NATAL EKUMENE– SATU DI DALAM KRISTUS

Natal Ekumene merupakan perayaan natal yang dilakukan antargereja baik gereja Kristen maupun Katolik bersama masyarakat dan pemerintah. Ekumene sendiri berasal dari bahasa Yunani dan Inggris yaitu Ecumene atau Oikoumene yang berarti rumah atau berdiam (tinggal) ataupun juga dunia yang didiami oleh manusia. Perayaan Ekumenis sendiri adalah perayaan yang menonjolkan persatuan yang kelihatan dan dapat dirasakan, yang dapat mengatasi perbedaan-perbedaan.

Natal Ekumene di Pontianak kali ini diadakan di GOR Pangsuma. Kegiatan Natal Ekumene tersebut dapat berjalan dengan meriah. Banyak orang tidak dapat membayangkan, gedung yang biasa digunakan untuk lapangan olahraga tersebut diubah sedemikian rupa oleh panitia menjadi sebuah panggung natal dengan hiasa dua pohon natal raksasa dengan latar cahaya yang indah di sekelilingnya. Tak hanya itu, turut hadir pula Gubernur Kalimantan Barat Bapak Cornelis, M.H dan Wagub Christiandy Sanjaya beserta uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus, Pr. Turut hadir pula beberapa imam Katolik di Pontianak seperti Pastor William Chang, OFMCap dan Pastor Alex Mingkar, Pr dalam Natal Ekumene tersebut.

Bapak Cornelis mengajak seluruh umat Kristiani di Kalimantan Barat untuk senantiasa melaksanakan apa yang dipesankan oleh tema natal tahun ini. Ia berpendapat bahwa selama ini semua orang berkumpul untuk melaksanakan natal bersama, tetapi pesan natal tersebut malah tidak dilaksanakan. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya saudara-saudari kita yang berkekurangan, menderita penyakit-penyakit seperti lepra (kusta), TBC. Beliau juga menghimbau agar masyarakat tak hanya berdoa tetapi juga berdoa sambil bekerja sehingga kelak Allah akan memberikan upah-Nya. Baoak Cornelis juga menegaskan kepada seluruh masyarakat di Kalimantan Barat  agar terus bergandengan tangan membangun rasa kebersamaan, sembari berjalan bersama melangkah menyongsong hari esok dengan optimis di dalam cinta kasih Kristus untuk membangun negara dan bangsa menuju kesejahteraan yang semakin baik dari hari ke hari. Umat Kristiani harus mampu hidup berdampingan dengan komunitas-komunitas lainnya sehingga perbedaan pandangan dan cara menjalani kehidupan harus dipandang sebagai bagian dari kebhinekkaan bangsa kita, sehingga hidup antar kelompok lebih harmonis, entah antargolongan, ras/suku dan agama yang tentu dapat terus terbina dengan baik.

Bapak Cornelis juga menghimbau kepada seluruh umat Kristiani agar bijak dalam memanfaatkan lingkungan hidupnya. Cara yang dapat ditempuh adalah tidak merusak alam di sekitar kita dan benar-benar bijak dalam memanfaatkan lingkungan hidup demi menghindari terjadinya bencana seperti longsor, banjir, kabut asap yang konon pernah merenggut nyawa dan harta benda. Beliau juga mengingatkan kepada masyarakat khususnya yang berdiam di dataran tinggi agar berhati-hati terhadap tanah longsor. Masyarakat yang tinggal di tanah gambut juga dihimbau agar tidak membakar lahan secara sembarangan agar tidak merembes menjadi kabut asap. Bagi masyarakat yang hidup di dataran rendah juga diharapkan waspada pada bencana banjir. Sempat juga dihimbau pula bagi nelayan yang sedang melaut agar waspada mengingat kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi akibat pemanasan global, sehingga panas dari bumi sudah tidak dapat dikendalikan lagi.

Turut hadir Pendeta Measakh Amen, S.Th yang memberikan kotbah di dalam natal Ekumene tersebut. Beliau mengilustrasikan gambaran manusia masa kini yang banyak menggunakan unsur-unsur kejahatan. Yang harus dilakukan oleh semua orang adalah menghilangkan segala unsur-unsur yang dapat melukai orang lain. Dengan demikian setiap orang dapat menjadi pewarta kedamaian bagi semua orang. 

Natal Ekumene dihibur oleh para penari dari berbagai sanggar, penyanyi dan juga paduan suara. Seusai ibadat sabda dalam Natal Ekumene tersebut, umat yang hadir disuguhkan oleh aksi yang memukau dari para entertainer. Suara merdu dengan iringan musik gaya Afrika dibawakan oleh GPIB Siloam dengan judul Sia Hamba menarik perhatian umat dengan sorak sorai dan tepuk tangan dari para hadirin. Setelah itu, paduan suara yang sangat fenomenal di Pontianak dari Gli Angeli Cantano Coro menyuguhkan dua lagu merdu yaitu Tuhan Berapa Lama dan My Soul In Anchored. Kor asuhan Bapak Stefanus Barlian Soeryamassoeka tersebut sukses menyihir mata semua penonton yang hadir dengan insan-insan bertalenta yang boleh menyumbangkan yang terbaik demi kemuliaan Tuhan. Ada pula tari-tarian modern dance dan nyanyi bersama oleh artis pendatang.
Sekitar lima ribu orang memadati gedung GOR Pangsuma tersebut. Ketua Panitia Natal Ekumene, Bapak Gatot Rudoyono mengatakan bahwa natal kali ini dapat diikuti oleh perwakilan seluruh masyarakat Kristiani di Kalimantan Barat. Tidak hanya itu, gegap gempita tercipta selama perayaan Natal Ekumene di mana tari-tarian dan nyanyian dari berbagai sumbangsi karya anak bangsa di Bumi Kalimantan Barat yang boleh disuguhkan. Walaupun kondisi cuaca sedang ditimpa hujan, tidak mengurangi kemeriahan Natal Ekumene tersebut. Beliau mengatakan bahwa kondisi di Pontianak akan mengalami La nina di mana kondisi musim hujan akan lebih banyak dari musim kemarau.

Kegiatan tersebut dapat terselenggara berkat bantuan semua pihak dan pendanaan tak hanya berasal dari pemerintah, tetapi juga sumbangan dari semua pihak bahkan dari semua golongan  agama. Melalui Natal Ekumene ini, masyarakat dapat merasakan kerukunan antarumat yang diidam-idamkan seluruh bangsa kita. Semua pihak bahu membahu demi sukses dan berjalannya kegiatan Natal Ekumene ini. Hal ini merupakan kebangunan perdamaian di Pontianak. Kuatnya persatuan antarumat beragama di Pontianak semakin terjalin sekalipun banyak isu-isu sara dan radikalisme di sekeliling masyarakat yang serasa menghantui.

Penulis yang mengikuti perayaan Ekumene tersebut dari awal hingga akhir merasakan atmosfir yang baik. Hidup bersama sebagai keluarga Allah jelas terpapar nyata melalui Natal Ekumene. Rasa bangga melihat pemuka agama dan pemerintah boleh berjejer bersama seolah tanpa batasan yang selama ini menjadi pandangan banyak orang awam, mereka berbeda. Dalam Natal Ekumene tersebut, orang tak lagi beranggapan pada perbedaan. Keinginan untuk bersatu dan damai lebih penting daripada menyuarakan radikalisme dan fanatisme di kalangan antarumat beragama. Polemik politik luar negeri yang menyeret agama sebagai tameng oleh pihak yang kurang bertanggung jawab tak membuat gentar kondisi di dalam negeri kita. Terorisme menjadikan kita semakin bersatu padu untuk melawannya. Di tempat yang berbeda ini, setiap orang boleh bersyukur atas rasa aman dan nyaman antarumat beragama. Tak ada lagi sekat pembeda yang mengkotak-kotakan siapa saja yang berdiri di atas agamanya masing-masing, sebab kita adalah bangsa Indonesia. Perayaan agama dijamin oleh pemerintah dan siapapun berhak memeluk dan beribadah sesuai dengan kepercayaannya itu. Semoga Natal Ekumene akan terus dilanjutkan dan tentu membawa dampak yang sangat positif dalam menghayati pesan natal dari tahun ke tahun. Selamat Natal dan Tahun Baru, Tuhan memberkati. (Sdr.Fransesco Agnes Ranubaya, OFS)