Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting di dalam tatanan kehidupan. Di mana setiap negara, akan disorot melalui pendidikannya sebagai salah satu model bahwa negara tersebut dikatakan berkembang. Di negara maju khususnya seperti negara adidaya, Amerika Serikat sangat memperhatikan pendidikan agar dapat melahirkan generasi yang dapat diandalkan bagi negaranya. Jepang dengan kedisiplinan dan pendidikan yang maju bagi anak bangsanya telah menunjukkan kepada dunia bahwa mereka memiliki penerus bangsa yang memiliki pendidikan yang sangat maju. Walau demikian, dibandingkan dengan negara lainnya, Indonesia juga tidak kalah bekerja begitu keras bagi anak bangsanya demi tujuan cita-cita negara yakni mencerdaskan kehidupan bangsa tentunya melalui pendidikan. Guru yang menjadi penggerak dan pendidik bagi peserta didik menjadi senjata pamungkas dalam menyukseskan tujuan mulia negara ini. Namun perlu digarisbawahi, apakah pada masa kini guru masih dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa jika dilihat dari realitanya.
Seorang kakek, bernama Yohanes Daris pada saat penulis melaksanakan kegiatan baksos oleh KEFRAP (Keluarga Fransiskan Pontianak) di Desa Raba Menjalin pada hari Rabu, 15 Juli 2015 mengutarakan pendapatnya sebagai eks-pejuang pendidikan di zamannya. Kakek yang merupakan anak bungsu dari lima bersaudara ini lahir di Desa Raba pada tanggal 5 Maret 2015. Beliau telah melaksanakan profesi sebagai guru selama 35 tahun. Karya pertama ia baktikan di SD Subsidi Toho kemudian berlanjut di SD Subsidi Desa Raba yang sekarang disebut sebagai SDN 07 di Desa Raba. Kakek yang hidup mulai dari Orde Lama hingga zaman Reformasi ini mengatakan bahwa guru pada zamannya melaksanakan tugas sebagai pengabdian. Hidup sederhana dan bersahaja yang memampukan diri beliau dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Menurutnya, jika seorang guru tidak mampu hidup hemat dan bersahaja, dengan penghasilan seadanya sulit untuk melanjutkan hidup secara layak. Meskipun sudah memiliki umur yang senja, namun beliau masih tetap terlihat sehat dan bugar. Kakek yang pernah menjadi guru tetap Yayasan Perum ini mengatakan bahwa pada zaman sekarang, anak-anak sulit untuk diajar oleh karena pendidikan yang disalurkan melalui sekolah tidak diteruskan hingga pendidikan di rumah. Padahal kesinambungan pendidikan baik di sekolah dan di rumah adalah satu koneksi penting dalam suksesnya pendidikan anak. Pendidikan budi pekerti juga merupakan hal sangat penting, tambahnya. Di zamannya, anak kelas satu dan dua sudah bisa membaca dengan baik, namun kini banyak anak-anak masih belum bisa membaca secara baik dan benar meskipun dalam hal mengeja. Ironisnya, pada masa sekarang tingkat kepercayaan orang tua kepada guru masih dikatakan kurang. Alhasil, anak-anak dimanjakan hingga soal belajar, orang tua lebih memperhatikan kesenangan anak dalam hal bermain dibandingkan belajar.
Kakek berusia delapan puluh lima tahun ini memiliki kesan tersendiri selama pengadiannya sebagai seorang guru. Pada zamannya, orang tua dan guru saling menghargai dan mempercayai satu sama lain. Sehingga guru dapat mendidik anak-anak mereka secara maksimal. Namun oleh seiring berjalannya waktu, banyaknya kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan guru yang membuat pemerintah kita semakin tegas dalam melindungi anak-anak dari kekerasan. Segala macam tindakan hukuman juga termasuk salah satu kategori yang dianggap sebagai kekerasan, padahal dalam arti tertentu hukuman tidak berarti selalu keras. Hukuman merupakan bagian dari didikan yang dibutuhkan guru untuk memberikan batasan kepada siswa agar berusaha lebih baik atau tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bagi kek Daris, teguran atau hukuman masih relevan, namun seiring zaman orang tua tidak dapat menerima hal ini. Dahulu, rasa percaya orang tua kepada guru sangat besar, kini telah berganti menjadi rasa curiga yang besar bagi beberapa orang tua. Mengingat perkembangan teknologi yang maju, beliau menghimbau para siswa dan guru untuk mengubah metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman. Adanya komputer, seharusnya menjadikan pembelajaran lebih baik daripada masa-masa sekolah di masa silam. Mau tidak mau, guru harus meng-update kemampuan dirinya dengan perubahan zaman yang ada, mengingat bahwa anak-anak pada masa kini lebih maju dalam arti berkembang dalam menguasai teknologi dan informasi. Karena di zamannya, teknologi dan informasi adalah barang langka yang sangat sulit untuk masuk ke dalam desa.
Di akhir percakapan, pejuang tanpa tanda jasa ini berpesan kepada penulis untuk para guru di manapun berada. Seorang guru harus mampu menguasai materi yang akan ia ajarkan kepada siswanya. Jangan sampai ada pertanyaan dari siswa yang harus ditampung terlebih dahulu dan tidak terjawab pada saat itu juga. Seorang guru jangan terlalu mengajar secara serius, humor itu perlu untuk mempersegar suasana belajar mengajar. Ada istilah yang kakek ini pakai, bohong-bohong kreatif. Dengan mencontohkan hal fiktif, namun memiliki makna yang baik untuk mengajarkan moral dan norma selain intelektual. Membawa suasana belajar dalam canda dan tawa lebih menyenangkan dibanding serius berjam-jam. Kakek Daris ini juga mengatakan bahwa pemangkasan waktu belajar mengajar adalah hal yang tidak berguna. Tidak masalah berapa lama waktu belajar, tetapi jika digunakan secara maksimal akan lebih berguna. Hukuman dan teguran adalah keharusan, selama tidak melakukan tindak kekerasan seperti memukul atau tidak menghina yang lebih ke arah mengejek pribadi atau personal. Kesabaran adalah kunci utama seorang guru, demikian sambungnya. Seorang guru harus melatih kesabarannya tak hanya ketika menghadapi muridnya, tetapi dirinya sendiri. Menjadi seorang guru, harus seimbang antara pengabdian dan imbalan. Meskipun demikian, jangan pernah lupa bahwa tugas seorang guru adalah pengabdian untuk imbalan, bukan sebaliknya. Dalam bahasa sehari-hari, lakukanlah dahulu kewajiban barulah menuntut hak. Sehingga, seorang guru tidak melupakan tugas utamanya atau kewajibannya sebagai pendidik.
Percakapan ini tidak akan pernah dilupakan oleh banyaknya nasehat seorang guru senior kepada penulis yang juga berprofesi sebagai guru yang masih sangat muda. Hal-hal yang perlu dicatat adalah pengabdian. Dengan lebih banyak mengabdi, maka kita menyadari bahwa betapa mulianya menjadi seorang guru. Semoga kita senantiasa terberkati. Pax et Bonum. (Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya, OFS)
Seorang kakek, bernama Yohanes Daris pada saat penulis melaksanakan kegiatan baksos oleh KEFRAP (Keluarga Fransiskan Pontianak) di Desa Raba Menjalin pada hari Rabu, 15 Juli 2015 mengutarakan pendapatnya sebagai eks-pejuang pendidikan di zamannya. Kakek yang merupakan anak bungsu dari lima bersaudara ini lahir di Desa Raba pada tanggal 5 Maret 2015. Beliau telah melaksanakan profesi sebagai guru selama 35 tahun. Karya pertama ia baktikan di SD Subsidi Toho kemudian berlanjut di SD Subsidi Desa Raba yang sekarang disebut sebagai SDN 07 di Desa Raba. Kakek yang hidup mulai dari Orde Lama hingga zaman Reformasi ini mengatakan bahwa guru pada zamannya melaksanakan tugas sebagai pengabdian. Hidup sederhana dan bersahaja yang memampukan diri beliau dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Menurutnya, jika seorang guru tidak mampu hidup hemat dan bersahaja, dengan penghasilan seadanya sulit untuk melanjutkan hidup secara layak. Meskipun sudah memiliki umur yang senja, namun beliau masih tetap terlihat sehat dan bugar. Kakek yang pernah menjadi guru tetap Yayasan Perum ini mengatakan bahwa pada zaman sekarang, anak-anak sulit untuk diajar oleh karena pendidikan yang disalurkan melalui sekolah tidak diteruskan hingga pendidikan di rumah. Padahal kesinambungan pendidikan baik di sekolah dan di rumah adalah satu koneksi penting dalam suksesnya pendidikan anak. Pendidikan budi pekerti juga merupakan hal sangat penting, tambahnya. Di zamannya, anak kelas satu dan dua sudah bisa membaca dengan baik, namun kini banyak anak-anak masih belum bisa membaca secara baik dan benar meskipun dalam hal mengeja. Ironisnya, pada masa sekarang tingkat kepercayaan orang tua kepada guru masih dikatakan kurang. Alhasil, anak-anak dimanjakan hingga soal belajar, orang tua lebih memperhatikan kesenangan anak dalam hal bermain dibandingkan belajar.
Kakek berusia delapan puluh lima tahun ini memiliki kesan tersendiri selama pengadiannya sebagai seorang guru. Pada zamannya, orang tua dan guru saling menghargai dan mempercayai satu sama lain. Sehingga guru dapat mendidik anak-anak mereka secara maksimal. Namun oleh seiring berjalannya waktu, banyaknya kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan guru yang membuat pemerintah kita semakin tegas dalam melindungi anak-anak dari kekerasan. Segala macam tindakan hukuman juga termasuk salah satu kategori yang dianggap sebagai kekerasan, padahal dalam arti tertentu hukuman tidak berarti selalu keras. Hukuman merupakan bagian dari didikan yang dibutuhkan guru untuk memberikan batasan kepada siswa agar berusaha lebih baik atau tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bagi kek Daris, teguran atau hukuman masih relevan, namun seiring zaman orang tua tidak dapat menerima hal ini. Dahulu, rasa percaya orang tua kepada guru sangat besar, kini telah berganti menjadi rasa curiga yang besar bagi beberapa orang tua. Mengingat perkembangan teknologi yang maju, beliau menghimbau para siswa dan guru untuk mengubah metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman. Adanya komputer, seharusnya menjadikan pembelajaran lebih baik daripada masa-masa sekolah di masa silam. Mau tidak mau, guru harus meng-update kemampuan dirinya dengan perubahan zaman yang ada, mengingat bahwa anak-anak pada masa kini lebih maju dalam arti berkembang dalam menguasai teknologi dan informasi. Karena di zamannya, teknologi dan informasi adalah barang langka yang sangat sulit untuk masuk ke dalam desa.
Di akhir percakapan, pejuang tanpa tanda jasa ini berpesan kepada penulis untuk para guru di manapun berada. Seorang guru harus mampu menguasai materi yang akan ia ajarkan kepada siswanya. Jangan sampai ada pertanyaan dari siswa yang harus ditampung terlebih dahulu dan tidak terjawab pada saat itu juga. Seorang guru jangan terlalu mengajar secara serius, humor itu perlu untuk mempersegar suasana belajar mengajar. Ada istilah yang kakek ini pakai, bohong-bohong kreatif. Dengan mencontohkan hal fiktif, namun memiliki makna yang baik untuk mengajarkan moral dan norma selain intelektual. Membawa suasana belajar dalam canda dan tawa lebih menyenangkan dibanding serius berjam-jam. Kakek Daris ini juga mengatakan bahwa pemangkasan waktu belajar mengajar adalah hal yang tidak berguna. Tidak masalah berapa lama waktu belajar, tetapi jika digunakan secara maksimal akan lebih berguna. Hukuman dan teguran adalah keharusan, selama tidak melakukan tindak kekerasan seperti memukul atau tidak menghina yang lebih ke arah mengejek pribadi atau personal. Kesabaran adalah kunci utama seorang guru, demikian sambungnya. Seorang guru harus melatih kesabarannya tak hanya ketika menghadapi muridnya, tetapi dirinya sendiri. Menjadi seorang guru, harus seimbang antara pengabdian dan imbalan. Meskipun demikian, jangan pernah lupa bahwa tugas seorang guru adalah pengabdian untuk imbalan, bukan sebaliknya. Dalam bahasa sehari-hari, lakukanlah dahulu kewajiban barulah menuntut hak. Sehingga, seorang guru tidak melupakan tugas utamanya atau kewajibannya sebagai pendidik.
Percakapan ini tidak akan pernah dilupakan oleh banyaknya nasehat seorang guru senior kepada penulis yang juga berprofesi sebagai guru yang masih sangat muda. Hal-hal yang perlu dicatat adalah pengabdian. Dengan lebih banyak mengabdi, maka kita menyadari bahwa betapa mulianya menjadi seorang guru. Semoga kita senantiasa terberkati. Pax et Bonum. (Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya, OFS)