Setiap tahun, KEFRAP (Keluarga Fransiskan Pontianak) mengadakan baksos. Awalnya baksos dilaksanakan di Jagoi Babang tanggal 8 s/d 11 Agustus 2013. Kemudian, baksos dilaksanakan di Jelimpo pada tanggal 27 s/d 29 Juli 2014. Untuk ketiga kalinya, KEFRAP melaksanakan baksos pada tanggal 15 s/d 19 Juli 2015 di Desa Raba, Menjalin. Anggota KEFRAP yang diutus berjumlah 35 orang dengan jumlah tarekat atau ordo Fransiskan yang hadir sebanyak 6 tarekat. Mereka terdiri dari Ordo Pertama Fransiskan; OFMCap (Kapusin), Ordo Ketiga Regular; MTB, SFIC, KFS, SMFA, dan Ordo Ketiga Sekular; OFS.
Hari Pertama, 15 Juli 2015
KEFRAP memulai perjalanan dari Pontianak tepatnya di Biara Susteran SFIC dengan menggunakan dua kendaraan angkutan, dan satu mobil pick-up untuk mengangkut logistik dan barang-barang sumbangan ordo/tarekat maupun donatur. Seperti yang telah direncanakan jauh hari sebelumnya pada rapat terakhir, seluruh rombongan akan berangkat pada pukul sembilan pagi. Barang-barang yang dibawa antara lain barang kebutuhan pribadi, makanan, minuman, beras, air kemasan gelas, pakaian-pakaian yang masih layak pakai dan berbagai macam sumbangan lainnya. KEFRAP yang diketuai oleh Pastor Taddeus, OFMCap. telah merencanakan kegiatan ini jauh hari sebelumnya, mengingat bahwa baksos merupakan agenda tetap tahunan yang dilaksanakan rutin setiap tahun. Ketika barang-barang telah siap untuk diangkut ke dalam kendaraan, seluruh rombongan berdoa terlebih dahulu agar perjalanan menuju Desa Raba (Menjalin) dilancarkan oleh peyelenggaraan Tuhan. Tepat pada pukul sembilan, kami semua bergegas ke dalam kendaraan yang telah ditunjuk untuk berangkat menuju lokasi. Untuk memangkas waktu agar lebih cepat, maka diputuskanlah bahwa jalur cepat adalah melalui pelampung penyeberangan yang berada di daerah Korem menuju Siantan. Sekitar pukul dua belas siang, kami singgah ke Spoleto di dekat Goa Maria Ratu Toho di wilayah Pak Kadu’ untuk melaksanakan santap siang dan beristirahat sejenak. Di rumah pembinaan milik para saudari susteran KFS inilah, kami melepas lelah untuk beberapa waktu agar dapat melanjutkan perjalanan selanjutnya. Sekitar pukul satu siang, kami tiba di Desa Raba dan menurunkan barang-barang menuju tempat peristirahat masing-masing. Setiap anggota KEFRAP bermalam di rumah umat yang telah ditentukan.
Kesan pertama yang didapat pada saat tiba di Desa Raba adalah keramahtamahan. Begitu ramahnya masyarakat ketika rombongan kami telah sampai. Sambil melepas lelah selama perjalanan, secangkir teh dingin dan cemilan kacang tanah yang masih panas menemani perjumpaan kami saat itu. Misa akan diadakan pada pukul setengah delapan malam, maka kami beristirahat terlebih dahulu hingga waktu yang ditentukan. Penulis sendiri menginap di rumah keluarga Bapak Frans Atan bersama Sdr. Samuel OFS, dan Bruder Bosco, MTB. Keluarga ini sangat ramah sehingga kedatangan kami disambut dengan hangat sejak awal hingga akhir pertemuan kami seperti keluarga sendiri.
Malam harinya kegiatan misa dan perkenalan dimulai. Tepatnya pada pukul setengah delapan malam, misa dilaksanakan dan dipimpin langsung oleh ketua KEFRAP yaitu Pastor Taddeus, OFMCap. Selama misa berlangsung terdengar begitu meriah alunan suara dari OMK St. Maria Viany bersama pemusik yang didominasi gitar dan biola yang membuat suasana misa menjadi lebih khidmat. Setelah misa dilaksanakan, satu per satu anggota KEFRAP memperkenalkan diri. Mulai dari OFS, KFS, MTB, SMFA, SFIC hingga saudara tertua kami OFMCap. Dengan demikian, kami memperkenalkan diri kami sebagai pengikut Fransiskus dari Asisi di Ponianak yang melaksanakan karya sosial di Desa Raba. Baksos ini juga dilaksanakan sebagai Aksi Panggilan bagi masyarakat di Desa Raba dan sekitarnya. Sehingga diharapkan, akan lahir seorang pastor, bruder, suster, frater bahkan awam Fransiskan dari desa yang mayoritas penganut Katolik ini.
Hari Kedua, 16 Juli 2015
Keesokannya aktivitas kegiatan baksospun dimulai tepatnya pada tanggal 16 Juli 2015. Kegiatan diawali dengan retret kaum muda dan pembinaan orang tua. Dibuka oleh Sdr. Samuel, OFS sebagai Master of Ceremony (MC) yang memberikan beberapa patah kata. Pertama, pembinaan tentang anti-narkoba yang dibawakan oleh penulis (Fransesco A.R., OFS) selama satu jam. Selanjutnya permainan kreativitas yang dibina oleh Suster Rufini,SMFA dengan menyusun ayat alkitab yang telah diacak di masing-masing amplop oleh setiap kelompok OMK yang telah dibagi sejumlah enam orang untuk satu kelompok. Selanjutnya, Sdr. Samuel, OFS memberikan perenungan mengenai harga diri sebagai kaum muda. Kemudian, OMK disemangati dengan ketegasan agar tidak goyah dalam menentukan panggilan hidup. Pembinaan terhadap panggilan hidup ini dibawakan oleh Suster Syeba,SFIC. Penutup dari kegiatan retret kaum muda adalah motivasi yang diberikan oleh Bruder Vianney,MTB. Bruder muda yang juga merupakan Kepala Sekolah dari SMA Sto. Paulus ini mengarahkan para OMK agar tidak mudah terpengaruh secara negatif pada perkembangan teknologi yang ada. Setelah mendengarkan banyak hal dari saudara-saudari pembicara, akhirnya para OMK diijinkan keluar gedung untuk melakukan permainan. Ada permainan lari membawa balon, estafet gelang karet sampai memasukkan paku ke dalam botol. Permainan ini dilakukan sesuai dengan kelompok yang telah dibagi. Di gedung berbeda, juga diadakan pembinaan pertanian untuk orang tua di ruang SMP oleh Bruder Babtis, MTB. Bruder yang berpengalaman di bidang pertanian ini membagikan banyak ilmu bagi petani dan orang tua di Desa Raba dari teori hingga prakteknya. Di tempat lainnya, ibu WK dan team KEFRAP membuat anyaman dari tali sintetis untuk dijadikan tas, bakul dan lain-lain. Pada tengah hari, pukul dua belas siang seluruh anggota KEFRAP beristirahat dan makan siang. Kegiatan permainan OMK kemudian dilanjutkan hingga pukul tiga sore. Seperti tanpa mengenal lelah, sekitar setengah empat kami semua melakukan survey ke rumah-rumah umat. Penulis bersama kelompok Pastor Taddeus, OFMCap, Sdri. Silvy, OFS, Fr. Dedi, OFMCap., dan Sdr. Yoseph, OFS menuju stasi kampung Duling. Kelompok lain yang telah dibagi mengunjungi stasi Kampung Raba, Tapis, Palades Kaca, dan Konyo. Kegiatan ini tentu telah mendapatkan persetujuan dari Pastor Paroki Menjalin agar tidak melangkahi otoritas Paroki Menjalin pada setiap stasinya pada kegiatan baksos yang diadakan KEFRAP ini.
Cerita di Stasi Kampung Duling
Ada cerita lain bagi kelompok kami di Stasi Kampung Duling. Dengan menggunakan mobil kami melewati medan yang cukup sulit dilewati. Tak hanya itu, kami juga belum mendapatkan informasi lengkap mengenai letak desa Duling yang akan kami datangi ini. Sehingga, mau tidak mau kami harus bertanya kepada masyarakat yang kebetulan melewati jalur tersebut. Beberapa kali kami harus turun naik sebab jalanan berbatu, menanjak, cekung sehingg kendaraan yang kami tumpangi sempat kandas di tengah-tengah jembatan karena badan mobil terlalu pendek sedangkan jembatan begitu tinggi. Syukurlah, karena kerja sama team yang baik kami semua berhasil melewati medan tersebut dan sampai di Stasi Kampung Duling. Di sana kami singgah di rumah ketua umat stasi Duling yaitu Bapak Kalut. Pastor Taddeus,OFMCap menanyakan beberapa hal yang dapat dijadikan informasi bagi kelompok kami untuk melayani Desa Duling ini. Informasi yang ditanyakan antara lain jumlah KK yang ada, orang yang sakit di desa itu, dan informasi-informasi apapun yang menjadi kebutuhan di desa tersebut. Sehingga, di hari kedua kami mengunjungi tempat yang sama namun menggunakan kendaraan beroda dua demi menghindari medan yang sulit. Di stasi kampung Duling kami melaksanakan misa, pembagian rosario dan pemberkatan rumah salah seorang warga. Pengalaman ini merupakan pengalaman yang luar biasa dan sangat berkesan terutama bagi penulis secara pribadi. Antusiasme warga terhadap kedatangan kami, dirasa sebagai kerinduan mereka pada uluran tangan secara langsung. Sejenak saya sempat terharu, anak muda hingga orang tua berbondong-bondong mengunjungi kapel dan ikut serta dalam kegiatan ini. Seorang Bapak tua yang senang berbagi cerita juga ikut serta dan tidak pernah absen dari awal kunjungan kami hingga berakhirnya kegiatan. Semoga Tuhan Yesus senantiasa memberkati desa-desa khususnya di Desa Raba dan sekitarnya. Cerita lain para saudara KEFRAP di Stasi kampung Tapis, sempat mengalami salah jalan atau tersesat saat akan pulang namun pada akhirnya sampai juga pada malam hari di Desa Raba. Pengalaman lucu dan sangat menarik yang membuat kami semua merasakan kekeluargaan yang kuat selama melayani di Desa Raba Menjalin ini.
Bertukar Pikiran
Di waktu yang berbeda, penulis sempat bertukar pikiran dengan ketua panitia pendukung kegiatan Baksos KEFRAP ini. Sebut saja nama beliau adalah Bapak M. Sanding. Sekilas, Pak Sanding memiliki nama yang persis seperti nama Pastor Kapusin senior yaitu Pastor Sanding,OFMCap. Bagaimana tidak, pastor Sanding yang adalah Pastor Kapusin Dayak pertama itu dahulu pernah bertugas di Desa Raba dan membabtis beliau sehingga kedua orang tua beliau memberikan nama yang sama persis dengan pastor yang membatisnya. Bapak dengan ciri-ciri khas yang agak brewokan, berambut gondrong juga berjenggot panjang dengan kacamata uniknya ini memberikan informasi bahwa dahulu desa Raba ini merupakan paroki sebelum dipindahkan ke Menjalin. Desa Raba dahulunya pernah memiliki stasius Radio yang digunakan sebagai sarana komunikasi masyarakat untuk meneruskan seruan perdamaian dan informasi lainnya. Namun, oleh karena munculnya telepon genggam, lambat laun komunitas radio pun menghilang karena tidak mampu membiayai operasional. Sisa peninggalan adalah sebuah menara pemancar yang berada di samping gereja yang memiliki nama pelindung Sto. Maria Vianney ini. Sempat juga membahas mengenai infrastruktur desa bahkan investor luar yang ingin membeli lahan desa menjadi perkebunan dan pertambangan di desa tersebut. Karena memang faktanya, pada musim kemarau mata air di pegunungan sekitar mengalami kekeringan akibat eksploitasi alam yang berlebihan. Permasalahan semacam ini tak asing terdengar bagi kita, namun ironis telah menggerogoti sejumlah pedesaan di Kalimantan Barat. Selentingan ini mungkin dapat menjadi kritik keras bagi pemerintah dan sejumlah pihak yang bertanggung jawab agar permasalahan sosial hingga alam sekitar dapat ditanggulangi. Sejenak percakapan terhenti, ketika penulis pamit undur untuk mengambil beberapa gambar kegiatan sebagai dokumentasi.
Hari Ketiga, 17 Juli 2015
Di hari ketiga, team KEFRAP melaksanakan Retret Orang Tua dan Pendampingan PIA. Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah orang tua, pasangan, lansia yang berada di Desa Raba. Beberapa materi yang disesuaikan dengan usia orang tua dilaksanakan dan dibimbing oleh Pastor Taddeus,OFMCap. Materi yang diberikan adalah pencerahan kepada kalangan orang tua serta nasehat-nasehat yang dapat menjadi bekal hidup dalam melaksanakan tugas pekerjaan ataupun peran sebagai orang tua dan masyarakat di sekeliling. Setelah itu, para orang tua diarak keluar gedung gereja dan bermain sebuah permainan yang menarik. Permainan ini diawali dengan sebuah instruksi dari pastor Tadde. Selanjutnya masing-masing peserta akan memegang bola kecil di tangan masing-masing. Sesi pertama adalah sesi latihan yang dilakukan sebanyak tiga kali. Setelah sesi latihan selesai, maka permainanpun dimulai. Bola yang dipegang tersebut dipegang dengan satu tangan, dan tangan lainnya diletakkan di belakang punggung. Aba-aba akan diberikan dari pastor Tadde untuk kemudian dilempar ke samping dan ditangkap oleh orang di sebelahnya. Bagi yang tidak mendapatkan bola, maka wajahnya akan dicoret dengan lipstick oleh panitia. Alhasil, beberapa bapak-bapak, ibu-ibu hingga kakek nenek wajahnya tercoreng oleh warna merah lipstick. Walau demikian, mereka menikmati permainan ini dengan gembira hati. Ada yang mengatakan bahwa mereka merasa kembali menjadi muda. Saat kembali masuk ke dalam gedung, salah satu peserta menangis karena terharu dan juga memberikan tanggapan bahwa sebagai anggota gereja, semua pihak bersatu tanpa harus melakukan kecurangan. Permainan ini membawa kesan tersendiri bagi peserta dan ditanggapi positif dan sangat antusias. Di tempat lainnya, team pendampingan PIA tidak kalah seru. Anak-anak berlatih bernyanyi, mengenal berbagai jenis tepukan, dan mewarnai. Pembimbingan ini dibawakan oleh Sr. M. Olympia,KFS, Sr. Serli Sigiro,SFIC dan kawan-kawan. Pada malam harinya, kelompok kunjungan yang telah dibentuk sebelumnya kembali menuju stasi ke kampung-kampung di sekitar desa Raba yang telah ditentukan dan melakukan pelayanannya.
Sesi Permainan dalam Retret Orang Tua
Hari Keempat, 18 Juli 2015
Di hari ke empat ada kegiatan pembinaan pertukangan, kelanjutan untuk pertanian dan pembimbingan dirigent. Pembinaan pertukangan diarahkan oleh Bruder Maksi,MTB yang merupakan insinyur pertukangan. Pelatihan pertukangan diikuti oleh sejumlah remaja dan orang tua. Kegiatan ini bertujuan untuk membina masyarakat di Desa Raba bagaimana membuat rumah mulai dari pondasi hingga rangka sampai kepada pembangunan. Kegiatan tersebut diikuti dengan antusias oleh peserta dan sangat membantu peserta dalam mendapatkan informasi mengenai teknik pertukangan yang baik dan benar. Di tempat lain, Sr. M. Christopora,KFS melatih beberapa remaja dan orang tua mengenai teknik dirigent yang baik dan benar. Suster yang biasa dipanggil Kristo ini kesehariannya juga melatih koor pemuda. Kali ini ilmunya ia bagi kepada masyarakat di desa Raba agar semakin hari, paduan suara gereja dapat semakin lebih baik dalam mengarahkan umat kepada ke-khidmad-an misa. Tak kalah serunya, penulis berpindah ke lokasi lain di mana bapak ibu sedang sibuk bersama-sama membuat sebuah area penanaman yang diarahkan oleh Bruder Babtis, MTB.
Sore harinya, team KEFRAP dan masyarakat desa Raba melaksanakan kegiatan olahraga. Olahraga yang dilaksanakan sangat unik yaitu bola kaki dangdut dan bola volly cilukba. Bola kaki dangdut ini dimainkan oleh para bruder, frater melawan anak-anak OMK Sto. Maria Viany. Namun yang membedakannya dengan bola dangdut biasa adalah pakaian yang digunakan adalah pakaian perempuan sehingga menarik perhatian banyak orang. Apalagi selang waktu musik dibunyikan, kedua kubu harus berjoget. Tak kalah dengan bola Volly cilukba. Mengapa dikatakan cilukba? Karena net atau jaring yang digunakan ditutup oleh terpal, sehingga kedatangan bola dapat terjadi secara tiba-tiba. Sama seperti bola kaki dangdut, ketika musik dibunyikan para pemain harus berjoget. Sungguh, permainan yang bisa membuat perut tergelitik ketika melihatnya.
Malam harinya, tibalah sesi untuk menonton film Santo Fransiskus dari Asisi sekaligus perkenalan secara detail masing-masing dari keenam tarekat Fransiskan yang hadir dalam baksos KEFRAP ini. Tontonan dilaksanakan di halaman depan gereja dengan sebuah proyektor yang dipasang berlawanan dengan pintu gereja di mana layarnya menggunakan sebuah spanduk putih yang ditempel di atas pintu. Antusiasme masyarakat sangat terlihat ketika segala usia memandang film tersebut dan menyimpulkan betapa kerasnya perjuangan Santo Fransiskus dalam menjalankan panggilan-Nya dari Tuhan sesuai dengan Injil yang ia percayai. Satu persatu tarekat memperkenalkan diri, mulai dari Bruder MTB, suster SFIC, suster KFS, suster SMFA, saudara Kapusin hingga persaudaraan OFS. Kesemuanya itu merupakan pengikut Kristus dari ajaran Santo Fransiskus dari Asisi. Di tengah-tengah acara tersebut banyak disuguhkan acara oleh masyarakat desa Raba seperti penampilan anak-anak remaja, OMK, dan penampilan Sdri. Monika, OFS yang mewakili KEFRAP. Walaupun sempat terjadi pemadaman listrik, namun acara tetap dilanjutkan hingga listrik kembali menyala. Inilah situasi perdesaan di mana pasokan listrik tidak selalu maksimal sehingga semuanya memaklumi hal ini. Bagaimanapun, kegiatan berjalan sukses dan semua kembali ke tempat peristirahatannya masing-masing dengan hati yang gembira.
Perpisahan, 19 Juli 2015
Sayonara
Hari Pertama, 15 Juli 2015
KEFRAP memulai perjalanan dari Pontianak tepatnya di Biara Susteran SFIC dengan menggunakan dua kendaraan angkutan, dan satu mobil pick-up untuk mengangkut logistik dan barang-barang sumbangan ordo/tarekat maupun donatur. Seperti yang telah direncanakan jauh hari sebelumnya pada rapat terakhir, seluruh rombongan akan berangkat pada pukul sembilan pagi. Barang-barang yang dibawa antara lain barang kebutuhan pribadi, makanan, minuman, beras, air kemasan gelas, pakaian-pakaian yang masih layak pakai dan berbagai macam sumbangan lainnya. KEFRAP yang diketuai oleh Pastor Taddeus, OFMCap. telah merencanakan kegiatan ini jauh hari sebelumnya, mengingat bahwa baksos merupakan agenda tetap tahunan yang dilaksanakan rutin setiap tahun. Ketika barang-barang telah siap untuk diangkut ke dalam kendaraan, seluruh rombongan berdoa terlebih dahulu agar perjalanan menuju Desa Raba (Menjalin) dilancarkan oleh peyelenggaraan Tuhan. Tepat pada pukul sembilan, kami semua bergegas ke dalam kendaraan yang telah ditunjuk untuk berangkat menuju lokasi. Untuk memangkas waktu agar lebih cepat, maka diputuskanlah bahwa jalur cepat adalah melalui pelampung penyeberangan yang berada di daerah Korem menuju Siantan. Sekitar pukul dua belas siang, kami singgah ke Spoleto di dekat Goa Maria Ratu Toho di wilayah Pak Kadu’ untuk melaksanakan santap siang dan beristirahat sejenak. Di rumah pembinaan milik para saudari susteran KFS inilah, kami melepas lelah untuk beberapa waktu agar dapat melanjutkan perjalanan selanjutnya. Sekitar pukul satu siang, kami tiba di Desa Raba dan menurunkan barang-barang menuju tempat peristirahat masing-masing. Setiap anggota KEFRAP bermalam di rumah umat yang telah ditentukan.
Kesan pertama yang didapat pada saat tiba di Desa Raba adalah keramahtamahan. Begitu ramahnya masyarakat ketika rombongan kami telah sampai. Sambil melepas lelah selama perjalanan, secangkir teh dingin dan cemilan kacang tanah yang masih panas menemani perjumpaan kami saat itu. Misa akan diadakan pada pukul setengah delapan malam, maka kami beristirahat terlebih dahulu hingga waktu yang ditentukan. Penulis sendiri menginap di rumah keluarga Bapak Frans Atan bersama Sdr. Samuel OFS, dan Bruder Bosco, MTB. Keluarga ini sangat ramah sehingga kedatangan kami disambut dengan hangat sejak awal hingga akhir pertemuan kami seperti keluarga sendiri.
Malam harinya kegiatan misa dan perkenalan dimulai. Tepatnya pada pukul setengah delapan malam, misa dilaksanakan dan dipimpin langsung oleh ketua KEFRAP yaitu Pastor Taddeus, OFMCap. Selama misa berlangsung terdengar begitu meriah alunan suara dari OMK St. Maria Viany bersama pemusik yang didominasi gitar dan biola yang membuat suasana misa menjadi lebih khidmat. Setelah misa dilaksanakan, satu per satu anggota KEFRAP memperkenalkan diri. Mulai dari OFS, KFS, MTB, SMFA, SFIC hingga saudara tertua kami OFMCap. Dengan demikian, kami memperkenalkan diri kami sebagai pengikut Fransiskus dari Asisi di Ponianak yang melaksanakan karya sosial di Desa Raba. Baksos ini juga dilaksanakan sebagai Aksi Panggilan bagi masyarakat di Desa Raba dan sekitarnya. Sehingga diharapkan, akan lahir seorang pastor, bruder, suster, frater bahkan awam Fransiskan dari desa yang mayoritas penganut Katolik ini.
Hari Kedua, 16 Juli 2015
Keesokannya aktivitas kegiatan baksospun dimulai tepatnya pada tanggal 16 Juli 2015. Kegiatan diawali dengan retret kaum muda dan pembinaan orang tua. Dibuka oleh Sdr. Samuel, OFS sebagai Master of Ceremony (MC) yang memberikan beberapa patah kata. Pertama, pembinaan tentang anti-narkoba yang dibawakan oleh penulis (Fransesco A.R., OFS) selama satu jam. Selanjutnya permainan kreativitas yang dibina oleh Suster Rufini,SMFA dengan menyusun ayat alkitab yang telah diacak di masing-masing amplop oleh setiap kelompok OMK yang telah dibagi sejumlah enam orang untuk satu kelompok. Selanjutnya, Sdr. Samuel, OFS memberikan perenungan mengenai harga diri sebagai kaum muda. Kemudian, OMK disemangati dengan ketegasan agar tidak goyah dalam menentukan panggilan hidup. Pembinaan terhadap panggilan hidup ini dibawakan oleh Suster Syeba,SFIC. Penutup dari kegiatan retret kaum muda adalah motivasi yang diberikan oleh Bruder Vianney,MTB. Bruder muda yang juga merupakan Kepala Sekolah dari SMA Sto. Paulus ini mengarahkan para OMK agar tidak mudah terpengaruh secara negatif pada perkembangan teknologi yang ada. Setelah mendengarkan banyak hal dari saudara-saudari pembicara, akhirnya para OMK diijinkan keluar gedung untuk melakukan permainan. Ada permainan lari membawa balon, estafet gelang karet sampai memasukkan paku ke dalam botol. Permainan ini dilakukan sesuai dengan kelompok yang telah dibagi. Di gedung berbeda, juga diadakan pembinaan pertanian untuk orang tua di ruang SMP oleh Bruder Babtis, MTB. Bruder yang berpengalaman di bidang pertanian ini membagikan banyak ilmu bagi petani dan orang tua di Desa Raba dari teori hingga prakteknya. Di tempat lainnya, ibu WK dan team KEFRAP membuat anyaman dari tali sintetis untuk dijadikan tas, bakul dan lain-lain. Pada tengah hari, pukul dua belas siang seluruh anggota KEFRAP beristirahat dan makan siang. Kegiatan permainan OMK kemudian dilanjutkan hingga pukul tiga sore. Seperti tanpa mengenal lelah, sekitar setengah empat kami semua melakukan survey ke rumah-rumah umat. Penulis bersama kelompok Pastor Taddeus, OFMCap, Sdri. Silvy, OFS, Fr. Dedi, OFMCap., dan Sdr. Yoseph, OFS menuju stasi kampung Duling. Kelompok lain yang telah dibagi mengunjungi stasi Kampung Raba, Tapis, Palades Kaca, dan Konyo. Kegiatan ini tentu telah mendapatkan persetujuan dari Pastor Paroki Menjalin agar tidak melangkahi otoritas Paroki Menjalin pada setiap stasinya pada kegiatan baksos yang diadakan KEFRAP ini.
Cerita di Stasi Kampung Duling
Ada cerita lain bagi kelompok kami di Stasi Kampung Duling. Dengan menggunakan mobil kami melewati medan yang cukup sulit dilewati. Tak hanya itu, kami juga belum mendapatkan informasi lengkap mengenai letak desa Duling yang akan kami datangi ini. Sehingga, mau tidak mau kami harus bertanya kepada masyarakat yang kebetulan melewati jalur tersebut. Beberapa kali kami harus turun naik sebab jalanan berbatu, menanjak, cekung sehingg kendaraan yang kami tumpangi sempat kandas di tengah-tengah jembatan karena badan mobil terlalu pendek sedangkan jembatan begitu tinggi. Syukurlah, karena kerja sama team yang baik kami semua berhasil melewati medan tersebut dan sampai di Stasi Kampung Duling. Di sana kami singgah di rumah ketua umat stasi Duling yaitu Bapak Kalut. Pastor Taddeus,OFMCap menanyakan beberapa hal yang dapat dijadikan informasi bagi kelompok kami untuk melayani Desa Duling ini. Informasi yang ditanyakan antara lain jumlah KK yang ada, orang yang sakit di desa itu, dan informasi-informasi apapun yang menjadi kebutuhan di desa tersebut. Sehingga, di hari kedua kami mengunjungi tempat yang sama namun menggunakan kendaraan beroda dua demi menghindari medan yang sulit. Di stasi kampung Duling kami melaksanakan misa, pembagian rosario dan pemberkatan rumah salah seorang warga. Pengalaman ini merupakan pengalaman yang luar biasa dan sangat berkesan terutama bagi penulis secara pribadi. Antusiasme warga terhadap kedatangan kami, dirasa sebagai kerinduan mereka pada uluran tangan secara langsung. Sejenak saya sempat terharu, anak muda hingga orang tua berbondong-bondong mengunjungi kapel dan ikut serta dalam kegiatan ini. Seorang Bapak tua yang senang berbagi cerita juga ikut serta dan tidak pernah absen dari awal kunjungan kami hingga berakhirnya kegiatan. Semoga Tuhan Yesus senantiasa memberkati desa-desa khususnya di Desa Raba dan sekitarnya. Cerita lain para saudara KEFRAP di Stasi kampung Tapis, sempat mengalami salah jalan atau tersesat saat akan pulang namun pada akhirnya sampai juga pada malam hari di Desa Raba. Pengalaman lucu dan sangat menarik yang membuat kami semua merasakan kekeluargaan yang kuat selama melayani di Desa Raba Menjalin ini.
Bertukar Pikiran
Di waktu yang berbeda, penulis sempat bertukar pikiran dengan ketua panitia pendukung kegiatan Baksos KEFRAP ini. Sebut saja nama beliau adalah Bapak M. Sanding. Sekilas, Pak Sanding memiliki nama yang persis seperti nama Pastor Kapusin senior yaitu Pastor Sanding,OFMCap. Bagaimana tidak, pastor Sanding yang adalah Pastor Kapusin Dayak pertama itu dahulu pernah bertugas di Desa Raba dan membabtis beliau sehingga kedua orang tua beliau memberikan nama yang sama persis dengan pastor yang membatisnya. Bapak dengan ciri-ciri khas yang agak brewokan, berambut gondrong juga berjenggot panjang dengan kacamata uniknya ini memberikan informasi bahwa dahulu desa Raba ini merupakan paroki sebelum dipindahkan ke Menjalin. Desa Raba dahulunya pernah memiliki stasius Radio yang digunakan sebagai sarana komunikasi masyarakat untuk meneruskan seruan perdamaian dan informasi lainnya. Namun, oleh karena munculnya telepon genggam, lambat laun komunitas radio pun menghilang karena tidak mampu membiayai operasional. Sisa peninggalan adalah sebuah menara pemancar yang berada di samping gereja yang memiliki nama pelindung Sto. Maria Vianney ini. Sempat juga membahas mengenai infrastruktur desa bahkan investor luar yang ingin membeli lahan desa menjadi perkebunan dan pertambangan di desa tersebut. Karena memang faktanya, pada musim kemarau mata air di pegunungan sekitar mengalami kekeringan akibat eksploitasi alam yang berlebihan. Permasalahan semacam ini tak asing terdengar bagi kita, namun ironis telah menggerogoti sejumlah pedesaan di Kalimantan Barat. Selentingan ini mungkin dapat menjadi kritik keras bagi pemerintah dan sejumlah pihak yang bertanggung jawab agar permasalahan sosial hingga alam sekitar dapat ditanggulangi. Sejenak percakapan terhenti, ketika penulis pamit undur untuk mengambil beberapa gambar kegiatan sebagai dokumentasi.
Hari Ketiga, 17 Juli 2015
Di hari ketiga, team KEFRAP melaksanakan Retret Orang Tua dan Pendampingan PIA. Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah orang tua, pasangan, lansia yang berada di Desa Raba. Beberapa materi yang disesuaikan dengan usia orang tua dilaksanakan dan dibimbing oleh Pastor Taddeus,OFMCap. Materi yang diberikan adalah pencerahan kepada kalangan orang tua serta nasehat-nasehat yang dapat menjadi bekal hidup dalam melaksanakan tugas pekerjaan ataupun peran sebagai orang tua dan masyarakat di sekeliling. Setelah itu, para orang tua diarak keluar gedung gereja dan bermain sebuah permainan yang menarik. Permainan ini diawali dengan sebuah instruksi dari pastor Tadde. Selanjutnya masing-masing peserta akan memegang bola kecil di tangan masing-masing. Sesi pertama adalah sesi latihan yang dilakukan sebanyak tiga kali. Setelah sesi latihan selesai, maka permainanpun dimulai. Bola yang dipegang tersebut dipegang dengan satu tangan, dan tangan lainnya diletakkan di belakang punggung. Aba-aba akan diberikan dari pastor Tadde untuk kemudian dilempar ke samping dan ditangkap oleh orang di sebelahnya. Bagi yang tidak mendapatkan bola, maka wajahnya akan dicoret dengan lipstick oleh panitia. Alhasil, beberapa bapak-bapak, ibu-ibu hingga kakek nenek wajahnya tercoreng oleh warna merah lipstick. Walau demikian, mereka menikmati permainan ini dengan gembira hati. Ada yang mengatakan bahwa mereka merasa kembali menjadi muda. Saat kembali masuk ke dalam gedung, salah satu peserta menangis karena terharu dan juga memberikan tanggapan bahwa sebagai anggota gereja, semua pihak bersatu tanpa harus melakukan kecurangan. Permainan ini membawa kesan tersendiri bagi peserta dan ditanggapi positif dan sangat antusias. Di tempat lainnya, team pendampingan PIA tidak kalah seru. Anak-anak berlatih bernyanyi, mengenal berbagai jenis tepukan, dan mewarnai. Pembimbingan ini dibawakan oleh Sr. M. Olympia,KFS, Sr. Serli Sigiro,SFIC dan kawan-kawan. Pada malam harinya, kelompok kunjungan yang telah dibentuk sebelumnya kembali menuju stasi ke kampung-kampung di sekitar desa Raba yang telah ditentukan dan melakukan pelayanannya.
Sesi Permainan dalam Retret Orang Tua
Hari Keempat, 18 Juli 2015
Di hari ke empat ada kegiatan pembinaan pertukangan, kelanjutan untuk pertanian dan pembimbingan dirigent. Pembinaan pertukangan diarahkan oleh Bruder Maksi,MTB yang merupakan insinyur pertukangan. Pelatihan pertukangan diikuti oleh sejumlah remaja dan orang tua. Kegiatan ini bertujuan untuk membina masyarakat di Desa Raba bagaimana membuat rumah mulai dari pondasi hingga rangka sampai kepada pembangunan. Kegiatan tersebut diikuti dengan antusias oleh peserta dan sangat membantu peserta dalam mendapatkan informasi mengenai teknik pertukangan yang baik dan benar. Di tempat lain, Sr. M. Christopora,KFS melatih beberapa remaja dan orang tua mengenai teknik dirigent yang baik dan benar. Suster yang biasa dipanggil Kristo ini kesehariannya juga melatih koor pemuda. Kali ini ilmunya ia bagi kepada masyarakat di desa Raba agar semakin hari, paduan suara gereja dapat semakin lebih baik dalam mengarahkan umat kepada ke-khidmad-an misa. Tak kalah serunya, penulis berpindah ke lokasi lain di mana bapak ibu sedang sibuk bersama-sama membuat sebuah area penanaman yang diarahkan oleh Bruder Babtis, MTB.
Sore harinya, team KEFRAP dan masyarakat desa Raba melaksanakan kegiatan olahraga. Olahraga yang dilaksanakan sangat unik yaitu bola kaki dangdut dan bola volly cilukba. Bola kaki dangdut ini dimainkan oleh para bruder, frater melawan anak-anak OMK Sto. Maria Viany. Namun yang membedakannya dengan bola dangdut biasa adalah pakaian yang digunakan adalah pakaian perempuan sehingga menarik perhatian banyak orang. Apalagi selang waktu musik dibunyikan, kedua kubu harus berjoget. Tak kalah dengan bola Volly cilukba. Mengapa dikatakan cilukba? Karena net atau jaring yang digunakan ditutup oleh terpal, sehingga kedatangan bola dapat terjadi secara tiba-tiba. Sama seperti bola kaki dangdut, ketika musik dibunyikan para pemain harus berjoget. Sungguh, permainan yang bisa membuat perut tergelitik ketika melihatnya.
Malam harinya, tibalah sesi untuk menonton film Santo Fransiskus dari Asisi sekaligus perkenalan secara detail masing-masing dari keenam tarekat Fransiskan yang hadir dalam baksos KEFRAP ini. Tontonan dilaksanakan di halaman depan gereja dengan sebuah proyektor yang dipasang berlawanan dengan pintu gereja di mana layarnya menggunakan sebuah spanduk putih yang ditempel di atas pintu. Antusiasme masyarakat sangat terlihat ketika segala usia memandang film tersebut dan menyimpulkan betapa kerasnya perjuangan Santo Fransiskus dalam menjalankan panggilan-Nya dari Tuhan sesuai dengan Injil yang ia percayai. Satu persatu tarekat memperkenalkan diri, mulai dari Bruder MTB, suster SFIC, suster KFS, suster SMFA, saudara Kapusin hingga persaudaraan OFS. Kesemuanya itu merupakan pengikut Kristus dari ajaran Santo Fransiskus dari Asisi. Di tengah-tengah acara tersebut banyak disuguhkan acara oleh masyarakat desa Raba seperti penampilan anak-anak remaja, OMK, dan penampilan Sdri. Monika, OFS yang mewakili KEFRAP. Walaupun sempat terjadi pemadaman listrik, namun acara tetap dilanjutkan hingga listrik kembali menyala. Inilah situasi perdesaan di mana pasokan listrik tidak selalu maksimal sehingga semuanya memaklumi hal ini. Bagaimanapun, kegiatan berjalan sukses dan semua kembali ke tempat peristirahatannya masing-masing dengan hati yang gembira.
Perpisahan, 19 Juli 2015
Sayonara
Ada pertemuan, tentu ada juga perpisahan. Inilah momentum paling dramatis dan menyedihkan ketika awal yang sangat indah harus berakhir dengan perpisahan. Hal ini harusnya tidak disikapi dengan kesedihan, sebagaimana Kristus yang menampakkan diri kemudian harus kembali ke surga, para murid menanggapinya dengan penuh sukacita. Akan tetapi, memang karena kebersamaan selama beberapa hari menyisakan kenangan yang indah dan tak dapat dilupakan. Kekeluargaan, keterbukaan, keramahan, cinta kasih dan persaudaraan lekat di dalam tubuh anggota KEFRAP dan masyarkat di Desa Raba. Penulis melihat saat detik-detik terakhir, beberapa bapak ibu harus meneteskan air mata karena rasa haru. Saya juga merasakan kesedihan serupa di dalam hati. Hal yang berat bagi kami untuk berpisah dari orang-orang baik yang telah melayani kami selama beberapa hari, memberikan tumpangan untuk meletakkan kepala dari pikiran sejenak. Ini menjadi alasan kuat untuk menumpahkan air mata. Sebelum meninggalkan desa Raba, penulis dan anggota KEFRAP lainnya berfoto bersama. Mulai dari OMK hingga bapak ibu satu per satu bersama-sama menumpahkan senyum di depan kamera. Momen yang indah dan menjadi kenangan yang abadi, untuk kami kenang dan menjadi cerita. Inilah baksos KEFRAP tahun ketiga yang diadakan di Desa Raba, Menjalin. Arti kebersamaan dan kekeluargaan, tidak jauh berbeda dalam persaudaraan Fransiskan. Ikatan persaudaraan, menjadikan kita saudara di dalam Yesus Kristus. (Sdr. Fransesco A.R.,OFS)