MASA-MASA PERGANTIAN KEPEMIMPINAN DI STMIK WIDYA DHARMA PONTIANAK

Setiap jabatan suatu ketika akan tiba masanya untuk kita melepaskannya. Hal ini akan dialami siapa saja ketika ia mengemban suatu tugas dan tanggung jawab. Namun bukan berarti menjadi suatu akhir dalam perjalanan dalam mengembangkan diri. Menjadi leader memang tidak dimiliki oleh semua orang. Oleh karena hal ini merupakan anugerah sekaligus latihan kepemimpinan yang tidaklah singkat. Melalui proses yang telah dilalui, semua orang yang terpanggil sebagai pemimpin akan ditunjuk dan ditugaskan kepada apa yang tidak pernah mereka sangka-sangka. Memimpin banyak orang demi tujuan mulia adalah sebuah seni yang didapat melalui pengalaman-pengalaman dan waktu yang panjang. Namun demikian, ada masa nya pula setiap leader akan melepas jabatannya dan digantikan oleh leader lainnya sebagai regenerasi. Ini bertujuan untuk memperbarui, memperbaiki agar lebih baik dan lebih baik lagi. Tentul, setiap leader memiliki cara masing-masing dalam me-manage organisasi atau suatu instansi.

Di hari Rabu penghujung bulan September lalu, STMIK Widya Dharma Pontianak  melaksanakan misa pelepasan jabatan. Jabatan yang dimaksud antara lain Ketua STMIK yang dijabat oleh Bapak Dr. Hartono dan Puket Kemahasiswaan yang pernah dijawab oleh Bapak Nobertus Priyadi, S.Ag., M.Pd. Misa tersebut dipimpin oleh Pastor Paulus Kota, OFM.Cap yang dihadiri oleh seluruh jajaran Yayasan Widya Dharma, sekretariat dan para mahasiswa STMIK Widya Dharma. Sedangkan paduan suara dibawakan oleh Deo Gracias Choirs dibawah asuhan Senat Mahasiwa STMIK Widya Dharma bidang kerohanian. Beberapa wejangan dan nasehat oleh Imam senior Kapusin yang biasa disapa Pastor Kota ini boleh diterima para mahasiswa, jajaran staff karyawan dan para dosen. “Saya juga hari ini kontraknya habis sebagai pastor pembimbing,” gurau Pastor Kota sambil tertawa.

Setelah misa selesai dilaksanakan, MC yang ditunjuk dari Senat Mahasiswa (SEMA) mengarahkan acara selanjutnya. Video dokumenter tentang figur atau sosok kedua pemimpin yang akan melepas jabatan tersebut. Mula-mula figur Bapak Nobertus Priyadi, S.Ag., M.Pd. disusul oleh Bapak Dr. Hartono. Gambar-gambar yang ditampilkan di dalam video karya kreasi SEMA tersebut menggugah hati kedua bapak yang telah melayani STMIK Widya Dharma sejak awal pendirian. Kebersamaan, kekompakan, turut serta dalam kegiatan, kehangatan dalam kekeluargaaan merupakan sosok seorang Bapak Priyadi. Begitu juga Bapa Dr. Hartono yang jenaka, selalu mendukung kegiatan di kampus dan cinta pada keluarga. Ditampilkan pula tanggapan para ketua senat di masing-masing masanya hingga ketua senat angkatan tahun ini, Saudara Vincent dari kelas SI VII A. “Beliau (Dr. Hartono) adalah sosok yang suka bercanda,” paparnya di dalam video yang berdurasi sekitar sepuluh menit itu. Bapak Dr. Hartono dikenal sebagai ketua STMIK yang sangat hangat dan jenaka, terkadang di dalam setiap pidatonya selalu diselipi humor agar suasana tidak menjadi kaku. Bahkan ketika mengajar, tak jarang sambil berjenaka, beliau menyampaikan pembelajarannya. Demikian juga Bapak Nobertus Priyadi, S.Ag., M.Pd. di masa pengajarannya terkenal dengan sosok yang sangat dekat dan humoris dengan mahasiswa mengingat beliau adalah seorang puket Kemahasiswaan juga dosen Etika Sosial dan Kewarganegaraan di STMIK Widya Dharma.

Bersama Para SENAT dan Anggota Koor

Hal yang paling berkesan adalah ketika keduanya memberikan kata sambutan. Keduanya dengan ciri khas masing-masing menyampaikan beberapa patah kata yang cukup menggugah hati para mahasiswa. Dengan rendah hati Bapak Dr. Hartono mengatakan bahwa nilai ke-Katolik-an tetap harus diperhatikan. Nilai ke-Katolik-an adalah salah satu ciri pelayanan dengan nilai kasih, sehingga tidak memungkiri, yang akan menjadi pemimpin selanjutnya ialah dosen dengan latar belakang iman Katolik tentunya agar nilai ke-Katolik-an tersebut terus bertahan. Beliau juga mengatakan bahwa dilema seorang ‘mantan’ pemimpin antara lain lupa jika ia sudah tidak memimpin. “Bapak ibu dosen, ingatkan saya ya jika saya lupa bahwa saya bukan lagi pemimpin di STMIK.” tuturnya. Dilema lainnya, adalah orang akan mencari kesalahan-kesalahan pemimpin lama dibanding dengan pemimpin baru. Hal ini adalah yang harus kita hindari, sebab bagaimanapun seorang pemimpin akan memperbarui tubuh organisasinya tanpa menyalahkan pihak lain. “Jika bapak ibu membutuhkan saya dalam memberikan nasehat, saya bersedia,” sambungnya.

Penulis sendiri merupakan mahasiswa STMIK Widya Dharma angkatan tahun 2012. Dapat dikatakan satu kelas bersama sang ketua senat periode 2015 ini. Saat ini, penulis telah memasuki semester tujuh dan tentunya memiliki kesan tersendiri terhadap kedua tokoh besar di STMIK Widya Dharma ini. Penulis yang sejak tahun lalu hingga tahun ini juga menjabat sebagai Sekretaris I SEMA STMIK Widya Dharma bertugas di bawah bimbingan Bapak Nobertus Priyadi, S.Ag., M.Pd. dan Dr. Hartono. Kedua sosok ini benar-benar sosok yang saling mendukung, hasil kerja keras telah membawa STMIK Widya Dharma sebagai Perguruan Tinggi yang disiplin dan memiliki reputasi baik di kalangan perusahaan-perusahaan di Pontianak. Kegiatan kemahasiswaan tahun ini sukses dan termasuk terbaik, tentunya dukungan dari pihak kampus dan kerja keras mahasiswa yang mendapatkan perhatian baik dari manajemen STMIK Widya Dharma yang solid. Sedangkan,penulis sendiri berpendapat bahwa sosok Bapak Nobertus Priyadi adalah sosok yang tegas, mau mengarahkan, rendah hati dan terbuka pada anggota SEMA dan mahasiswa. Senada dengan itu, demikian pula bapak Dr. Hartono yang sangat penulis hormati, pemimpin yang baik dan santun, humoris serta banyak mengajarkan pada penulis bagaimana menjadi seorang leader sejati. Apapun itu, siapapun yang akan menggantikan beliau berdua sama-sama membawa STMIK Widya Dharma ke arah yang semakin baik. Berusaha sekuat mungkin untuk mengembangkan segala kegiatan baik operasional, kemahasiswaan, pengembangan IT dan pelayanan di STMIK Widya Dharma.

(Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya, OFS)