahului di depan pada akhirnya tetap menunggu kami yang ada di belakang. Senyum ramah penduduk, menghibur kami. Dari muda hingga tua, kami disapa dengan ramah. Terlihat beberapa penduduk sedang mencari rumput untuk pakan ternaknya, juga menyapa kami dengan sangat ramah. Keramahan penduduk ini adalah wajah-wajah Liyan yang kami temui. Menarik, di atas beberapa motor mematikan mesin dan turun ke bawah untuk menghemat bensin. Cara-cara kreatif mereka menginspirasiku selama perjalanan. Tentu saja selama mencari rumput sudah lelah bukan main, apalagi mengangkutnya hingga ke kendaraan. Mereka tidak mengeluh, justru mereka menjalaninya dengan gembira dan sukacita demi ternak yang mereka pelihara. Aku juga tidak akan berhenti hingga sampai tujuan. Selanjutnya kami tiba di post pertama. Sebelumnya kami diberikan soal gambar dan dikumpulkan pada post pertama.

Semua tim berhenti di Post 1



Di Post 1 (satu)

Setelah mengambil makanan di post pertama, kami tidak segera makan di tempat karena perut terasa tidak lapar, kami sepakat melanjutkan perjalanan menuju rute selanjutnya. Perjalanan masih jauh, kami harus menghadapi lelah dan letih. Jalan semakin menanjak, sesekali kami beristirahat di tepi jalanan. Tubuh rasanya masih kuat berjalan, tetapi nafas ternyata sudah tersengal-sengal, aku tak dapat memaksakan kenyataan bahwa aku kelelahan. Aku teringat dengan jalan salib yang sudah dijalani pada masa Prapaskah lalu di mana Yesus merasa lelah kemudian terjatuh. Kelelahanku memang tidak dapat dibandingkan dengan lelahnya Kristus karena menanggung kematian akibat dosa manusia. Namun karena ingatanku tentang hal ini, aku tersadar, bukan waktunya aku mengeluh. Saat terduduk itu, aku melihat diriku sendiri. "Ayo, kita lanjutkan" ungkapku pada teman-teman seperjalananku. 

Gerimis mengundang, aku membawa payung yang cukup besar untuk tiga orang. Tetapi karena kami berenam, aku tak tega hendak menggunakan payung tersebut. Dalam rintik-rintik, kami berjalan terus melawan tanjakan di depan. Hujan semakin deras, syukurlah ada balai Desa Benjor. Kami sekelompok itu, berteduh s makan siang di kantor Desa. Pak Kades ternyata salah satu kordinator yang mempersiapkan cathering di Benjor Pine Camp, rumahnya tidak jauh dari Balai Desa, hanya sekitar 100 meter. Tetapi jarak menuju Camp, sekitar 4 kilometer lagi. Aku dan teman-teman meminta izin dan memohon maaf untuk makan siang dan Kades beserta staff mengijinkan. Aku bersyukur, masih ada rasa toleransi dari tokoh pemerintah desa. Mereka juga menutup serambi dengan bilik, sehingga kami yang sedang makan tidak terlihat oleh masyarakat sekitar yang sedang berpuasa. Setelah kenyang dan hujan reda, kami melanjutkan perjalanan. 
 

Berteduh sembari makan siang di Balai Desa Benjor
 
Santap siang Lur...

Sekitar satu jam kemudian, aku bersama teman-teman tiba di Post 2. Di post ini, kami memulai permainan selanjutnya. Permainan ini pernah kumainkan ketika Masa Orientasi Mahasiswa di STMIK Widya Dharma Pontianak dahulu. Jadi, kami harus bertahan di sebuah bidang berupa kardus yang hanya seukuran 50x50 cm. Kami, sejumlah 6 orang itu, bagaimanapun caranya harus bisa berdiri tanpa menginjak area di luar kardus. Satu orang bertugas memindahkan kardus kedua untuk diinjak lagi sehingga seluruh tim pindah ke kardus kedua. Ada titik awal dan titik akhir di mana kami semua melalui kardus itu harus sampai di titik akhir yang telah ditentukan. Akhirnya kami mencoba, aku menggendong Beato, Hendi menggendong Bayu, Paskalis sendirian dan Anes menggerakkan kardus. Hasilnya, kami berhasil menuju titik akhir dengan waktu 1 menit 4 detik, masih belum bisa mengalahkan rekor dari kelompok lain yaitu 58 detik. Tidak apa, kami bersyukur sehingga semuanya dapat dilalui dengan baik dan kompak. Setelah mengisi air dindalam Tumbler, kami berangkat kembali ke tujuan selanjutnya, Bejor Pine Camp Ground. 
 
 
Kelompok Reginal dkk.
 
Tak mampu jangan dipaksa, istirahat dulu

Sedikit lagi sampai

 
Sudah tiba di lokasi
 

Meskipun belum berhenti tanjakannya, tetapi area menuju Camp Ground sangat bersih dan asri. Kami semua dimanjakan oleh pemandangan sekitar yang sangat bersih, tertata rapi dan di tumbuhi dengan aneka tanam-tanaman hias. Semuanya begitu indah, hingga rasa lelah seperti menghilang secara tiba-tiba. Sembari mengingat-ngingat kembali yel-yel ala Avatar kami, kami berjalan terus hingga sampai di gerbang Benjor Pine CampGround. Di sini, kami disambut oleh para Panitia dari Frater S2 dan diminta untuk bergegas menuju tenda masing-masing dan beristirahat. Praktis, aku yang telah mencapai batasnya, tertidur walau tidak pulas, tetapi waktunya cukup untuk merebahkan diri. Karena tidak bisa tidur pulas, aku bangun dan membuat kopi di posko konsumsi. Aku melihat-lihat pemandangan dari atas, sungguh, sangat indah dan luar biasa indah. Aku duduk memandang hijaunya alam dan jurang di bawahnya. Sambil menyeruput kopi, berkali-kali aku memuji Tuhan,"Luar biasa, puji Tuhan dan besar kuasa-Mu Tuhan". Beberapa lamanya, aku memandang pemandangan menakjubkan itu. Untuk melepas lelah, aku mandi dan merasakan air dingin di puncak pegunungan Benjor Pine Camp Ground. Baru setelah mandi, aku Pukul 19.00, kami semua makan malam dan rasa makannya terasa nikmat sekali. 
 
 
Ketapang Fratres Team

Setelah makan malam, sekitar pukul 20.00, kami semua menuju sebuah lapangan dan di sana kami menampilkan berbagai macam penampilan kreatif yang telah kami persiapkan jauh hari sebelumnya. Aku dan teman-teman setim sudah menanti-nanti giliran untuk tampil, tetapi belum juga tiba. Aku menyaksikan penampilan teman-teman yang begitu spektakuler, berani dan out of the box. Soal menang atau kalah, rasa-rasanya tidak terpintas sedikitpun dalam benakku sendiri. Yang paling penting, aku bisa menikmati setiap penampilan. Kadang riuh suara teman-teman yang ikut meramaikan penampilan, sorak sorai, dagelan, candaan semata-mata untuk hiburan belaka. Namun sangat disayangkan, tiba-tiba turun hujan. Penampilan tim kami dan beberapa tim yang tersisa dilanjutkan pada esok hari. Kami semua kembali ke tenda dan beristirahat. Karena diguyur hujan, bagian tepi tenda kami terasa lembab. Aku sengaja berada di tepi tenda agar yang lain bisa beristirahat di tengah-tengah yang tidak lembab. Aku merasa baik-baik saja karena aku mengenakan sweater tebal, sarung di kaki dan celana panjang sehingga tidak terlalu terasa dingin. Sekitar pukul 24.00, aku terbangun karena Hendi datang membawa sepiring sosis yang sudah dibakar. Dengan mata yang masih berkuanng-kunang, aku menyantap beberapa tusuk sosis panggang itu. Seketika mataku melek. Aku keluar tenda dan melihat beberapa anggota setim: Hendi, Bayu, Beato, dan Anes sedang sibuk memanggang sosis dan daging ayam. Di perapian aku duduk dan ikut membantu membakar ayam. Karena hangat bara api, udara dingin di sekitar tidak terlalu terasa. Bahkan hujan tidak lagi terlihat saat kami membakar daging dan sosis. Sampai semuanya terpanggang habis, kami menyantap bersama semua bakaran itu, kecuali Ronald yang tertidur pulas. Beberapa potong ayam panggang sudah kami sendirikan di sebuah piring agar besok pagi dapat disantap oleh Ronald. Demikianlah, malam ini berlalu setelah perut terasa kenyang, dalam doa kupanjatkan syukur untuk bangun kembali memuji Tuhan. Amin.

Refleksi:
 

Partisipasi dalam Camino San Giovanni XXIII Malang telah membawa aku pada pengalaman yang mendalam secara spiritual dan filosofis. Dalam perjalanan ini, aku tidak hanya berjalan fisik, tetapi juga melakukan perjalanan batin yang memberikan pelajaran berharga tentang persahabatan, kekuatan dalam kebersamaan, dan pengenalan diri.

Dalam setiap langkah, aku menyadari bahwa kebersamaan adalah kunci utama untuk menghadapi tantangan. Seperti dalam Camino, di mana seluruh peserta berjalan bersama-sama dengan semangat persahabatan yang kuat. Keterbatasan individu tidak lagi menjadi hambatan saat kita saling membantu dan mendukung satu sama lain. Dalam kelompok Avatar yang aku ikuti, kami belajar untuk mengandalkan satu sama lain, seperti karakter-karakter dalam film Avatar: The Last Airbender yang berjuang bersama-sama untuk menyelamatkan dunia.

Pengalaman dalam Camino juga mengajarkan aku untuk menerima keterbatasan dan memahami bahwa kekuatan sejati terletak dalam kebersamaan dan kerendahan hati. Seperti saat aku harus berhenti dan istirahat karena kelelahan fisik, aku menyadari bahwa mengakui keterbatasan diri adalah langkah awal untuk berkembang dan memperkuat hubungan dengan sesama. Dalam kerendahan hati, aku dapat menemukan kekuatan untuk melanjutkan perjalanan, seperti yang aku alami ketika teman-teman seperjalanan secara penuh kasih mengajakku untuk terus maju.

Selain itu, Camino juga mengajarkan aku untuk menghargai keindahan alam dan keramahan sesama manusia. Melalui interaksi dengan penduduk setempat dan keindahan alam sekitar, aku merasakan keajaiban penciptaan Tuhan yang memperkaya pengalaman spiritualku. Keramahan dan kehangatan yang aku terima dari orang-orang di sepanjang perjalanan juga mengingatkan aku akan pentingnya saling mendukung dan merangkul keberagaman dalam perjalanan hidup.

Secara filosofis, Camino San Giovanni XXIII Malang mengajarkan aku tentang nilai solidaritas, persahabatan, dan pengabdian. Sebagai individu, kita tidak hanya hidup untuk diri sendiri, tetapi juga untuk membantu dan mendukung sesama. Dalam mempersiapkan dan menjalani Camino, aku menemukan bahwa kehidupan yang berarti terletak dalam bagaimana kita berkontribusi pada kebaikan bersama dan menjadi teman sejati bagi sesama. Dengan demikian, Camino bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang membawa kita lebih dekat kepada Tuhan dan sesama manusia.

 

Rabu, 03 April 2024
Pagi-pagi aku bangun, sekitar pukul 04.40. Udara begitu dingin, aku membuka resleting tenda dan keluar lengkap dengan sarung. Sungguh, suasana pagi ini begitu dingin ditambah semalam diguyur hujan.Mau sedingin apapun, tetap saja aku bisa bangun pagi. Tanpa membangunkan teman-teman yang sedang tidur lelap, aku keluar melihat-lihat sekeliling. Sasaran pertama adalah kamar mandi. Di sini aku membasuh wajah, mencuci muka, hendak mandi tetapi tersadar bahwa pagi ini akan diadakan outbound. Akhirnya aku hanya mencuci muka saja. Setelah itu, sasaran kedua adalah kopi. Saat akan membuat kopi, ternyata air panas belum tersedia. Syukurlah Fr. Lau begitu sigap sebagai bagian dari tim konsumsi, sehingga tidak beberapa lama, air sudah tersedia. Sembari menunggu air mendidih, aku memakan sosis yang belum dipanggang dengan menggunakan saus Mayones. Tidak lama, sarapan pagi tiba. Bapak Kades yang sebelumnya kami jumpai di Balai Desa ternyata beliau juga yang menyediakan logistik makanan kami. Sarapan pagi ini sangat lezat, ikan lele goreng dan rujak sayur. Sembari makan dengan tenang, sekali lagi, aku arahkan padangan ke seberang Camp Ground di mana hamparan pohon yang luas dipisahkan oleh jurang yang sangat dalam, dan dari tepian terdapat air terjun yang sangat tinggi. Pikirku,"Sebaiknya saya ke bawah sana". Aku mengatakan ini karena sebelumnya, teman satu timku, Hendi dan Beato telah pergi ke air terjun kemaren sore. Sore itu, Hendi sibuk melepaskan pacat (lintah) dari kakinya dengan menggunakan korek api yang kubawa. "Hanya lintah, tidak masalah," pikirku. 
 

Senam dulu Lur....

Sirine dibunyikan, kami semua berkumpul kembali di lapangan yang sama sewaktu penampilan di malam kemaren. Sebelum penampilan, ada senam supaya badan terasa hangat. Senam ini dipandu oleh Victor dan Hendi. Ini adalah saatnya penampilan dari tim-tim yang belum mendapatkan kesempatan semalam karena hujan. Tepat seperti dugaan, ternyata kelompok kami mendapatkan giliran terakhir. Anes berkali-kali lalu lalang dan sudah menduga bahwa kami akan mendapatkan penampilan terakhir. Dengan tetap berpikir positif, kami semua tertawa ketika Beato berkata,"Avatar, tak ada lawan." Dengan kostum yang sejak semalam kukenakan; tanduk rusa betina khas natal dan handuk TikTok (kata Joni), lalu Hendi dengan bola kaki plastik yang dibelah dan digambari tanda avatar sebagai helm dan celana khas Dayak sebagai Avatar Aang, Anes pengendali api, Beato pengendali udara, Ronald pengendali air, dan Bayu pengendali Tanah. Kami semua tampil dengan penuh percaya diri dengan menanggalkan rasa malu. Sementara aku? Aku menjadi Appa: Flying Bison (Bison terbang) milik Avatar Aang. Konsep yang kami gunakan adalah menginkulturasikan elemen-elemen alam sebagai bagian dari Allah. Empat pengendali elemen membacakan teks puisi menurut elemen-elemennya. Meskipun aku hanya memperagakan bison, hanya bisa menggeram (seperti kerbau), ya sebisa mungkin bergerak seperti hewan itu. Dan yang lainnya, juga menampilkan apa yang terbaik seperti yang sudah direncanakan sebulan lalu. Dewan juri dari para Romo kemudian mengumumkan:
 
Kurang lebih apa yang dikatakan oleh para Romo adalah sebagai berikut: 
Romo Dinas: "Sesat!"
Romo Tri: "Saya tidak setuju, justru kalian menampilkan hal yang teologis"
Romo Don: "Kalian mampu menggabungkan elemen-elemen alam"
Romo Mardi: "Penampilan kalian luar biasa"
 
Dalam rasa optimis, aku yakin bahwa tim kami sepertinya menang. Dan nantilah, itu urusan belakangan. Yang penting kami telah menampilkan yang terbaik dari yang kami bisa. Yang kupelajari dari peristiwa ini adalah bahwa persiapan memang diperlukan untuk menampilkan sesuatu secara matang. Sebelum bubar, Frater Gendis mengumumkan kepada kami serta menawarkan opsional, jika tidak mau outbound, teman-teman bisa memilih untuk ke air terjun. Pilih yang mana? Sontak spontan, aku sebagai pencinta alam berseru,"Ke air terjun!" Maka semua sepakat untuk bepergian ke air terjun. Sebenarnya sudah ada bayang-bayang ketakutan dari teman-teman yang sebelumnya sudah datang duluan ke bawah. "Sebaiknya jangan bang, di sana jalannya terjal, takut abang kesusahan", belum lagi adat pacat (lintah) dan sebagainya. Tetapi aku memberanikan diri untuk mendaftar. Namun saat akan melangkah menuju lokasi, beberapa orang lagi-lagi mencoba meyakinkan aku kalau di bawah sana sangat ekstrem. Aku sempat terdiam dan bahkan mengurungkan diri untuk berangkat. Fr. Yoga mencoba meyakinkanku, bahwa aku pasti bisa untuk mencapai ke sana. Ketika semua berkumpul, satu rombongan itu bersiap-siap menunggu guide untuk mengarahkan kami menuju lokasi. 

Ternyata benar apa yang dikatakan teman-teman, rute untuk ke sana benar-benar terjal. Aku sampai-sampai harus menggunakan tenaga serta mental yang besar untuk memberanikan diri ke bawah. Karena jalannya menurun, kami harus melewati jalur-jalur kecil di mana tepian dari jalan-jalan tersebut tidak lain adalah jurang-jurang yang sangat dalam. Jika tidak hati-hati, maka badan akan langsung merosot ke bawah. Dari kejauhan nampak seperti jurang yang dalam, dengan air terjun yang sangat tinggi. Pemandangan landscape yang sangat luas dan megah. Untuk melawan rasa takutku akan ketinggian, aku fokus pada jalan yang ada di depanku, tidak melihat ke bawah jurang, dan terus berjalan dengan hati hati. Sesekali aku merangkak jika jalan tersebut terlihat licin dan terjal. Ada sebuah mata air yang mengalir melalui bambu, dan kata pemandu, itu dapat diminum. Aku meminum air tersebut dan sangat menyegarkan dahaga. Kami terus turun dan turun, hingga menemukan jalan berbatu, menyeberangi sungai dengan tali tambang, dan menyeberangi sungai lagi dengan berpegangan pada dahan-dahan agar tidak hanyut. Hingga pada akhirnya kami sampai di tujuan, oh... sungguh indahnya. Seperti pemandangan dalam cerita fiksi, seperti Jurassic Park pemandangan di depan mata dengan air terjun yang indah, sungguh megah dan indah. Rasa lelah hilang seketika ketika aku melepaskan rasa lelahku dengan berenang di sekitar air terjun, sangat dingin dan segar. Sebelum beranjak pulang, kami berfoto sejenak dan kembali menuju tujuan awal.





Menurun memang tidak terlalu melelahkan, tetapi ketika berjalan di tanjakan yang sebelumnya menjadi turunan yang curam, aku tidak dapat membayangkan betapa lelahnya kaki ini saat melangkah. Sesekali aku berhenti untuk meraih nafas yang semakin lama semakin sulit. Beberapa rombongan satu per satu mendahuluiku. Hanya dua orang guide yang sedari tadi menemani perjalananku. Tubuh mereka kurang lebih sama sepertiku, agak lemu namun sepertinya memiliki nafas yang panjang. Akan tetapi, ketika aku berhenti, beliau-beliau juga berhenti dan berkata,"Ojo dipaksa, Mas." Karena tubuh kita mungkin mampu ke atas, tetapi nafas ini terkadang sudah tidak mampu, maka istirahatlah. Beliau juga menasehati, setiap 10 meter istirahat, baru lanjut lagi dan jangan sampai dipaksakan. Beliau juga berpesan jika berjalan seperti ini, sebaiknya fokus pada jalan di depan, tidak usah melihat ke atas sebab secara psikologi itu akan membuat down. Tetapi jika fokus pada jalan yang ada di depan, perlahan tapi pasti, pada akhirnya akan sampai pada tujuan. Atas saran dari bapak-bapak pemandu, aku berhasil sampai ke atas dengan selamat. Meskipun tertatih-tatih dalam letih, aku merasa bersyukur dan puas karena rasa lelah yang kurasakan selama perjalaan menuju atas sana terbayarkan oleh keindahan yang boleh kunikmati dan kusyukuri. 

Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, pukul 11.30, seluruh peserta Camino melaksanakan misa di lapangan yang sebelumnya digunakan untuk pentas seni semalam dan tadi pagi. Setiap kelompok bertugas untuk menyanyikan lagu, misalkan kelompok kami "Avatar" menyanyikan lagu penutup dan begitu juga dengan kelompok lainnya. Misa dipimpin oleh Romo Gregorius Tri Wardoyo CM, Romo JB Mardikartono SJ, Romo Dimas Satyawardhana Pr, dan Romo Donatus Dole Pr. Memaknai Camino dengan slogan Amigos, Amigos, Amigos por Siempre (Spanyol: Teman untuk selamanya), Romo Tri menegaskan kepada para Frater bahwa Camino menjadi sarana perenungan perjalanan panggilan seperti bacaan Injil di mana Yesus berjalan bersama dua murid menuju perkampungan yaitu Emaus, Romo Tri memplesetkannya menjadi kampung Benjor. "Jika berjalan dengan bersungut-sungut, mengeluh, maka akan terasa berat. Tetapi jika membawa Tuhan selama perjalanan, akan membawa sukacita,"ungkap Romo Tri dalam homili. Syukur kepada Allah, langit begitu cerah dan cuaca semalam yang diguyur hujan berbanding terbalik dengan pagi ini. 

Seperti dugaan awal, kelompok kami memenangkan perlombaan pensi dan juga game selama Camino. Meskipun demikian, kami juga bersukacita karena pensi semalam membawa kesan yang menyenangkan sehingga Camino tahun ini ditutup dengan penuh kegembiraan. Setelah berfoto bersama, kami bersiap berkemas dan akan kembali menuju Malang. Kami turun ke bawah membawa segala perlengkapan yang ada dan berjalan dengan ringan. Kali ini perjalanan menuju ke bawah sangat ringan. Mungkin perjuangan telah usai dan akan berlanjut ke kehidupan nyata, tetapi kenangan selama Camino kali ini akan selalu membekas hingga Camino berikutnya kembali dimulai. Camino 2024! Amigos! Amigos! Amigos por Siempre!



Kelompok Avatar

Refleksi:

Dalam perjalanan ini, aku merasa terhubung secara spiritual dengan alam dan penciptaku. Seperti yang disebutkan dalam Mazmur 121:1-2, "Aku mengangkat mataku ke gunung-gunung, dari manakah datang pertolonganku? Pertolonganku datang dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi." Melalui keindahan alam yang memukau yang disaksikan di sepanjang perjalanan, aku merasa mendapatkan pengalaman langsung dengan keagungan ciptaan Allah. Setiap detik yang kurasakan, terutama saat berada di depan air terjun yang megah, adalah kesempatan untuk memperkuat iman dan hubungan spiritualku dengan Sang Pencipta.

Camino juga mengajarkan aku tentang arti perjuangan dan ketabahan dalam menghadapi tantangan hidup. Seperti perjuangan melewati jalur-jalur terjal dan jurang-jurang dalam perjalanan ke air terjun, kehidupan juga penuh dengan rintangan yang harus diatasi. Sama seperti kata-kata bijak dalam Filipi 4:13, "Aku dapat melakukan segala sesuatu di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku," perjalanan ini mengajarkan aku untuk tidak menyerah dalam menghadapi kesulitan, melainkan untuk mempercayakan diriku kepada kekuatan yang lebih besar dari diriku sendiri.

Selain itu, kebersamaan dalam perjalanan ini memberi pengertian filosofis tentang pentingnya solidaritas dan dukungan antarindividu. Seperti dalam pengalaman kami sebagai kelompok yang saling mendukung dan menguatkan satu sama lain selama perjalanan, ini mengingatkanku akan pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan sesama dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan hidup.

Sekali lagi, Camino San Giovanni XXIII bukan hanya sekadar petualangan fisik, tetapi juga merupakan perjalanan spiritual dan filosofis yang memberi makna dan pemahaman yang mendalam tentang kehidupan, iman, dan solidaritas.


Kamis, 04 April 2024
Hari ini aku bangun pagi-pagi untuk misa di Kapel Suster Pasionis pukul 05.45. Misa dipimpin oleh Romo Suhar. Beberapa frater juga terlihat mengikut misa pagi ini. Kejadian yang cukup jenaka, ketika Romo Suhar melakukan dua kali tanda salib di awal (ntah mungkin karena lupa), setelah membaca antifon pembuka, beliau kembali mengangkat tanda salib. Romo Suhar dengan pembawaan yang jenaka dan kocak, juga menyampaikan homili mengenai hantu. "Jika kita ketemu seseorang, selama kakinya masih menginjak tanah, itu pasti bukan hantu". Para murid, menurut Romo Har, berkesan bahwa kebangkitan yang dimaksud Kristus adalah hal yang baru. Sampai Yesus memastikan bahwa Ia bukan hantu, ia makan ikan goreng di hadapan para murid. "Yesus ketika makan ikan goreng, pasti ada krenyes, krenyes, artinya dia bukan hantu," ungkap Romo Suhar. Point penting dalam homili Romo Suhar adalah mengenai kebangkitan yang mulia. "Kelak, ketika kita akan mati, kita juga akan memperoleh kebangkitan yang mulia seperti Kristus. Bukan seperti Lazarus, yang kemudian bangkit, tetapi setelah itu mati lagi. Kebangkitan Kristus adalah sesuatu yang baru." 

Sepanjang hari ini, aku menyelesaikan tugas dari Romo Denny Firmanto. Bagaimana tidak, tugas yang beliau berikan ini terbilang cukup berat. Ada sebuah buku yang beliau tulis "Pemikiran Teologis Dokumen Konsili Vatikan II" yang isinya harus kami baca, lalu kemudian kami harus mencari referensi, kutipan, catatan kaki yang relevan dan kemudian menuliskannya secara manual dengan tulisan tangan. Jumlah halaman dari buku itu sekitar 98 halaman. Pekerjaan demikian menurutku tidaklah mudah, sebab dengan menggunakan komputer saja, hal tersebut memerlukan perhatian dan ketelitian luar biasa. Apalagi jika dikerjakan secara manual dengan tulisan tangan. Aku merasa, teman-teman yang bertanya padaku lewat WebWhatsApp atau yang datang langsung ke kamarku, merasakan dilema yang sama. Ah, tidak apalah, kerjakan saja secara perlahan, mau sampai jam berapapun, yang penting kerjakan saja dengan baik, urusan nilai soal belakangan, yang penting berproses dan berusaha. Sampai refleksi ini diketik, aku juga masih mengerjakan tugas itu pada halaman 25 dari 98 halaman.
 
Selain mengerjakan itu, dalam sela-sela waktu, aku menyempatkan diri untuk mengikuti lomba Design Logo BEM STFT Widya Sasana Malang. Tidak peduli menang atau kalah, yang penting sudah berusaha. Berikut tampilannya:


 
Jumat, 05 April 2024
Hari libur Paskah telah usai, Camino juga sudah terlaksana, hari ini kami semua kembali menjalani aktivitas di kampus. Aku lembur sampai jam 01.00 kemaren untuk mengerjakan tugas-tugas Romo Denny. Tetapi aku terlalu lelah dan tertidur sembari membuat alarm jam 03.00. Setelah itu bangun kembali dan menuntaskan tugas tersebut. Dengan penuh sukacita aku tidur, dan kembali bangun pukul 04.30 untuk berjumpa dengan Kristus melalui Ekaristi. Ada baiknya memang aku mensyukuri atas segala kesuksesan yang telah kuraih baik tugas-tugas kuliah, tampilan di Camino dan semua hal baik yang boleh aku terima dalam pekan ini. Terima kasih Tuhan. Hari ini tugas Antropologi Budaya Romo Ray dalam bentuk paper dikumpulkan, dan juga tugas Eklesiologi Romo Denny Firmanto. Melelahkan, tetapi juga menyenangkan. Nikmati saja. Amin.

Hari ini, aku mengambil kesempatan untuk presentasi. Mungkin dari semuanya, aku sudah selesai duluan. Dan benar, setelah presentasi, aku diminta Romo Goris untuk langsung submit. Terima kasih kepada Ayut yang sudah meminjamkan laptopnya. Tubuhku sedang tidak fit untuk membawa barang yang terlalu berat. Akibat kurang tidur semalam, hari ini aku terkantuk-kantuk.

Sorenya, pelajaran Antropologi Budaya, Romo Dimas mengajar kami secara daring. Tugas yang diminta adalah membuat paper. Maka, ini harus lekas dikerjakan sebagai prioritas agar suatu hari tidak menjadi beban karena kelupaan mengerjakannya. 

Sabtu, 06 April 2024
Sabtu ada kelas Piet Go, tetapi kelas Eklesiologi Romo Denny tidak ada. Akhirnya kami pulang awal, dan aku menggunakan waktu untuk beristirahat. Anehnya, saat bangun tidur tiba-tiba badanku terasa sangat panas. Mungkin saat sepulang kuliah, aku memasak Indomie Goreng dicampur dengan satu sendok makan merica.
 
Malam harinya, aku bersama Fr. Dendri menginap di Rumah Sakit Panti Nirmala (RSPN) untuk menjaga Romo Mardi yang sedang sakit. Aku berinisiatif untuk memijat kaki Romo Mardi hingga tertidur. Aku membayangkan bapak dulu ketika masih hidup, jika waktu itu aku ada di dekatnya, aku juga akan melakukan hal yang sama. Semoga Romo Mardi lekas memperoleh kesembuhan. Ada kisah lucu ketika subuh. Kami menuju lapangan parkir, tetapi menyadari bahwa kami lupa membawa uang sepeserpun. Aku dan Dendri kebingungan dan sambil meraba-raba isi tas yang memang ngga ada apa-apa itu, akhirnya kami berkata kepada tukang parkirnya,"Maaf pak, kami tidak membawa uang." Syukurlah tukang parkirnya baik, beliau mengijinkan kami pulang. 

Minggu, 07 April 2024
Pagi ini adalah Hari Raya Kerahiman Ilahi, Aku bangun begitu awal dan mandi. Akan tetapi rasanya, panas di badanku tidak lekas menghilang. Akhirnya aku  paksakan mandi, dan mulai terasa agak nyaman karena terasa sejuk. Tetapi sesudah di dalam kapel, kembali panas dan cukup mengganggu. Aku bertahan saja dan berkonsentrasi dalam misa. Di akhir Misa, Romo Awan memarahi kami semua karena tidak ada satupun yang ingat bahwa hari ini adalah perayaan besar. "Di luar sana, umat di Paroki mempersiapkan Hari Raya Kerahiman Ilahi dengan sangat luar biasa, kalian ini Frater! Saya bertanya, apakah tidak pakai wiruk? Dijawab tidak ada, Romo. Saya harap ini menjadi perhatian buat para Frater agar mempersiapkan perayaan-perayaan liturgi dengan baik" Mungkin apa yang dikatakan Romo Awam benar, aku juga sempat bertanya-tanya, hari ini notifikasi "Hari Raya Kerahiman Ilahi" di laptopku. Tetapi kenapa persiapannya begitu sederhana. Tapi ada Fr. Lau yang membawa Lukisan Kerahiman Ilahi ke Altar, setidaknya ada hal yang mengingatkan kita, bahwa Yesus mungkin juga akan memaklumi kesalahan kita manusia, karena Yesus adalah Tuhan yang Maharahim. 
 
Siang hari sekita pukul 10.30, aku bersama Koban berangkat ke Suster Pasionis komunitas Ciliwung Malang. Ini adalah wawancara terakhirku dengan narasumber ke 3 yaitu Suster Sisilia Sri Susanti, CP. Mendengar kisah dan pengalaman Suster Sisilia, dapat kurasakan bahwa melakukan kebaikan yang dianggap orang tidak wajar (perempuan yang hamil di luar nikah) memang membutuhkan rahmat kasih dan pengampunan. Aku salut, para suster Pasionis bersedia untuk melayani dan membantu saudari-saudari yang tertimpa musibah demikian. Yang sudah terjadi, tidak perlu disesali. Yang saat ini sudah ada, perlu dijaga, diperjuangkan, khususnya janin yang ada dalam kandungan, jangan sampai dibunuh/diaborsi karena itu juga adalah manusia. Aku dan koban makan siang sambil bercengkerama dengan para Suster Pasionis. Puji Tuhan. 

Wawancara dengan Sr. Sisilia Sri Susanti CP

Malam harinya ada Ronda, tapi pukul 22.00 tubuhku terasa panas. Aku meminum obat Flu dan juga Paracetamol untuk meredakan demam. Aku juga meminta izin ke teman-teman melalui Andre untuk memberitahukan bahwa kondisiku saat ini sangat tidak fit. Aku kemudian tidur ditemani "bunga mawar" yang harum semerbak di dalam mimpiku.

Senin, 08 April 2024
Pagi ini, bangun tidur dengan segar. Walau begitu, seluruh badanku terasa pegal. Hari ini adalah Hari Raya Kabar Sukacita. Lagi-lagi menggunakan jubah saat misa. Puji Tuhan, setidaknya rasa demam yang kualami kemaren sudah dilewati. Aku dapat melaksanakan tugas-tugasku hari ini dengan baik dan merayakan Misa tanpa harus merasakan demam di sekujur tubuh. Udara begitu segar dan aku menyambut Tubuh Kristus dengan damai.

Selasa, 09 April 2024
Puji Tuhan, hari ini dapat kembali bangun dengan segar. Alat-alat kebun yan aku pesan dari Shopee sudah sampai, ini membuat aku sangat gembira dalam mengerjakan taman yang ada di sekitar unit. Nah, pagi-pagi aku sudah bangun, kemudian bergegas mandi dan menuju ruang tamu unit untuk melaksanakan ibadat pagi. Setelah ibadat pagi, aku langsung ke kapel untuk merayakan Misa. Misa dipimpin oleh Romo Gregorius Tri Wardoyo CM dan renungan oleh Fr. David. Aku merenungkan bahwa Kristus telah memberitahukan aku secara gamblang dan jelas tentang iman tanpa ragu. "Kamu tidak percaya waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal surgawi?" Banyak hal di dunia ini mungkin membuat kita merasa aneh, bingung, mungkin kecewa karena tidak sesuai ekpektasi diri. Akan tetapi, sejauh pengalamanku, ekspektasi yang aku buat adalah sekedar ide yang berakar rapuh, oleh karena dasar yang kutetapkan pada ekspektasiku ialah rencana dan kehendak-Ku bukan rencana-Nya. Sebaliknya, ketika aku menjalani segala sesuatu tanpa berandai-andai, tanpa berekspektasi, banyak kebaikan-kebaikan kecil yang terasa misalkan sekalipun aku mengalami kegagalan, aku masih merasakan bahwa usaha-usaha itu menumbuhkanku, proses-proses menguatkanku, menambah pengalaman, aku baik-baik saja dan aku tetap tak kekurangan sesuatu apapun. Sebaliknya, dengan mengandalkan ekspektasi pribadi, yang kutuntut adalah apa yang sesuai dengan inginku, sehingga kebaikan-kebaikan kecil yang masih ada, tertutup oleh rasa kecewa, marah, sedih dan jengkel karena semua tidak berjalan sesuai ekspektasi. Atas rasa syukur telah menimba rahmat ilahi, aku menyambut Tubuh Tuhan dengan penuh sukacita dan dalam Ekaristi aku mengenangkan Tuhan yang telah wafat dan bangkit, dan semua orang yang telah berharap pada-Nya akan mendapatkan kemuliaan yang serupa. Alleluia!

Next, setelah melaksanakan misa, aku sarapan terlebih dahulu. Tempe goreng tebal dan sayur kol menemani keceriaan pagi ini. Setelah sarapan, aku melaksanakan tugasku untuk opera bersama teman-teman seunit. Tugas opera kali ini membersihkan Stasi Jalan Salib di dekat unit 10. Setelah selesai membersihkan stasi jalan salib, aku kembali ke unit dan meresmikan alat-alat kebunku yang baru saja kubeli. Betapa senangnya memiliki alat kebun baru: arit, cangkul kecil dan penggaruk kecil. Aku memulai membenahi taman unit di samping dekat jalan unit Romo Har dan Romo Endi. Alat-alat ini sangat membantuku dalam menggemburkan tanah, menyingkirkan gulma dan merapikan taman. Sekitar jam 09.00 lewat aku bersiap-siap mandi untuk menemani satu keluarga Kak Laurent dari Paroki Bumi Serpong Damai (BSD) tempat aku berpastoral dahulu. Mereka sudah tiba di lokasi, kemudian aku dan Andre mengajak mereka semua touring ke dalam lingkungan seminari. Pada saat melihat-lihat area parkiran sepeda para Frater, Romo Awan, Riko dan Suster Monika dalam satu mobil tiba membawa sayur mayur dengan menggunakan pick up. Lalu kami bergegas ke depan, berfoto di area taman doa sekaligus mendoakan keluarga Kak Laurent. Romo Awan juga turut serta ke depan melihat rombongan keluarga kak Laurent dan mereka berkenalan. Sebelum berangkat, kami berdoa terlebih dahulu di depan patung Bunda Maria Ratu Segala Suku dan memperoleh berkat dari Romo Awan. 

Pertama-tama kami berangkat menuju Sekolah Suster PIJ di Jalan Bandung, tempat salah satu keluarga kak Laurent yang pernah SMP di sana. Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju daerah Batu. Di dalam mobil kami berkaraoke bersama keluarga kak Laurent yang berjumlah 13 orang. Andre dan aku bernyanyi lagu-lagu Jawa, dan diakhiri dengan lagu-lagu Dayak. Kegilaan yang tak bisa diungkapkan. Keluarga kak Laurent, Oma Saridjan, Kakak pertama Bu Indry & Bapak Hendry, Kakak Kedua Bu Hana dan Bapak Febry, Kakak Ketiga Ibu Sisil dan Pak Eko, Marcel, Gaby dan Maya yang sangat mengasihi kami. Perjalanan kami berkeliling kota Malang, wilayah Batu, berburu Alpukat Aligator, Srikaya, kuliner bakso Babi, Toko Es Krim Oen dan kembali lagi menuju Seminari. Pengalaman bersama mereka seperti keluarga sendiri. Puji Tuhan, aku bersyukur bisa mengenal keluarga kak Laurent yang sangat ceria.

Dokumentasi:

Sabtu, 13 April 2024

Aku dan para frater mengadakan rekoleksi bulanan dengan dimulai dengan ibadat sore pukul 17.00 di Kapel Utama Seminari Tinggi. Yang membawakan rekoleksi adalah Romo Mardi SJ. Tema yang dibawakan adalah tentang "Berani Mencinta, Berani Mencipta". Aku merenungkan tema "Berani Mencinta, Berani Mencipta" dan menemukan refleksi teologis yang dalam Alkitab disuarakan dalam 1 Yohanes 4:18, "Di dalam kasih tidak ada ketakutan, tetapi kasih yang sempurna mengusir ketakutan, sebab ketakutan itu mengandung siksaan. Barangsiapa takut, ia belum disempurnakan dalam kasih." Refleksi ini menunjukkan bahwa ketika aku mencintai dengan sepenuh hati, aku menembus batasan ketakutan dan kekhawatiran. Dengan mencintai, aku juga mencipta hubungan yang lebih dalam dengan sesama dan dengan Sang Pencipta. Biblis juga menegaskan pentingnya mencintai sesama dalam Markus 12:31, "Kamu harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri." Dari sini, aku memahami bahwa melalui tindakan mencintai, aku tidak hanya mencipta hubungan yang harmonis di antara manusia, tetapi juga berpartisipasi dalam proses penciptaan yang terus-menerus oleh Tuhan.

Minggu, 14 April 2024

Di hari kedua, kami merenungkan tentang ensiklik Paus Fransiskus "Gaudete et Exultate". Beberapa point penting yang aku temukan dalam dokumen tersebut:

1. Ketekunan, Kesabaran, dan Kelemahlembutan
Ketekunan adalah kemampuan untuk bertahan dan teguh dalam iman serta kasih Allah, memungkinkan kita untuk melewati tantangan hidup dengan kekuatan batin. Kesabaran merupakan sikap menunggu dengan sabar tanpa kehilangan harapan, menghadapi kesulitan dengan ketenangan dan kepercayaan. Kelemahlembutan adalah sifat lembut dan penuh kasih dalam bertindak, menunjukkan kekuatan sejati dalam menghadapi kejahatan dengan kebaikan. Dalam refleksiku melalui Yakobus 1:3-4, aku diajarkan bahwa ketekunan akan menghasilkan kegigihan dalam iman, sehingga aku akan menjadi sempurna dan utuh, tanpa kekurangan apa pun. Aku juga menemukan ajaran tentang kesabaran dalam Roma 5:3-4, di mana aku diberitahu bahwa penderitaan akan menghasilkan ketekunan, yang pada gilirannya akan menghasilkan pengalaman, dan pengalaman itu akan menghasilkan harapan yang tidak mengecewakan. Kemudian, dalam Galatia 6:9, aku didorong untuk tidak menyerah dalam melakukan kebaikan, karena pada waktu yang tepat aku akan menuai hasilnya jika aku tidak menyerah. Kelemahlembutan juga ditekankan dalam Kitab 1 Korintus 13:4, di mana aku diajarkan bahwa kasih adalah sabar dan murah hati, tidak pernah cemburu atau sombong, atau bangga. Dengan memperhatikan ajaran-ajaran ini, aku belajar bahwa ketekunan, kesabaran, dan kelemahlembutan adalah bagian penting dari karakter Kristen, memungkinkan aku untuk bertahan dalam iman, menghadapi cobaan dengan ketenangan, dan menanggapi dunia dengan kasih yang sejati.

2. Sukacita dan Rasa Humor
Sukacita: Para kudus hidup dengan sukacita dan rasa humor, memancarkan semangat positif dan pengharapan bagi sesama. Menjadi orang kristen berarti "sukacita dalam Roh" dan "kasih diikuti sukacita.". Rasa Humor: Sukacita Kristiani sering disertai dengan rasa humor. Kehilangan rasa humor bukan tanda kekudusan, dan kita harus menerima karunia Tuhan dengan sukacita untuk menghindari kesusahan. Melalui inspirasi Filipi 4:4, aku diajak untuk bersukacita dalam Tuhan senantiasa. Ini menegaskan bahwa sukacita adalah bagian integral dari kehidupan rohani yang sejati. Juga, dalam Galatia 5:22, aku belajar bahwa buah Roh adalah sukacita, menunjukkan bahwa sukacita adalah hasil alami dari hidup yang dikuasai oleh Roh Kudus. Selain itu, dalam Mazmur 126:2, aku diajarkan bahwa ketika Tuhan memulihkan umat-Nya, mulut kita akan penuh dengan tawa dan lidah kita dengan nyanyian sukacita. Ini menunjukkan bahwa sukacita adalah tanggapan alami atas kasih setia Tuhan. Mengenai rasa humor, aku merenungkan bahwa ketawa adalah hadiah dari Tuhan (Mazmur 126:2), dan rasa humor adalah cara Tuhan menghadirkan kegembiraan dalam kehidupan kita. Dengan demikian, aku menyadari bahwa memiliki sukacita dan rasa humor adalah bagian penting dari hidup Kristen, menunjukkan iman yang kokoh dan kepercayaan pada Tuhan yang mahakuasa.

3. Keberanian dan Gairah
Keberanian dalam kekudusan adalah parrhesía, yaitu keberanian untuk mewartakan Injil dan meninggalkan jejak di dunia. Yesus mengingatkan kita untuk tidak takut dan bahwa Dia senantiasa menyertai kita hingga akhir zaman. Gairah dalam kekudusan memungkinkan kita untuk hidup dengan semangat dan sukacita dalam mewartakan kasih kepada sesama. Dalam renunganku melalui Alkitab, aku menemukan dukungan bagi konsep keberanian dan gairah dalam kekudusan. Dalam 2 Timotius 1:7, aku diajar bahwa Allah tidak memberikan kita roh ketakutan, tetapi roh keberanian, kasih, dan ketaatan. Ini menunjukkan bahwa keberanian adalah bagian dari warisan rohani yang kita terima sebagai anak-anak Allah. Selain itu, dalam Yosua 1:9, aku didorong untuk tidak takut atau gentar, karena Tuhan Allah menyertai aku di mana pun aku pergi. Hal ini menunjukkan bahwa keberanian sejati datang dari keyakinan bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita. Mengenai gairah, dalam Kisah Para Rasul 18:25, aku menemukan contoh Apolos yang bersemangat dalam pelayanannya, memperlihatkan gairahnya dalam mengajar kebenaran Allah dengan tepat. Ini menunjukkan bahwa gairah adalah sumber kekuatan dalam mewartakan kasih dan kebenaran Tuhan kepada orang lain. Dengan demikian, aku menyadari bahwa memiliki keberanian dan gairah adalah bagian integral dari hidup Kristen, memungkinkan aku untuk hidup dengan semangat dan sukacita dalam mewartakan kasih Allah kepada sesama.

4. Dalam Komunitas
Kehidupan komunitas dibangun dari hal-hal kecil setiap hari. Komunitas kudus seperti Yesus, Maria, dan Yosef memancarkan kebersamaan trinitaris. Hidup bersama sesama merupakan jalan pertumbuhan dalam kekudusan. Dalam Kisah Para Rasul 2:42, aku diajar bahwa jemaat pertama bersatu dalam mengajar, persekutuan, memecahkan roti, dan berdoa bersama. Ini menunjukkan pentingnya kehidupan bersama dalam komunitas Kristen. Selain itu, dalam 1 Tesalonika 5:11, aku didorong untuk mendorong dan membangun satu sama lain, seperti yang telah kucoba lakukan. Ini menunjukkan bahwa kita saling membutuhkan dalam pertumbuhan spiritual kita. Mengenai kebersamaan, dalam 1 Korintus 1:10, aku diajar untuk hidup dalam persatuan pikiran dan pendirian, menunjukkan bahwa kebersamaan dalam iman adalah bagian penting dari hidup Kristen. Dengan melihat contoh kebersamaan Trinitaris yang dicontohkan oleh Yesus, Maria, dan Yosef, aku menyadari bahwa hidup bersama sesama merupakan jalan pertumbuhan dalam kekudusan. Dengan demikian, aku merenungkan bahwa kehidupan dalam komunitas Kristen tidak hanya memperkaya kehidupan pribadiku, tetapi juga membantu aku tumbuh dalam iman dan kasih kepada sesama.

5. Dalam Doa Terus Menerus
Kekudusan dibentuk dalam keterbukaan terus-menerus kepada transendensi, yang terungkap dalam doa dan adorasi. Para kudus adalah orang-orang dengan semangat doa yang membutuhkan komunikasi dengan Allah.
Mereka merindukan Allah, keluar dari diri sendiri dalam pujian dan memperluas batas-batasnya dalam kontemplasi akan Tuhan. Menurut 1 Tesalonika 5:17, aku diajar untuk berdoa tanpa henti. Ini menunjukkan pentingnya terus-menerus membawa segala sesuatu kepada Tuhan dalam doa. Selain itu, dalam Lukas 18:1, aku diajar oleh Yesus untuk selalu berdoa dan tidak menyerah. Ini menekankan kebutuhan akan keterbukaan terus-menerus kepada Allah melalui doa. Mengenai semangat doa, dalam Kisah Para Rasul 2:42, aku belajar bahwa para pengikut pertama Yesus bertekun dalam doa bersama-sama. Ini menunjukkan bahwa semangat doa adalah ciri khas komunitas Kristen yang kudus. Melalui contoh para kudus yang merindukan Allah dan memperluas batas-batas mereka dalam kontemplasi akan-Nya, aku menyadari bahwa kekudusan terbentuk dalam keterbukaan terus-menerus kepada transendensi melalui doa dan adorasi. Oleh karena itu, aku merenungkan bahwa doa terus-menerus merupakan landasan dalam perjalanan ke arah kekudusan, memungkinkanku untuk memperdalam hubunganku dengan Tuhan dan memperluas pemahamanku akan kehendak-Nya dalam hidupku.

Aku menyadari bahwa ketekunan, kesabaran, dan kelemahlembutan merupakan fondasi yang penting dalam membangun karakter yang sesuai dengan ajaran Kristus. Ketiga nilai ini saling melengkapi dalam memperkuat iman dan mempersiapkan diri menghadapi berbagai tantangan hidup. Ketekunan membantu aku bertahan dan teguh dalam iman, sedangkan kesabaran membantu aku menghadapi kesulitan dengan ketenangan dan kepercayaan kepada Allah. Kelemahlembutan memungkinkan aku untuk menanggapi dunia dengan kasih yang sejati, menghadapi kejahatan dengan kebaikan.

Selanjutnya, sukacita dan rasa humor menjadi penanda penting dari kekudusan Kristen. Sukacita yang dilandasi oleh iman dalam Tuhan memancarkan semangat positif dan pengharapan bagi sesama. Rasa humor yang sehat menjadi bukti dari kebahagiaan rohani yang diberikan oleh Tuhan. Keduanya merupakan ekspresi dari hubungan yang erat dengan Allah dan pengalaman akan kasih-Nya.

Kekudusan juga memerlukan keberanian dan gairah dalam mewartakan Injil dan menjalani panggilan hidup sebagai orang Kristen. Keberanian adalah parrhesía, yang merupakan keberanian untuk bersaksi tentang iman tanpa rasa takut. Gairah memungkinkan kita untuk hidup dengan semangat dan sukacita dalam mewartakan kasih kepada sesama, menunjukkan bahwa pelayanan dan pengabdian kepada Tuhan memerlukan semangat yang membara.

Selain itu, kehidupan dalam komunitas juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pertumbuhan kekudusan. Komunitas memberikan dukungan, persekutuan, dan kesempatan untuk saling membangun dalam iman. Melalui kebersamaan dalam komunitas, kita dapat merasakan kebersamaan Trinitaris yang dicontohkan oleh Yesus, Maria, dan Yosef.

Terakhir, doa terus-menerus merupakan pilar utama dalam perjalanan ke arah kekudusan. Doa membantu kita terhubung dengan Allah secara langsung, memperdalam hubungan kita dengan-Nya, dan memperluas pemahaman kita akan kehendak-Nya dalam hidup kita. Para kudus adalah contoh yang hidup dengan semangat doa, merindukan Allah dalam setiap langkah hidup mereka. Dengan menyelami nilai-nilai ini dalam hidup sehari-hari, aku mampu mengembangkan dan memperkuat hubungan dengan Allah serta dengan sesama, menuju pertumbuhan dalam kekudusan yang lebih dalam.

Dalam hal konkret, sukacita dan memiliki rasa humor menjadi hal cukup penting untuk mendukung keutamaan-keutamaan lainnya. Mengingat di zaman ini penuh dengan berbagai macam materi-materi yang bertebaran di jejaring internet dan media sosial, membuat semacam stress digital sehingga mempengaruhi sisi kejiwaanku sebagai formandi. Dengan sukacita dan memiliki rasa humor, aku melatih diriku untuk sabar, tekun, kreatif, bahkan rendah hati ketika menerima masukan yang mungkin terdengar menusuk hati. Aku senantiasa bersukacita oleh segala hal yang sedikit demi sedikit telah kupelajari dan kurenungkan untuk menjadi bekal hidup panggilan, meskipun di balik itu semua masih terdapat banyak kekurangan dalam diriku, aku tidak goyah, aku tidak gentar dan terus melangkah maju ke depan untuk menikmati perjalanan bersama Tuhan yang mengasyikkan saat ini hingga di masa depan nanti. 

Materi Rekoleksi: Klik di sini.

Dokumentasi:


Senin, 15 Februari 2024

Setelah libur Paskah dan lebaran. Hari ini perkuliahan normal kembali dimulai. Kembali meniti jalan pembinaan intelektual di STFT Widya Sasana Malang. Hari ini juga pengumuman lomba jurnal Ledalero. Semoga hasilnya baik bagi kami para peserta.

Rabu, 17 Februari 2024

Kunjungan BPM STFT Widya Sasana Malang ke DPM Unitri.

**Notulensi 17 April 2024**

**Peserta:**

1. DPM Unitri

2. BPM STFT Widya Sasana


**Agenda:**

1. Perkenalan DPM Unitri

2. Perkenalan BPM STFT 

3. Pembahasan mengenai Kampus STFT dan struktur BPM (dibahas oleh STFT Widya Sasana)

4. Pembahasan mengenai Kampus Unitri


**Perihal Kampus Unitri:**

- Kampus Unitri memperhatikan keseimbangan agama dan suku, serta mengajarkan penghargaan terhadap perbedaan.

- Budaya toleransi yang kuat dan saling menghargai.

- Sistem pengambilan keputusan menggunakan delegasi dan musyawarah umum. Proses pemilihan masih dalam perancangan agar lebih inklusif.

- Program DPM sedang direncanakan dengan fokus pada legislasi, advokasi, pengawasan, dan Kominfo.

- Sedang merancang undang-undang (UU) dan meminta masukan dari BPM.


**Tambahan:**

- Pentingnya regulasi karena kekurangan UU DPM Unitri di masa lalu, dengan upaya untuk memiliki dasar hukum yang jelas di masa depan.

- Kampus Unitri memiliki beragam organisasi mahasiswa (DPM, BEM, HMC, UKM) dan berbagai unit kegiatan untuk meningkatkan kualitas mahasiswa.

- Mendorong kesetaraan antara birokrasi dan mahasiswa dalam pertukaran informasi.

- Pembentukan struktur organisasi didasarkan pada tuntutan dan aspirasi yang ada.


**Pertanyaan:**

1. Bagaimana struktur untuk menyampaikan aspirasi? Jawaban dari Fr. Yoga: Prinsip fleksibilitas diterapkan, dengan uneg-uneg bisa disampaikan kepada BPM dan akan ditampung. Selain itu, survei kepuasan terhadap kinerja BEM dilakukan setiap 3 bulan.

Dokumentasi:

 

Kamis, 18 April 2024

Pagi ini aku terbangun tepat pukul 05.00. Udara terasa dingin sekali dan aku duduk sejenak di tepi kasurku. Setelah siap berangjak, aku bawa handuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Air membuat tubuhku membeku, nyaris enggan menyentuh air pagi ini. Namun aku teringat, bahwa aku hendak ke kapel tetangga, berdoa dan menyambut Tubuh Tuhan dengan kesiapan hati. Aku bergegas menuju ke sana sekitar 05.44 dan berjumpa Fr. Reginald di tengah jalan. Aku masuk ke kapel Pasionis dan duduk di antara para frater yang telah mendahului aku ke sana.

Selepas misa, aku sarapan dan menikmati makanan pagi ini. Ada tahu dan sayur kol yang rasanya sangat enak. Aku sengaja mencari tempat untuk menyendiri, aku sedang tak ingin berkata-kata dan menikmati makanan dengan keheningan dan tanpa perbincangan dan tanya. Bukanku tak ingin bercengkerama, tetapi ada waktunya aku berkata-kata, pagi ini kuingin menyantap makananku dengan penuh perhatian. 

Sekitar jam 08.00, aku bergegas menuju perpustakaan dan belajar bersama Romo Teguh. Romo baru saja berliburan dari Jepang. Beberapa dokumentasi ditayangkan kepada kami. Aku terpukau melihat keindahan tempat-tempat di Jepang, semua tertata rapi, dan hampir tak ada sampah. Kami juga mempelajari teknik Kolsutasi Psikologi dan mencoba mendalaminya. Untuk memahami seorang konseli, harus memahami beberapa syarat yaitu mendengarkan, empati dan jujur. Tahap demi tahap kami mempelajarinya, dan banyak pengalaman kami dengar dari Romo Teguh sehingga membantu kami memahami materi hari ini. Romo Teguh juga memberikan kami dana sejumlah Rp 450.000, harus dibelikan sesuatu senilai Rp 15.000 dengan jumlah kami semua sekitar 30 orang yang hadir. Selepas pertemuan pagi ini, kami semua menyerbu Aica yang tak jauh dari Seminari. Sembari menikmati Aica-Sund-Ai-Boba, aku beranjak pulang dan menyeruput perlahan-lahan sembari berjalan bersama Fr. Ipan ke Seminari.  

Jumat, 19 April 2024

Pagi bersukacita dengan segera bangun walaupun waktu belum menunjukkan 04.30. Alarm yang kupasang di laptop belum mencuitkan suara-suaranya. Lalu selanjutnya mandi merasakan air yang mengalir, dingin, segar, memadamkan seketika rasa kantuk yang masih menggantung di kepala. Aku siap untuk berjumpa Tuhan, membaca sebentar perikope yang akan dibacakan dalam mimbar sabda agar aku adpat merenungkan serta memahami makna sabda-Nya melalui tuntunan imam-Nya. Mari menimba rahmat kehidupan! 

Bacaan hari ini berkisah tentang pertobatan Saulus.Transformasi seorang murid, yang berawal dari seorang penjagal, dengan penuh semangat berambisi memusnahkan pengikut Kristus. Ia semula buta secara rohani, kemudian dibutakan pula oleh Tuhan secara fisik. Dalam kebutaannya, ia mengalami perubahan cara pandang di mana Tuhan memutarbalikkan hidupnya 180 derajat. Ia yang adalah penganiaya jemaat yang penuh ambisi,  berubah menjadi Paulus, alat Tuhan yang bekerja lebih dari orang murid.

Minggu, 21 April 2024

Pagi-pagi sekitar jam 04.00, aku sudah bangun karena harus mempersiapkan diri untuk berangkat menuju Magetan. Aku lekas mandi dan menikmati dinginnya air hari ini dengan rasa syukur. Syukur atas segala kebaikan, syukur atas nafas hidup, syukur atas rasa dingin, aku masih hidup dan bergerak untuk mandi dengan segala yang tidak Tuhan kurangi. Puji Tuhan! Melalui WhatsApp di Laptop, aku menanyakan teman-temanku yang ikut serta denganku dan Romo Tri ke Domus Marieae di wilayah Sarangan. Semuanya sudah bangun, aku mengambil HP-ku ke kamar Fr. Dendri yang juga ikut serta dalam perjalanan ini. Dendri menyimpan sepotong paha ayam goreng, dan kami makan bersama untuk mengisi perut. Setelah kenyang, kami menuju parkiran di sebelah kantor Bu Ria. Fr. Reho sudah lebih dahulu di sana, sementara Romo Tri sedang di Refter para Romo. Pagi ini, aku yang menyetir. Seperti biasanya, kami melewati Tol Pandaan menuju Tol Surabaya. Di pertengahan jalan, kami sarapan dahulu di rest area, Romo makan nasi Pecel, dan kami semua makan nasi goreng. Aku memesan susu coklat panas dan minum dengan penuh sukacita. Keliatannya makanan dan minuman yang kupesan terasa biasa, tetapi semua yang kuterima ini berawal dari Yang diciptakan-Nya. Aku membayangkan, jika tidak Tuhan menciptakan bahan dasar susu, bahan dasar nasi goreng, apakah yang kuterima hari ini bisa kunikmati? Terima kasih Tuhan. Setelah sarapan, kami berangkat menuju Magetan dan Romo Tri yang mengemudikan mobil.


Perjalanan sekitar 265 kilometer, dari Malang ke Surabaya waktu tempuh saat aku menyetir sekitar 1 jam. Sementara dari Surabaya ke Magetan sekitar 4 jam. Ketika mendekati daerah Sarangan, kami melewati Gunung Lawu. Letak Domus Mariae di kaki gunung Lawu di wilayah Wisata Telaga Sarangan. Di bawah lereng gunung ada sebuah ladang luas yang ditanami strawberry







Setelah sampai di lokasi, aku menuju ruang aula untuk mendengarkan katekese tentang Devosi Medali Wasiat Bunda Maria. Di sini aku mendengarkan Romo Wahyu, CM tentang katekese mengenai Bunda Maria. Banyak sekali umat yang datang dan antusias mendengarkan katekese yang sangat bagus ini. Satu kalimat yang membekas di hatiku ketika membahas tentang teladan Bunda Maria,"Ia menyimpan segala sesuatu di dalam hatinya." Bunda Maria sungguh wanita yang kuat. Ia tidak seperti wanita-wanita lainnya yang lebih banyak menguras hatinya sendiri. Aku teringat banyak sekali kasus-kasus di mana ibu yang harusnya mencintai anaknya malah menyiksa anak sendiri, ada yang mengaborsinya, menelantarkannya, melalaikannya, nakal sedikit dimarahi dan disiksa. Berbeda dengan ibu Maria, Bunda kita ini mendidik Yesus dengan kasih sehingga Yesus bisa menjadi sosok ideal manusia baru, Maria dan Allah saling bekerja sama mendidik dan membesarkan Yesus sehingga Yesus siap menjadi penyelamat dunia. Tanpa didikan yang baik dari Bunda Maria, dan juga tindakan Maria yang seiya dengan kehendak Allah, Yesus belajar tentang cinta. 

Setelah mendengarkan katekese ini, kami semua menuju Kapel untuk melaksanakan rosario dan misa. Setelah misa, seluruh peserta ziarah kembali ke aula untuk santap siang. Aku berjumpa dengan beberapa suster Puteri Kasih dan para suster Alma, bercengkerama dengan umat, membantu mengambilkan kursi bagi umat yang hendak makan tetapi tidak tersedia kursi.  Hal-hal kecil ini digerakkan melalui rahmat belas kasih Allah. Ya, bisa saja aku duduk saja, makan dan cuek, begitu? Tetapi hati kecilku tidak bisa, aku harus membantu, tubuhku digerakkan, dan semua terjadi begitu saja. Saat makan, aku memuji Tuhan dan bersukacita. 


Setelah melaksanakan kegiatan rohani, kami bersiap kembali ke Kota Malang. Di tengah jalan, terjadi hujan badai yang besar. Aku mengemudikan mobil dengan sangat waspada. Saking kuatnya hujan tersebut, jalanan di depan tidak tampak sama sekali. Beberapa jauh, Romo Tri menyarankan untuk menepi. Lalu kami menepi ke Indomaret terdekat, tidak turun ke dalam, hanya diam di dalam mobil hingga badai sedikit mereda. Setelah menunggu, hujan mulai reda kemudian pemandangan jalan sudah nampak, kami melanjutkan perjalanan. Ketika dekat dengan Tol Pandaan, aku mulai mengantuk karena berjam-jam duduk menyetir, daripada mengambil risiko akhirnya aku bergantian dengan Romo Tri untuk mengemudi. Setelah sampai di kota Malang, kami semua makan malam di Sara Resto and Caffe. Restorannya sangat bagus, menjual kue-kue dan makanan khas. Aku memesan Mie Jawa, yang lain memesan nasi goreng dan Mie Godok. Puji Tuhan, kegembiraan hari ini berlalu dengan rasa lelah sekaligus rasa syukur. Aku terkadang membayangkan rektor yang begitu kaku dan menakutkan saat di Seminari, tetapi pada hari ini, beliau sangat bersahabat. Selama ini, aku terlalu memandang dengan kacamata yang sama, jika memandangn dengan kacamata

Ya, hari ini aku bisa menyaksikan keajaiban yang terjadi setiap hari tanpa kusadari—matahari muncul, embun menguap, dan dunia perlahan terbangun dari tidurnya. Namun, di balik keindahan dan ketenangan itu, tersimpan pelajaran hidup yang dalam. Ketika aku bangun sebelum alarm berbunyi dan merasakan air dingin yang menyegarkan, aku merenungkan bagaimana rutinitas sederhana ini mengingatkanku pada pentingnya kebangkitan, baik secara fisik maupun spiritual. Kisah Saulus yang berubah menjadi Paulus menunjukkan bahwa bahkan dalam kegelapan yang paling pekat, ada kemungkinan untuk transformasi total. Aku mungkin tidak buta secara fisik, tetapi seringkali aku terjebak dalam kebutaan spiritual atau emosional yang menghalangiku dari melihat kebenaran dan kasih. Dalam perjalanan ziarahku, aku menyadari bahwa setiap tindakan, dari berbagi makanan hingga mendengarkan katekese, adalah peluang untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan orang lain. Momen-momen ini, seperti perjalanan yang melewati hujan badai, mengajarkan bahwa kita perlu jeda untuk refleksi dan bahwa bersama-sama, aku bisa menghadapi apa pun. Kembali ke titik awal, aku menyadari bahwa pagi, dengan segala kesederhanaannya, adalah sebuah pengingat bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk berubah, belajar, dan menemukan harapan di tengah ketidakpastian. Ini adalah undangan untuk memulai kembali, siap untuk menyapa dunia dengan hati yang lebih terbuka dan penuh rasa syukur.

Selasa, 23 April 2024

Sore ini, kami dari unit 9 mengerjakan Opus Plus Plus di lahan IPS. Kami bertugas memindahkan tanaman lidah buaya (Aloevera) di depan kantor Bu Ria menuju lahan IPS. Lahan IPS ini penuh dengan rumput, sehingga harus ditebas dengan mesin rumput. Sebagian mengangkut Alovera dengan gerobak semen, sebagian menuju lahan IPS dengan membawa cangkul. Aku, lengkap dengan sepatu bot, sarung tangan dan beberapa perkakas kebunku menuju lahan IPS. Langit terlihat mendung, sehingga rumput ditebas sekaligus menanam. Detailnya? Jadi, satu orang memotong rumput, bagian yang sudah dipotong kemudian dicangkul oleh satu orang, lubang yang sudah dicangkul kemudian ditanami Aloevera sehingga pekerjaan menjadi lebih cepat. Walau masih ada beberapa lubang yang belum ditanami, karena hujan deras mulai turun, semua anggota unit 9 bubar sembari membawa perkakas kerja. 

Aku mencuci sepatu bot, alat perkakas dan cangkul bersama Fr. Andre dan Fr. Sarif. Selanjutnya, ada Aloevera yang kami ambil dagingnya dan aku olah menjadi minuman. Di sini aku akan bagikan resep cara mengolah Aloevera menjadi minuman segar. Pertama, Alovera dipotong dan dipisahkan dari kulitnya, isi dagingnya dikeluarkan dan dipotong kecil-kecil seperti kubus, masukkan ke dalam wadah. Kedua, sesudah itu, daging Aloevera itu kemudian disaring dari lendir dengan penyaring minyak/air. Siapkan air dan rebus dalam wadah (kuali atau dandang). Sesudah mendidih, masukkan daging Aloevera tersebut ke dalam air mendidih dan rebus sampai daging Aloevera berwarna putih, tambahkan serai atau daun pandan untuk menambah wangi. Ketiga, siapkan air gula secukupnya, bisa disesuaikan rasa manisnya sesuai kebutuhan. Keempat, sesudah daging Aloevera menjadi putih, tiriskan air dengan penyaring dan taruh daging Aloevera yang sudah direbus ke dalam wadah seperti teko atau termos es. Kelima, campurkan air gula dan Aloevera tadi ke dalam satu wadah dan campur dengan es. Aduk hingga rata, dan es Aloevera segar sudah bisa disajikan. 

Malam harinya, kami melaksanakan Instruksi dari Rektor di Kapel Utama. Pembahasan kali ini adalah tentang Bidang Pastoral. Selain itu, pada Bulan Agustus nanti akan diadakan Pelatihan Liturgi dari Narasumber KWI. Tujuannya, agar para Frater terutama yang tidak pernah bergabung sebagai Misdinar dapat melaksanakan tugas terutama hal ikhwal tentang Liturgi.

Aku melihat kerja keras dan upaya kolektif sebagai cara untuk mencapai harmoni di tengah kesibukan dan tantangan alam. Seperti tanaman lidah buaya yang kami pindahkan ke lahan baru, aku seringkali harus beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan cuaca yang tak terduga. Dalam upaya ini, aku juga menemukan keindahan dalam kesederhanaan: entah itu mencuci perkakas bersama rekan-rekan, atau mengolah lidah buaya menjadi minuman segar yang menyegarkan. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan yang kaya tidak selalu memerlukan kemewahan, tetapi cukup dengan kerjasama, kreativitas, dan kebersamaan. Hujan yang turun tiba-tiba memaksa kami untuk berhenti sejenak, mengingatkan aku bahwa, betapapun aku merencanakan, ada kekuatan-kekuatan di luar kendali yang mengajarkan untuk menerima apa adanya. Namun demikian, komunitas dan persahabatan yang erat memberikan ketenangan dan kenyamanan, memastikan bahwa aku tidak melalui perjalanan ini sendirian. Ini adalah refleksi kehidupan, di mana aku belajar menghargai setiap momen—yang bisa menjadi sebuah karya besar dalam keberagaman dan kerjasama, atau sebuah instruksi sederhana yang menghubungkan aku dengan tradisi dan nilai-nilai spiritual.

Rabu, 24 April 2024

Pagi hari ini cukup dingin, langit terlihat mendung tetapi tidak terlalu gelap. Burung-burung sudah berkicau, dan aku masih duduk sebentar di tepi tempat tidurku. Aku berdiri dan beranjak ke kamar mandi untuk membasuh tubuhku yang sejak semalam terlelap dalam tidur. Tentu saja, aku tidak bisa membaca apa yang akan terjadi hari ini. Tetapi banyak sekali kejutan Tuhan akan menggaungi setiap detik waktu hidupku hari ini. Tidak berharap menikmati hari ini sebagai detik-detik terakhir hidup, tetapi aku mencoba untuk berusaha sebaik mungkin untuk melakukan kebaikan terkecil yang mampu aku lakukan, sederhananya, senyuman pagi ini menjadi modal kebaikan untuk memulai hari.

Aku duduk terdiam sejenak dalam Meditasi pagi. Bacaan hari ini sudah kubaca sebelum menuju ke Kapel. Jika ditunjuk untuk sharing, aku sudah siap untuk mengutarakan apa yang ada dalam benakku. Cerita tentang Tuhan, bukan tentang diriku, mungkin sebagian tentang diriku, tetapi lebih pada kelemahanku, namun Tuhanlah yang bekerja dalam hidupku. Adapula pergulatan dengan setan-setan yang terkadang mengusikku. Aku mencoba melawannya, setiap hari, entah kalah atau menang, aku berusaha keras untuk meraih tangan Tuhan dalam setiap pikiranku, perkataanku, dan perbuatanku. 

Begini hasil meditasiku: "Aku melihat dalam Bacaan Injil bahwa Tuhan Yesusku berusaha keras untuk mengungkapkan diri-Nya sebagai Putra Allah, yang membawa hidup dan keselamatan. Seberapa keras usaha Kristus untuk meyakinkan, walau ada banyak tanda-tanda, mukjizat, degilnya, orang-orang tetap ada yang tidak percaya. Demikian pula aku, aku yang dalam keseharian bergulat dalam kebenaran. Bisa jadi, dalam keseharian aku acapkali bercanda, dan akhirnya orang merespon setiap perkataanku dengan bercanda. Yang serius dibercandakan, yang canda diseriuskan. Ini hal yang cukup aneh, memang, tetapi tidak masalah bagiku. Kristus sendiri tidak ambil hati meskipun sudah bersusah payah meyakinkan orang banyak. Dalam konteks panggilan, aku terus berupaya untuk menjaga kebenaran hidup yang kujalani. Terlepas dari kekuranganku, aku berusaha keras untuk melakukan yang terbaik demi panggilanku. Apapun penilaian orang lain, yang baik menjadi motivasiku, yang buruk tidak dimasukkan ke dalam hati. Aku berjalan dengan ringan dalam jalan panggilan." Karena tidak mendapat giliran sharing, aku menuliskannya di sini saja.

Selanjutnya, di kampus ada peristiwa baik yang tidak disangka-sangka. Dari pelajaran jam ke 3-4, Romo Sad Budi terus menerus mengeluhkan karena mahasiswa tidak ada yang aktif bertanya dan masih banyak yang nilainya kosong. Aku mencoba memberanikan diri untuk menjawab melalui catatan yang kubuat dari pertanyaan: "Apa makna kerja yang melibatkan manusia tidak hanya dalam karya penciptaan, tetapi juga dalam karya penebusan?" Demikian jawabku di dalam kelas,"Makna kerja yang melibatkan manusia tidak hanya dalam karya penciptaan, tetapi juga dalam karya penebusan,tidak hanya mencakup lebih dari sekadar menghasilkan produk atau layanan. Ini melibatkan kontribusi manusia terhadap penyembuhan, pemulihan, dan rekonsiliasi di dunia. Contoh: Pekerjaan Sosial dan kemanusiaan seperti dokter mengobati pasien atau sukarelawan yang bekerja di tempat penampungan tunawisma. Guru atau dosen yang membantu siswa atau mahasiswa memahami konsep baru dan mendukung dalam berkontribusi pada pembebasan dari kebodohan dan keterbatasan. Dengan memberikan pendidikan, dosen dan guru turut serta dalam penebusan, membekali orang dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Selain itu, pekerjaan dalam lingkungan dan pelestarian alam, di mana orang bekerja juga untuk melindungi dan memulihkan lingkungan alam ciptaan. Contoh, seorang ilmuwan lingkungan mengembangkan atau menciptakan teknologi ramah lingkungan, atau aktivis yang bekerja untuk menyelamatkan hutan hujan. Pekerjaan tidak sekedar mencari rejeki atau penghasilan, tetapi lebih daripada itu, beriringan dengan karya penebusan, menyelamatkan sesamanya dan juga lingkungan, mencipta bukan untuk keuntungan dan merusak tetapi juga untuk melayani sesama." Romo Sad bertanya,"Kapan kamu mencatat itu?" Aku yang tengah bingung berkata,"Ada Romo, ini dalam ringkasan saya". Lalu beliau berkata,"Bagus". Aku lega, karena jawaban yang kusampaikan sesuai dengan ekspektasi beliau. 

Kamis, 25 April 2024

Hari ini perayaan spesial di mana para Frater tingkat 7 yang sudah menyelesaikan tesis ditahbiskan sebagai Diakon. Misa dimulai pada pukul 17.00. Aku diberi mandat oleh Romo Endi untuk mengantar lima orang suster Pasionis ke Katedral Ijen. Maka dari itu, pagi ini tidak ada misa, aku ibadat pribadi saja. Pukul 08.00, seperti biasanya kami dari tingkat 3 pertemuan dengan Romo Teguh. Kami memperlajari simulasi bagaimana menjadi seorang konselor psikologi yang sedang menghadapi konseli. Pengetahuan ini sangat baik dan mengetuk diriku untuk tidak mudah terjebak oleh perasaan-perasaan simpati. Romo Teguh membedakan antara simpati dan empati. Simpati lebih kepada perasaan, tetapi empati lebih kepada pikiran dan rasio. Maka dianjurkan untuk berempati, di mana akal tetap bekerja, tetapi simpati, hanya perasaan dan itu tidak baik untuk diterapkan dalam kehidupan. Karena segala sesuatu memang harus dirasakan sekaligus dipikirkan dengan baik. 

Setelah pelajaran, aku siesta dengan tidur siang untuk mengumpulkan tenaga. Bangun tidur, aku lekas mandi karena jam 15.30 aku harus mengantar para suster ke Katedral Ijen. Dengan mengendarai mobil Romo Endi, kami berangkat. Kami juga memberikan tumpangan kepada 3 Frater: Ajung, Ipan dan Tio. Kami semua berangkat menuju lokasi. Sungguh tidak dapat diprediksi, meskipun kami pergi awal, tetap saja kami tiba sekitar pukul 16.30 karena jalanan macet. Akhirnya kami tidak kebagian tempat duduk di dalam, dan harus duduk di luar Katedral.

Ada sekitar 26 Frater yang ditahbiskan sebagai Diakon. Pesan penting yang disampaikan oleh Bapa Uskup Mgr. Hendrikus Pidyarto, O.Carm. "Jadilah diakon yang berguna".. "Saat menyerahkan Kitab Suci, ada perkataan yang harus senantiasa diingat: Terimalah Injil Yesus Kristus ini, dan perhatikanlah supaya apa yang engkau baca, engkau imani, apa yang engkau imani, engkau ajarkan, apa yang engkau ajarkan, engkau laksanakan." Kata-kata tersebut sangat mengena pada diriku. Dan itu sangat memotivasiku seperti gerakan yang tidak dapat kujelaskan, mengobarkan semangat seperti api yang membara dalam diriku. 

Melihat para Frater yang ditahbiskan, aku merasa diberkati dapat menyaksikan momen penting ini. Pesan Bapa Uskup mengingatkan aku tentang tanggung jawab besar yang datang bersama dengan setiap panggilan rohani. Tugas ini bukan hanya tentang membaca dan mengajar, tetapi juga tentang mengimani dan melaksanakan ajaran dengan setia. Aku merasa terdorong untuk melanjutkan perjalananku dengan komitmen yang lebih kuat, selalu mengingat pentingnya keseimbangan antara perasaan dan akal sehat.

Dalam hidup, kita seringkali menemukan diri kita di tengah perjalanan dengan berbagai rintangan, seperti kemacetan di jalan. Namun, aku percaya bahwa setiap tantangan memiliki tujuannya, dan dengan semangat serta keyakinan yang kuat, kita dapat melewati semuanya. Hari ini, aku merasa diberkati dan termotivasi untuk terus melangkah maju dengan hati yang terbuka dan semangat yang berkobar.







Jumat, 26 April 2024
Hari ini begitu cerah walaupun awan mendung terlihat dari bawah sini, tetapi semuanya bagiku tetap baik adanya. Aku bangun dengan penuh semangat untuk menyambut tubuh Tuhan. Namun, dalam semangat itu, ternyata aku baru menyadari ketika sudah duduk di bangku kapel. Aku melihat jam tanganku, tanggal 26 April. Sembari berpikir aku tersentak kaget, ternyata hari ini aku bertugas sebagai Lektor tanpa ada satupun yang mengingatkan. Syukurlah ada gerakan baru. Dalam diriku yang mengingatkanku, aku percaya itu adalah karya Roh Tuhan dalam diriku. Aku dengan tenang kembali ke kamar dan mengenakan jubah. Aku kembali duduk dengan tenang di dalam kapel. Aku telah lebih dahulu membaca bacaan untuk hari ini. Tetapi karena kelupaan, aku sampai tidak ingat tugasku pagi ini. Puji Tuhan, aku membaca dengan tenang, mengalir dan seolah semuanya bergerak dalam aliran Waktu. Sampai-sampai aku memperhatikan orang-orang di depanku sembari aku membaca. Aku bisa melihat tatapan yang penuh perhatian dari ujung kiri hingga ujung kanan. Lalu bacaan kututup dengan mazmur: "Anak-Ku lah Engkau! Pada hari ini Engkau kuperanakkan!" 
Setelah misa aku sarapan, aku sudah mempersiapkan bubur yang kumasak sendiri. Ada beberapa lauk pauk sisa semalam dan masih enak. Nasi goreng, nasi kuning, mie goreng, pagi ini seperti makan malam, tetapi aku tetap menyantap dengan bubur, demi menjaga kesehatan ku. Setelah sarapan, aku mengerjakan sebentar tugas prosiding yang dipercayakan Romo Endi kepadaku. Prosiding ini tentang Politik Minoritas. Perlahan-lahan aku mengerjakannya, dan syukurlah dalam waktu yang tidak lama aku menyelesaikannya pada hari ini. Aku berangkat ke kampus dengan menggunakan sepeda, menikmati angin semilir, sambil membunyikan bel sepedaku setiap kali ada tikungan. Menurut informasi dari temanku, pelajaran MKP dari Romo Goris, Teologi Kontekstual sedang kosong, kami diminta belajar mandiri. Jadi ketika jam 3-4, kami yang mengambil makul Romo Goris langsung pulang ke rumah untuk belajar mandiri. Aku benar-benar memanfaatkan waktu kosong itu di rumah dan belajar. 
Sore hari, kami opus di Kapel atas. Aku dan beberapa anggota unit menyapu bagian luar kapel atas. Tidak berlangsung lama karena semuanya bekerja hari ini. Aku kembali ke kamar untuk kembali belajar. Ketika pukul 16.00 aku bergegas mandi untuk bersiap-siap karena pada hari ini ada kegiatan Paskah Bersama Wilayah V Paroki Ijen. Romo Paroki, Romo Adam yang memimpin misa. Seluruh kapel penuh dengan umat, Puji Tuhan! Ternyata umat Wilayah V sungguh ramai jika dikumpulkan. Aku mengenakan jubah hitam, dan Dendri mengenakan jubah putih. Patris dan Joshua mengenakan pakaian kemeja. Aku mendengar kabar kalau Patris tersesat hingga ke belakang Kampus UB. Menyesal juga kami meninggalkannya tadi karena tidak muncul-muncul. Tapi syukurlah sore ini dia hadir dan misa bersama-sama kami. Setelah misa kami beramah-tamah di ruang makan Susteran PIJ. Setelah kenyang, kami menari bersama, bersukaria, bersama umat, kaum muda, suster dan semuanya bergembira. Hari ini sungguh menyenangkan dan sekaligus lelah bercampur jadi satu. Lelah hari ini bernilai sukacita, Puji Tuhan untuk hari ini!

Dokumentasi:










Minggu, 28 April 2024
Hari yang penuh semangat, hari penuh sukacita di mana aku bangun tidak terlalu pagi, namun aku mempersiapkan dengan sungguh kegiatan hari ini. Ya, hari ini aku bersama Legioner Muda akan melaksanakan Paskah Bersama. Jadi, semalam aku sudah mempersiapkan isi tasku: Jubah hitam, Kolar Batik merah lengan panjang dan celana panjang yang akan digunakan nanti. Semua sudah dikemas dalam tas besar yang sehari-hari kubawa dalam kuliah. Saat semuanya sudah siap, aku mandi dan sarapan bubur. Aku menuju ke kamar Dendri untuk mempersiapkan diri. Mereka juga akan stand by pukul 07.00. Aku bergegas ke kamar Patris, tetapi dia kulihat baru saja bangun tidur. Dalam hatiku, agak gusar dan rasanya sedikit kecewa salah satu anggota Legioner ku tidak lekas siap sedia. Dia menyodorkan uang 50.000 untuk biaya perjalanan kami dari Uang Kas Legio Maria. Akhirnya kami semua menuju Taman Doa untuk tidak berkumpul. Lagi-lagi tinggal Patris yang belum siap. Aku kembali menjemput dia di kamar. Lagi-lagi belum mandi dan berpakaian, ia berkata akan menyusul karena dia sudah menyewa motor. Sejujurnya aku cukup kesal dengan tipe pribadi yang meremehkan segala hal, tidak ada persiapan, serta kurang antusias. Patris sejak dahulu selalu begini. Dalam aktivitas Legioner, ia jarang ikut serta dan kadang tidak hadir karena alasan sakit, dan itu terjadi hampir setiap kali. Namun syukurlah, kegiatan Paskah Bersama Legioner Muda ini, dia bersedia ikut walau terlambat. Akhirnya kami berangkat menuju SMM dengan menggunakan GoCar. Setibanya di SMM, kami disambut oleh para Legioner Muda. Aku mengenakan jubahku yang sudah ku persiapkan. Walau sudah ditentukan outfitnya, ada juga anggota yang berjalan dengan pengertiannya sendiri, tidak membawa jubahnya. Aku sangat heran jika ada seorang Frater yang enggan menggunakan jubahnya, alasan tidak mau terlalu mencolok dan disebut 'frater', ada yang merasa gerah, ada yang malas membawa jubah, aku tak mau sebut siapa kah itu. Kesadaranku dari dalam hatiku, jubahku bukan sekedar baju liturgi, jubah ini adalah perjuangan keras selama menjalani masa panggilan. Jika seseorang tidak menghargai jubahnya, bagaimana ia menghargai panggilannya? Jubah bukan sekedar pakaian kesucian. Prinsipku, jika ada kegiatan luar, dan itu ada misa, aku sebisa mungkin membawa jubahku sebagai pakaian pesta menyambut sang Pengantin Ekaristi.

Baiklah, lupakan soal itu, kami sudah berada di dalam. Kegiatan dimulai dengan Misa yang dipimpin oleh Romo Goris. Setelah misa, kami menikmati acara kebersamaan. Terdapat 13 Presidium Muda yang hadir. Mereka semua berasal dari kalangan mahasiswa. Ada juga Presidium dari wilayah Pandaan. Kami menyaksikan teater drama Frater SMM yang menunjukkan drama tentang masa hidup St. Louis Maria Grignion de Montfort (1673-1716).  Lalu ada permainan, dilanjutkan lagi teather dari Legioner Muda. Kemudian dilanjutkan dengan Peneguhan dari Romo Goris. "Kita semua yang ada di sini adalah seorang Monfortan, ia wafat di usia 43 tahun dalam kreatifitas. Mottonya: "Segalanya atau tidak sama sekali". Permainan terakhir, kami mencari telur yang sudah disebarkan oleh panitia di segala sudut gedung SMM ini. Tidak hanya itu, kami juga diminta membuat yel yel. Meskipun hanya juara 3, kami cukup puas karena melakukannya dengan kompak. Selanjutnya kami bersantap bersama. Setelah makan siang, sesi foto bersama lalu pulang. Terima kasih untuk hari ini.

Dokumentasi:



Selasa, 30 April 2024
Di penghujung bulan ini, aku ingin katakan bahwa segala yang kulalui begitu indah. Aku sangat bahagia dan aku ingin mengucapkan syukur berkali-kali kepada Tuhan. Dan atas segala dosa-dosaku, aku juga memohon rahmat pengampunan. 

Aku memenangkan perlombaan Desain Logo sebagai Juara 1. Ini bukanlah karya tanganku sendiri atau usaha pribadi. Ini adalah karya tangan Tuhan yang memberikan rahmat-Nya kepada orang yang meminta pada-Nya. "Mintalah, maka akan diberikan, carilah maka akan mendapatkan, ketuklah maka pintu akan dibukakan." Sederhana tapi pasti, aku meminta dengan tanda kemenangan-Nya, semua yang kudapatkan ini adalah pemberian-Nya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar