5 Desember 2010
Foto dulu... |
Kemudian setelah semua anggota berkumpul, bersiaplah kami untuk menunggu kedatangan Bus untuk berangkat ke Pantai Pagar Mentimun. namun sebelum itu, ada hal yang tidak terduga. Rupanya konsumsi masih belum tiba di tempat, dan sebelum kedatangan Bus. Saya bersama 3 teman AMBA, bang Donnie, Wangge dan Yuni menjemput konsumsi di daerah Mama 1 di Pasar Kayong. Setelah kami datangi, ternyata konsumsi tersebut dibuat di Mama 4 di daerah R.Suprapto yang cukup memakan waktu dan jarak jika kami melanjutkan untuk mengambil konsumsi tersebut. Apa boleh buat, kami kembali ke Markas besar. "Ambil nye lebih baik pas Bus lewat nanti ke Mama 4," usul salah satu teman AMBA.
Kebersamaan adalah "kita semua" |
Setelah mengambil konsumsi di Mama 4, Trip kami lanjutkan kembali menuju jalur Pesaguan. Dalam perjalanan yang bisa kami lakukan hanyalah bernyanyi. Ada yang makan cemilan, ada yang bernyanyi mendengarkan lagu dari handphonenya sendiri. Dan selalu terjadi di dalam bus, yakni kejadian mabuk perjalanan. Beberapa ada yang terlihat begitu lelah karena mabuk perjalanan. Saya memperhatikan semuanya, namun sejauh itu kondisi berjalan dengan baik.
Pak Yan Sukanda |
Tiba saat untuk pengukuhan. Diawali dengan pembukaan dari seksi acara yang menjelaskan apa saja yang akan dilakukan. Dilanjutkan dengan sesi acara, yaitu Kata Pengantar. Mulai dari yang pertama, kata pengantar dari Ketua Panitia Bang Erik, dilanjutkan Kata Pengantar oleh Ketua AMBA kak Marta, dan terakhir Kata Pengantar bijak dari Pelatih AMBA, Pak Yan Sukanda. Intinya, semua kata Pengantar menginginkan eksistensi anggota dalam menjalani tugasnya. AMBA ingin anggotanya selalu tetap ada di saat dibutuhkan. Karena semua anggota sangat berharga.
Fotografer lagi dititipin HP |
Selanjutnya adalah sessi pengukuhan yang telah ditunggu-tunggu. Pada saat itu, penulis sudah duluan terjun ke pantai bersama Wangge. Dan panitia Perlengkapan Deki datang kepada kami, untuk membantu mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pengukuhan. Saya, Deki dan Wangge mencari bunga-bunga yang berbau tajam di sekitar pantai. Agak sulit mencarinya karena pantai termasuk jarang ditemukan bunga-bunga. Akhirnya kami terpaksa memetik bunga seadanya yang terlihat mata. Dan kami masukkan ke dalam ember yang sumber airnya diambil dari sumur di dekat sebuah rumah di tepi pantai. Dan ketika persiapan telah siap, akhirnya seluruh anggota AMBA yang baru dipanggil satu per satu untuk dikukuhkan.
Ada talent model di AMBA cui.. |
Permainan.... |
Untuk galery foto Pengukuhan AMBA 2010 bisa klik di sini (sumber Frans Doni)
Sibuknya... |
Pada hari Sabtu, tanggal 04 Desember 2010, beberapa anggota melakukan latihan. Meskipun anggota yang datang sedikit. Namun antusias untuk berlatih demi Natal tetap kuat. "Udahlah, kita koor pake anggota ini saja" tutur kak Ellen kepada para Anggota. Bagaimana tidak, baru saja selesai pengukuhan anggota AMBA harus dihadapi kenyataan yang bukan rahasia lagi. Ketidakhadiran para anggota yang dikarenakan masa ulangan umum. Walaupun demikian, kami tetap menganggap itu sebagai kewajaran. Paling tidak setelah ulangan umum, mereka akan kembali eksis di AMBA.
Tim Bassis |
Lagu yang dipakai biasa seperti tahun-tahun natal yang lalu. Contohnya : Hai Dunia Gembiralah, Malam Kudus, Berlutut di Palungan-Mu,Slamat-Slamat Datang, dan yang paling heboh yaitu Lagu "O Holy Night". Beberapa tahun lalu, O Holy Night membutuhkan waktu 2-3 bulan untuk melatihnya. Namun karena beberapa senior telah mengetahui lagu tersebut, mudah-mudahan dapat membuat momentum singkat selama latihan. Karena nantinya ada banyak anggota baru, para senior harus ekstra kerja keras agar lagu-lagu natal tersebut sukses telak.
Narsis dulu ... |
Nah, temen-temen di Luar Kalimantan segera datang donk. Kedatangan anda semua sangat dinanti-nantikan. Kita akan memeriahkan Gereja Santa Gemma kembali. Dengan alunan lagu yang paling merdu. Hanya dari AMBA choir!!! Ciayoooouu!!!
6 Desember 2010
Setelah sesekian kalinya, terkadang terpikir kesedihan di benak senior AMBA. Manakala pada saat pengukuhan, begitu ramai dengan wajah-wajah baru yang bermunculan. Sesekali seperti ada harapan besar kepada AMBA melihat begitu bertumbuhnya AMBA dari segi keanggotaan. Namun sangat disayangkan, ketika menjalani tugasnya AMBA harus kembali berpontang-panting menghadapi kenyataan yang berulang. Kemanakah anggota kita? Yang pada saat pengukuhan terlihat ramai dan mantap. Tiba-tiba saja senyap tiada kabar. Inilah kesedihan memilukan bagi pengurus AMBA dari dahulu hingga masa sekarang.
Sudah tidak mengherankan lagi untuk kejadian kurangnya anggota pada saat bertugas. Dikarenakan juga berbagai macam faktor yang membuat beberapa anggota harus men-non-aktif-kan dirinya. Selayaknya kita dengar ucapan dari bibir kita. "Saya berjanji akan selalu setia kepada AMBA dalam setiap tugas-tugasnya." Di Manjau, di hadapan Bunda Maria, kita harus mengucapkan janji itu. Sebagai meterai sah bahwa kita bekerja bakti untuk Allah yang sudah seharusnya kita layani. Namun apabila melihat kenyataan seperti ini, bagaimanakah kelangsungan AMBA selanjutnya harus terseret-seret mencari anggota lagi? Mungkin dari kesadaran kita masing-masing dapat mengetuk diri. Bahwa melalui AMBA bakat talenta kita tersalur dan secara rohani iman kita didekatkan. Sadarkah kita bahwa kita masih harus melayani Allah? Hendaknya anggota harus meresapi hal ini baik-baik.
Semoga dengan berkembangnya AMBA hingga tahun 2010 ini membawa berkat bagi Gereja tercinta kita. Agar membuat semangat pelayanan kita semakin kokoh, semua pihak AMBA harus bercermin pada dirinya sendiri. Bahwa kita dibutuhkan untuk orang lain, bahkan untuk diri kita sendiri. Setidaknya, kita menyadari sumpah setia yang telah kita ucapkan menandakan bahwa kita siap menjadi bagian dari lingkungan Gereja seutuhnya. Meskipun AMBA tidak khusus di bawah Paroki, eksistensinya telah diakui dan kita harus merasa bangga. Dengan jatuh bangunnya AMBA sejak awal berdiri hingga sekarang, mampu mengukir masa dengan suara emas dari setiap generasi yang berlipat-lipat.
Mari, kita bersama lagi memuji dan memuliakan Tuhan. "Bene cantat bis Orat", upah kita sangat besar di Surga. Jadilah anggota AMBA yang setia dan bangga, rajin berlatih, tidak pernah absen. Maka sudah selayaknya kita disebut Laskar Surgawi yang tak henti-hentinya bernyanyi...
7 Desember 2010
Beginilah wajah dan rupa Pelatih Amba, waktu pertama kali AMBA didirikan. terlihat dari foto AMBA AWAL, para anggota koor AMBA n umat bernyanyi dengan penuh penghayatan yang sempurna. Suasana gereja dipenuhi oleh umat yang bernyanyi sambil memuji TUHAN YESUS KRISTUS. Semua terasa indah dan damai.
Sejenak kita perhatikan, mungkin Anggota AMBA Awal sungguh sangat ramai anggota yang ikt bernyanyi di bandingkan dengan AMBA sekarang. Mungkin karna pengaruh usia dan sebagainya.Kami sungguh sangat merindukan suasana keramaian dan kebersamaan anggota AMBA AWAL. Bernyanyi bersama dengan riang, semangat dan ceria. Kini kami sebagai Anggota AMBA angkatan abad 20 ini, sungguh sangat berharap agar anggota AMBA dapat eksis dan anggota baru dapat bertambah banyak di Paduan Suara AMBA. Kami berusaha untuk mencari dasn terus mencari anak-anak muda katolik bahkan non katolik untuk turut ikut serta dalam mengikuti kegiatan AMBA ini. Semua dikarenakan dengan tujuan untuk kegiatan rohani. Semoga harapan anggota AMBA sekarang dapat terwujud.AMIN. (hendra)
8 Desember 2010
Sejenak saya berbincang dengan Ketua AMBA periode 2010/2011. Dia bernama Marta Rosalina T. Biasanya paling akrab dipanggil Kak Marta. Dulu sebelum kenal bu Ketua kita ini, awalnya keliatan biasa-biasa saja. Namun kalau didekati lebih detail, profilnya sangat menarik. Pernah coba berduet lagu dari teks yang sudah tersedia. Kak Marta begitu luwes dalam merangkai nada. Dan hampir setiap kali bertemu,"Yok Frans, kite duet nyanyi." Pribadinya rame lah, pikir saya.
Suatu ketika juga ada cerita dari Kak Marta. Bagaimana dahulu, beliau ini orangnya pendiam dan pemalu. Di suruh ke depan atau tampil di depan paling demam panggung. "Jangankan ke depan Frans. Disuruh orang ngomong di depan paling grogi aku,"ungkapnya. Namun di balik usaha dan kerja keras yang panjang. Kak Marta harus merubah diri menjadi lebih baik, melawan kelemahan dirinya itu. Dari hal pekerjaan juga menarik, orangnya luwes dan mengalir bagai air. Secara cepat bisa menyesuaikan diri di lingkungan sekitarnya. Mungkin kata dia,'susah ngomong'. Tetapi setelah menjabat menjadi Ketua AMBA, sedikit demi sedikit jiwa kepemimpinannya muncul. Tidak lagi canggung dalam memimpin, tidak lagi grogi. Benar-benar pribadi yang unik.
Untuk angkatan kali ini anggota AMBA harus berbangga kepada Ketua kita yang biasa disapa Kak Marta ini. AMBA harus mengikuti sisi perjuangan dari beliau. Meskipun memiliki sikap pemalu, dan pertama kali hanya menganggap diri seakan 'tidak bisa' akhirnya menjadi bisa. Patut dicontoh oleh kita semua, sikap mengasah diri dari Kak Marta ini. Jika kita mengenal sosok satu ini lebih dekat, kita akan melihat ada sisi humor di baliknya. Kadang kalau berbicara juga ceplas ceplos, dan ngebanyol. Buat suasana bosan jadi segar. Nah, sosok inspirasi kali ini memberikan teladan kepada kita, bahwa di dalam hidup ini kita harus terus berusaha. Tidak boleh menganggap diri kita kekurangan, namun harus mencari bagaimana menjadi besar dan berkembang di antara yang lain. Ini lah hal yang harus kita contoh dari sosok ketua kita, Kak Marta.
Inilah aksi para penjagal, dalam menjalankan tugas untuk memotong bahkan memutasikan organ-organ tubuh sang BABI...hehehe...
sangar...Beginilah para anggota AMBA.Mungkin dalam setahun, pemotongan BABI sebanyak 3x.hehe...mungkin sudah menjadi adat dan istiadat bagi para anggota AMBA. Sayangnya pada waktu mengangkat sang BABI ke luar kandang ga ada fotonya...kalo ada, pasti sangat lucu.
Malam sebelum pemotongan babi, Aku(HEndra), Frans dan Wangge, bermalam di tempat Pak Yan atau MABES AMBA. Tepatnya pada waktu itu, pemotongan babi dalam rangka Malam Natal. Tak lama kami tertidur, akhirnya subuhpun tiba. kami bertiga segera bangun dengan semangat. Tak sabar ingin membawa sang Babi keluar dari kandangnya.
dengan penuh semangat, kami sebagai penjagal segera mencincang dan membelah - belah bagian tubuh sang babi....
tak lama lagi, event ini akan terulang kembali...
mari teman2 anggota AMBA turut berpartisipasi dalam penjagalan sang babi...12 November 2010
Inilah aksi para penjagal, dalam menjalankan tugas untuk memotong bahkan memutasikan organ-organ tubuh sang BABI...hehehe...
sangar...Beginilah para anggota AMBA.Mungkin dalam setahun, pemotongan BABI sebanyak 3x.hehe...mungkin sudah menjadi adat dan istiadat bagi para anggota AMBA. Sayangnya pada waktu mengangkat sang BABI ke luar kandang ga ada fotonya...kalo ada, pasti sangat lucu.
Malam sebelum pemotongan babi, Aku(HEndra), Frans dan Wangge, bermalam di tempat Pak Yan atau MABES AMBA. Tepatnya pada waktu itu, pemotongan babi dalam rangka Malam Natal. Tak lama kami tertidur, akhirnya subuhpun tiba. kami bertiga segera bangun dengan semangat. Tak sabar ingin membawa sang Babi keluar dari kandangnya.
dengan penuh semangat, kami sebagai penjagal segera mencincang dan membelah - belah bagian tubuh sang babi....
tak lama lagi, event ini akan terulang kembali...
mari teman2 anggota AMBA turut berpartisipasi dalam penjagalan sang babi...12 November 2010
Cantique De Noel |
Hari pertama latihan di Gereja Katedral St. Gemma. Diramaikan dengan kedatangan beberapa anggota lama yang berhijrah di Ketapang. Membaur kembali dalam alunan nada bersama AMBA di Gereja. Ditambah lagi dengan hadirnya sosok yang ditunggu-tunggu oleh anggota sekalian, siapa lagi kalau bukan Pak Yan Sukanda.
Latihan pertama kali diawali dengan pemanasan. Pak Yan menjelaskan bagaimana pemanasan dimulai. Beliau menjelaskan bagaimana bernyanyi dengan baik melalui teknik pernafasan. Ada 2 macam pernafasan manusia. Pertama adalah pernafasan perut dan kedua adalah pernafasan dada. Dalam bernyanyi supaya dapat memproduksi suara dengan power kuat, seorang penyanyi harus melatih pernafasan dada. Contoh konkret yang diberikan Om Yansen, adalah bersin. Ketika orang bersin, diafragma mendorong udara keluar dengan keras. Dan teknik pernafasan seperti bersin itu yang digunakan untuk bernyanyi. Sehingga dalam bernyanyi, letak power berada pada diafragma.
Selanjutnya kami dicoba untuk melakukan pemanasan dari nada terendah hingga ke tinggi. Semakin lama semakin tinggi dan agak rumit. Di bagian ini Om Yansen menjelaskan teknik bernyanyi nada tinggi. Semakin tinggi nada, semakin tinggi resonansi. Resonansi tersebut berada di bagian kepala. Agar suara mengalir lebih maksimum, tekan nafas dengan tenaga diafragma. Sehingga saat bernyanyi, produksi suara lebih keras dan mantap.
Bersama Pak Yan Sukanda |
Next, Cantique De Noel mulai dilatih. Lagu yang 2 tahun lalu pernah dinyanyikan tersebut mengingatkan saya kembali kepada teman-teman lama AMBA. Dahulu kami menargetkan lagu tersebut untuk dilatih selama 3 bulanan. Namun karena sudah kepepet waktu, Cantique De Noel harus diselesaikan kurang dari 30 hari atau 1 bulan. Kami kembali beradu bersama not satu persatu. Dan memang sungguh luar biasa payah, suaranya terlalu tinggi. Khusus team kami di tennor, suara kami sangat penat untuk melagukan suara tinggi. Kalau team suara yang lain paling agak kesulitan di nada miring (di, ri, sel, fi dll). Dan pada akhir latihan, suara kami sudah benar-benar habis.
Antusiasme Choirs selama Latihan |
Namun, latihan kali ini benar-benar berbeda dari yang biasa. Karena event kali ini adalah untuk natal. Dan sebentar lagi teman-teman dari luar Kota, yang senior akan segera bergabung bersama AMBA. Salah satunya adalah Adventius Puji yang baru datang dari Semarang sejak tanggal 11 Desember kemarin.Belum lagi diramaikan oleh teman-teman lainnya yang akan menyusul. Latihan tidak akan terasa jika suasana menjadi ramai. Sehingga, sangat dinantikan kembali untuk latihan berikutnya. Seraya penulis melihat pengumuman jadwal latihan, AMBA diletakkan pada hari Senin, Rabu dan Kamis jam 19.00. Baik, next kita latihan kembali!! (frs)
13 November 2010
13 Desember 2010. Jam 7 malam, para anggota kembali berlatih koor. Lanjutan latihan dari Cantique De Noel. Sekarang latihan tahap kedua telah dilakukan. Awalnya kami menyangka, Pak Yan Sukanda tidak hadir, rasanya ada yang kurang. Namun setelah sejenak kami berlatih lagu "Hai Dunia, Gembiralah", Om Yansen pun hadir di tengah-tengah latihan tersebut. Dan akhirnya Om Yansen mengambil alih podium untuk memantapkan Catique De Noel.
Kemudian kami berlatih per seksi. Penulis yang berada di bagian Tenor, bersama Bang Hengky membantu mencari nada dan ketukan. Sedangkan yang lainnya bersiap-siap untuk meraba nada. Akhirnya nada pertama di mulai. Terasa nada sedikit lebih mudah daripada kemarin. Mungkin karena latihan pertama, membuat tenggorokan menjadi lebih kuat. Sehingga menyanyikan nada tinggi jadi agak lebih ringan dan tidak terlalu sulit seperti kemarin. Namun, saat berlatih ada beberapa yang sudah kehabisan suara. Namun kami tidak menyerah, walaupun penulis juga sudah kewalahan bernyanyi sambil mengetuk.
Alto dibimbing Pak Yan Sukanda |
Selanjutnya, seksi bagian Tennor mengajak kolaborasi dengan suara Bassis dan Sofran. Namun seksi bagian Alto masih berlatih bersama Om Yan. Akhirnya 3 suara tersebut berkolaborasi dari awal nada hingga terakhir. Kelihatan bahwa lagu Cantique De Noel sudah mulai dikuasai dengan baik. Terlihat dari leluasannya teman-teman menyanyikannya. Meskipun beberapa memasang wajah agak masam karena nada tinggi.
Kemudian kami dikumpulkan semuanya. Tenor, Bassis, Sofran dan Alto disatukan dibawah pelatihan Pak Yan. Catique De Noel dimulai dengan lembut dan perlahan. Terdengar sayup dan merdu, dan lama kelamaan spiritpun tampak. Suasana megah terasa sarat menyentuh keheningan malam di Gereja St. Gemma. Meskipun latihan sempat terpotong oleh anggota Alto yang agak kesulitan menembak nada 5 (sel). Menurut saya, selaku penulis menaruh harapan jika memang benar serius dan mau berlatih, kelak grup Alto akan lebih luwes menguasainya. Tidak hanya untuk Alto, diharapkan semua seksi suara tetap berlatih keras hingga lagu dapat tuntas dilatih.
Kak Marta antusias |
Pada akhir latihan sekitar jam 9 malam, Pak Yan bercerita tentang sesuatu. Ada 4 orang sahabatnya di Bidang seni yang telah meninggal dunia. Kemudian beliau juga menjelaskan bahwa menyanyi itu dapat meningkatkan kecerdasan otak. Kita bayangkan, jika kita menyebut angka 1,2,3,4, sampai 8 itu sebagai angka. Namun dalam bernyanyi, angka-angkat tersebut harus dibaca otak sebagai notasi. Misalnya: 1 dibaca do, 2 dibaca re, 3 dibaca mi dan seterusnya. Sesuatu yang begitu sulit diterapkan. Luar biasa bukan? Dalam bernyanyi dan membaca not, sebenarnya kita telah melatih otak kiri kita, sedangkan otak kanan kita menyeimbangkannya. Dan beliau meyakinkan anggota, bahwa angkatan AMBA yang terdahulu rata-rata memiliki prestasi yang baik di bidang pendidikan. Oleh karena itu, paduan suara sangat baik untuk meningkatkan kecerdasan.
Kolaborasi Bass dan Tennor |
Kemudian menjelang pulang diumumkan kembali latihan berikutnya. Adapun latihan tersebut berlanjut sesuai jadwal Paroki yaitu hari Rabu jam 7 malam. Pesan yang selalu sama diharapkan kepada para anggota untuk datang tepat waktu. Teman-teman yang tidak hadir wajib diberitahukan agar kekuatan paduan suara AMBA menjadi lebih maksimal. Akhirnya perjumpaan ditutup dengan doa yang dipimpin kak Marta, Ketua AMBA kita. Dan kamipun pulang ke rumah masing-masing untuk menantikan hari berikutnya untuk berlatih. Ciayou!!
15 Desember 2010
Sekilas layang pertanyaan, apa AMBA menurut kamu? Jika kita pikirkan secara simple, begitu mudah untuk menjawab ini. Namun jika berbicara bagaimana pengalaman anda selama di AMBA, apa yang kamu dapatkan dari AMBA. Nah, dari topik ini saya ingin mengajak teman-teman untuk mengerti dan memahami AMBA sepenuhnya.
Dari segi organisasi, AMBA jelas adalah sebuah organisasi. AMBA didirikan atas asas, dasar dan sebuah anggaran dasar yang jelas sebagai organisasi. Yang dikepalai oleh seorang Ketua dan dibantu oleh wakil beserta jajarannya. Jelas setiap organisasi ada sebuah Dewan penasehat. Namun karena kita organisasi yang informal, Dewan Penasehat tersebut diganti dengan istilah Pelatih yang dijadikan sebagai penasehat AMBA. Dalam menjalankan organisasi, AMBA memiliki program khusus baik itu internal gereja maupun program di luar gereja. Dan perlu diketahui, AMBA adalah organisasi yang terlepas dari ikatan Paroki. Sehingga boleh dibilang AMBA termasuk organisasi ekslusif yang berdiri di luar gereja Paroki khususnya St. Gemma Galgani. Walaupun demikian, hal ini tidak menjadi arogansi AMBA untuk tetap eksis di gereja. Justru keberadaan AMBA lebih banyak input dari Paroki dan sebagai umat yang baik, anggota AMBA akan siap selalu membantu Paroki dalam memeriahkan kegiatan Rohani Gereja St. Gemma. Kemudian keanggotaan AMBA bersifat selamanya, walau non-aktif sekalipun. Karena setiap orang Katolik, bernyanyi adalah sebuah madah bhakti atau bentuk puji syukur, dan AMBA merupakan wadah untuk itu. Jika dihitung dari awal, keanggotaan AMBA diperkirakan berjumlah kurang lebih 300 orang baik aktif maupun non-aktif. Walaupun demikian, keanggotaan AMBA yang aktif sudah memadai sekitar 40 orang anggota aktif. Jumlah itu sudah cukup untuk memperkuat anggota AMBA. Namun secara jujur, kami masih memerlukan anggota tambahan untuk 'lebih' meningkatkan power dari personil kami.
Santai, namun serius |
AMBA setiap tahun selalu mengadakan pengukuhan. Lokasi pengukuhan biasanya ditargetkan di Goa Maria Kederon, Manjau. Namun kadang musim hujan membuat jalan-jalan menuju Manjau menjadi rusak. Sehingga, pengukuhan yang semestinya berada di Manjau harus dialihkan ke tempat lain seperti Pantai (Terakhir di Pantai Pagar Mentimun,2010). Pengukuhan bertujuan agar anggota lebih setia kepada AMBA dan mengajarkan kepada AMBA untuk bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban yang akan diemban selama mengikuti AMBA. Karena kelak, para anggota tersebut yang akan menjadi pengurus AMBA selanjutnya. Dan dengan adanya pengukuhan menjadikan para anggota sebagai momentum setiap generasi untuk menjadi tali penerus AMBA.
Hendra Jaka Gunawan |
Latihan selalu diadakan di Gereja Katedral St. Gemma. Kadang kala, latihan diadakan rutin setiap hari Minggu jam 11. Namun jika sudah memasuki program, AMBA biasanya mengambil jadwal berdasarkan kesepakatan Musyawarah antaranggota. Jika lokasi berbentrokan dengan koor paduan suara lain, biasanya anggota AMBA melakukan latihan di Gereja lama atau juga mengganti waktu berikutnya. Bisa dibilang, Gereja Katedral St. Gemma disebut sebagai Mabes kedua. Selain di rumah kediaman Pak Yan Sukanda di Jalan A. Yani, Gereja St. Gemma adalah tempat berkumpul di saat latihan. Namun jika ada kegiatan yang memerlukan tempat berkumpul jika gereja terpakai, Mabes tetap tempat idaman untuk berkumpul.
Di dalam AMBA banyak suka dan duka. Suka terasa indah dikenang. Duka yang pahitpun menjadi cambuk keras untuk lebih baik. Sehingga Eksistensi AMBA dapat bertahan hingga sekarang karena kekuatan solidaritas. Para anggota yang lebih kompak, 'care' dan serius. Itu adalah nilai plus dari anggota AMBA di Ketapang. Semua berlatih dan terus berlatih hingga menjadi bisa. Dan tentunya ada banyak pendapat dari teman-teman yang telah lama berkecimpung bersama AMBA dalam melayani gereja.
Berikut salah satu tuturan teman-teman kita, Generasi AMBA 2010.
Nippo |
"Menurut saya AMBA adalah kelompok kor yang sangat menakjubkan, menyenangkan dan menerapkan suatu tempat di mana kita bisa menanamkan rasa cinta kasih dalam kebersamaan. Kedekatan bersama senior dalam hal bercanda dan bahkan ketika serius dll. Begitu juga ketika bernyanyi. Banyak hal yang kita dapat pelajari mengenai lagu-lagu. Dan tentu AMBA merupakan sebagai alat pencerah pikiran, perbuatan dan lain-lain terutama kita para penyanyi hehehe.. AMBA juga sebagai tempat dan alat bagi kita untuk mengembangkan bakat dalam hal bernyanyi, menghilangkan stress dan sebagainya. (Nippo)"
Saminor |
"AMBA itu asyik. Dari alunan lagu yang ditampilkan, senior berkesan santai tapi serius. Musikalisasi yang nyangkut di telinga, sampai deretan harmonisasi suara yang luar biasa, benar-benar membuat saya sebagai anggota dibawa asyik dan terhanyut. AMBA Choirs itu benar-benar mandiri, buktinya latihan-latihan aja ngga harus dibimbing. Cukup 1 atau 2 orang principle yang ahli di suaranya, udah menuaikan hasil yang bagus. Bahkan kemandirian AMBA untuk berbagai acara terbukti menghasilkan kesuksesan yang luar biasa. Berdiri di tengah-tengah, AMBA Choirs itu benar-benar berkesan. Kita tidak hanya diajarkan tata cara membaca not, tetapi teknik vokal yang baik. Itu juga diajarkan, ditambah lagi para senior yang baik-baik, benar-benar berkesan. Suara merdunya asli, alunan musiknya asli, lagu-lagunya asli, asyiknya asli, mandirinya asli, berkesannya asli, yeah semua asli haha. Salam AMBA. Semoga slalu bisa mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan dan sesama. Sukses selalu. (Samin Odop)"
"AMBA merupakan suatu kelompok paduan suara gerejani untuk perdamaian, sebuah paduan suara yang berbentuk organisasi di mana semua orang bisa bernyanyi sambil memuji Tuhan dan juga sebagai tempat di mana kita bisa belajar bernyanyi yang sesungguhnya. (Hendra Jaka Gunawan,, salah satu wartawan ambachoirs.blogspot.com)"
Itulah sebagian pendapat anggota AMBA yang penulis liput langsung. Mungkin anggota yang lain juga merasakan hal yang luar biasa melalui AMBA. Itu semua adalah anugerah yang kuasa, di mana kita telah diciptakan dengan talenta yang telah ada. Selanjutnya tinggal kita sendiri, apakah kita melanjutkan apa yang telah Tuhan berikan atau tidak. Dan AMBA, adalah salah satu media untuk mengembangkan talenta kita semua. Semoga tulisan ini bermanfaat. Salam bagi yang telah dan akan bergabung dan kepada semua jajaran pengurus AMBA untuk tetap eksis memajukan AMBA. Salam untuk para anggota dari penulis!! AMBA Choirs, Voice for Peace!(fransesco)
28 Desember 2010
Algojo 2010 |
Di Pagi yang dingin, penulis bersama sahabatnya, Hendra terbangun oleh gonggongan anjing yang berada di rumah Pak Yansen. Sebelumnya penulis dan Hendra telah menginap semalaman untuk membantu ritual algojo sebagaimana tahun-tahun lalu menjelang natal. Dan pagi itu datanglah salah seorang senior yang biasa kami sapa Bang Anam. Beliau telah mempersiapkan senjata andalannya yaitu 'isau'. Dan mungkin pagi itu adalah pagi yang terlalu awal di mana teman-teman yang seharusnya menjadi algojo, sudah berkumpul di lokasi. Namun, pada saat itu hanya kami bertiga yang telah hadir.
Pig Head |
Penulis dan teman-teman sementara menunggu para Algojo menghibur diri dengan online di Notebook. Bang Anam yang baru datang juga berkata bahwa seharusnya pagi ini kita menyelesaikannya. Karena kalau sudah kesiangan agak sedikit rumit nantinya. Dan jelang beberapa lama, akhirnya teman-teman datang. Dari satu kepada yang lain diinformasikan sehingga sedikit demi sedikit datanglah para team penjagal di tempat. Dan akhirnya penjagalan diawali dengan penangkapan. Luar biasa, beberapa teman takjub ketika melihat "Babi" itu. Badannya besar dan bisa dibilang lebih besar daripada tahun-tahun kemarin. Dan team penangkap, Bang Guli,Bang Anam, Yohanes Wangge dan Hendra masuk ke dalam kandang, sedang penulis memegang perangkat untuk mengikat babi itu. Begitu berisik proses penangkapan dan pengikatannya. Tak lama kemudian babi berhasil diikat dan mulutnya dibekap dengan getah ban meskipun dengan susah payah dan kami segera menggotong babi tersebut ke tempat penjagalan.
Wangge dan Bang Ad0n |
Di sinilah para algojo beraksi. Bang Anam dengan Isaunya telah berada pada posisi. Teman-teman lainnya sudah mempersiapkan apa saja yang diperlukan selama penjagalan, salah satunya Baskom untuk darah. Setelah semua pada posisinya, Penulis dkk bersiap-siap dan berusaha segenap tenaga untuk memegang tubuh Babi berjaga-jaga agar babi tidak memberontak. Dan proses penusukanpun berakhir dengan ringan hingga sang Babi rebah di tangan para Algojo.
Kemudian akhirnya, tubuh babi tersebut dicabuti bulunya dengan disirami air panas. Setelah itu babi menjadi bersih dan mulai dibedah. Hingga tiba pembedahan daging-daging kemudian dipisah-pisah dari iganya. Lemaknya dipisah dari dagingnya. Dan penulis dan beberapa teman cewek mengerjakan 'Sak-sang'. Dan proses pengolahan dikerjakan oleh senior Kak Ellen, Kak Lidya dan Fennita. Jika diceritakan bagaimana mengolahnya jelas tulisan ini akan menjadi begitu panjang. Namun yang patut kita banggakan adalah semangat kebersamaan yang tetap terjaga antar anggota yang membuat tugas ini berhasil. Sehingga menjelang Natal, kami bisa menikmati hasil beberapa jam itu. Keep it touch!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar