Jubah coklat, tali putih di pingangnya, sekali tebak orang-orang sudah mengenal siapa sosok dengan ciri-ciri seperti itu. Saudara Kapusin sebutan khas mereka. Saudara-saudara yang hidup dalam semangat Santo Fransiskus dari Asisi ini selalu menawarkan sisi eksotis mereka dengan menekankan kasih persaudaraan di dalam komunitas mereka. Kesederhanaan dan ketaatan yang bersumber dari injil sendiri menjadi alat yang kuat untuk semakin mempererat tali persaudaraan di antara saudara-saudara kapusin. Hidup damai dan senantiasa menghidupi injil dalam kesehariannya, saudara kapusin boleh berbahagia jika kasih tersebut dapat dibagikan bagi setiap orang yang mendambakan kehidupan yang diinginkan Kristus oleh setiap pengikut-Nya.
Wacana tersebut direalisasikan dengan diadakannya Capuchin’s Camp I (CC II) yang diselenggarakan pada Januari 2015 silam di Laverna, Sanggau. Di tahun berikutnya Capuchin’s Camp jilid II dilaksanakan mulai tanggal 29 hingga 31 Januari 2016 di RR Tirta Ria dan Gunung Benuah. Ciri khas baju coklat dan hijau menjadi andalan Capuchin’s Camp kedua ini. Hal ini spontan mengundang setiap OMK dari utusan paroki di mana saudara-saudara Kapusin berkarya. Kegiatan yang telah direncanakan oleh para saudara Kapusin jauh-jauh hari ini disambut dengan tangan terbuka bagi setiap kontingen yang hadir. Bayangan para peserta mengenai Capuchin’s Camp II akan jauh lebih keren dengan pelaksanaan kegiatan serupa di tahun lalu yang tidak kalah semaraknya.
Berdasarkan buku Panduan atau Buku Pegangan peserta Capuchin’s Camp II, kegiatan ini bertujuan sebagai pendampingan kaum muda dan memberikan perhatian khusus terhadap pendampingan kaum muda. Bagi saudara Kapusin, pendampingan terhadap kaum muda merupakan proses tanpa henti. Pendampingan tersebut menuntut daya juang dan kreativitas yang tinggi. Kaum muda merupakan sasaran yang paling rentan terkena pengaruh negatif pada zaman sekarang. Bagi gereja sendiri, kaum muda adalah peluang dan sekaligus tantangan. Maka dari itu, gereja merasa perlu untuk menyuarakan semangat kerasulannya melalui sebuah spiritualitas yang harus dihidupi oleh kaum muda agar dapat beradaptasi dan tidak terbawa oleh pengaruh negatif dari arus modernisasi. Dalam proses pembinaan tersebut perlu diutamakan nilai-nilai spiritualitas kristiani yang terus menerus ditanamkan dan dikembangkan baik secara personal maupun komunal dalam diri Orang Muda Katolik (OMK). Dengan demikian, kegiatan CC II memiliki peluang dengan harapan iman, mental dan spiritualitas kaum muda terus dibina, kreativitas dapat dibangun bagi kaum muda sendiri dalam menghidupi kegiatan kaum muda lainnya, menumbuhkan kepekaan sosial dalam pelayanan serta semangat persaudaraan dengan segenap ciptaan dan cinta pada lingkungan hidup. Maka, kegiatan CC II tersebut positif membawa diri OMK untuk membangun gereja dan perdamaian dunia melalui semangat Santo Fransiskus Asisi sesuai dengan tema kegiatan; “Tuhan, Jadikanlah Daku Pembawa Damai”.
Paroki-paroki yang turut hadir berjumlah enam belas kontingen yang tersebar di empat Keuskupan di Indonesia. Mulai dari Keuskupan Agung Jakarta yaitu Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet (Jakarta Selatan). Selanjutnya Keuskupan Palangka Raya yakni Paroki St. Paulus (Pangkalan Bun) dan Paroki Raja Semesta Alam (Nangan Bulik). Keuskupan Agung Pontianak sebagai tuan rumah yang terdiri dari Paroki Gembala Baik (Seng Hie), Paroki St. Sesilia (Sungai Raya), Paroki St. Theresia (Delta Kapuas), Paroki Kristus Raja (Sambas), Paroki St. Fransiskus Asisi (Singkawang), Paroki St. Petrus (Sanggau Ledo), Paroki St. Maria (Nyarumkop), Paroki St. Yohanes Pemandi (Pahauman) dan Paroki Salib Suci (Ngabang). Yang terakhir adalah dari Keuskupan Sanggau yang terdiri dari Paroki St. Maria Tak Bernoda (Pusat Damai), Paroki Gembala Baik (Kuala Dua), Paroki St. Paulus Rasul (Sekayam) dan Paroki SP Maria Diangkat ke Surga (Balai Sebut). Semua anggota kontingen dan juga pendamping bersama para panitia dan vounteer membaur menjadi satu di dalam persaudaraan Santo Fransiskus dari Asisi di Provinsi Kapusin Pontianak.
Sebelum Capuchin’s Camp II (disingkat: CC II) dilaksanakan , para panitia dan Volunter telah pergi ke Gunung Benuah untuk mempersiapkan lokasi yang akan dijadikan kegiatan outbound. Para panitia dan volunter dibagi tugasnya untuk berbagai macam lokasi yang telah disediakan. Ada yang membantu di bagian konsumsi, ada yang membantu di bagian lapangan, ada pula yang membantu memasang properti permainan. Ada empat post yang dipersiapkan yaitu Post I di mana permainan “Line Foot” dilaksanakan dengan didampingi oleh Pastor Desiderius,OFMCap bersama team, Post II ada permainan “Bola Gegana” yang nantinya akan didampingi oleh Pastor Tadeus, OFMCap dibantu oleh team, di Post III ada permainan “Sulur Maut” yang didampingi oleh Saudara Amran bersama team dan Post IV yang didampingi oleh Saudari Devi dan Bado bersama team. Lokasi-lokasi tersebut telah ditentukan dan para peserta akan ditantang adrenalinnya dan juga kekompakan mereka dalam menguji semangat persaudaraan yang diaplikasikan ke dalam permainan-permainan di alam bebas tersebut. Persiapan selesai, maka para panita dan volunteer kembali ke Pontianak untuk mempersiapkan segala sesuatu di Tirta Ria.
Di Tirta Ria sendiri, ada pula team dan volunter yang mengerjakan panggung, properti, tenda dan aula yang akan dipersiapkan untuk kegiatan indoor di Tirta Ria. Para saudara sibuk mengotak-atik kabel-kabel yang akan digantungkan di setiap tiang di mana panggung berdiri. Di sekitar panggung, teman-teman lainnya membantu membuat properti khas kaum muda untuk melakukan selfie dengan corak seperti bingkai berwarna-warni yang nantinya dapat difungsikan para kaum muda untuk berfoto bersama di tengah-tengah bingkai tersebut. Tak jauh dari panggung, terdapat satu buah tenda di mana dua kolam renang mengapitnya, sehingga menjadi pemandangan yang eksotis ketika penulis berdiri di antaranya. Kolam renang yang berwarna kebiruan dengan banyaknya hiasan tanaman hijau dan pepohonan yang mengelilingi Rumah Retret Tirtaria memberi kesan nyaman dan damai. Para pastor dan saudara Kapusin yang menjadi panitia bahu membahu mengerjakan event ini dari pagi hingga malam sehingga tak satupun orang yang menganggur. Semua berjalan dengan baik, bekerja dengan gembira dan semua merasa sebagai satu saudara untuk mengantar saudara lainnya merasakan kebersamaan yang serupa di hari pelaksanaan kegiatan nantinya.
Mulai dari hari Kamis 28 Januari 2016, peserta telah melakukan registrasi seraya menunggu kedatangan para kontingen hadir di Tirta Ria. Pada Sore hari, diadakan misa Pembukaan yang dipimpin oleh Minister Provinsi Pontianak Pastor Amandus Ambot, OFMCap bersama selebran dari pastor kapusin lainnya di Aula St. Fransiskus RR Tirta Ria. Di akhir misa, pastor Ambot memukul gong sebagai tanda dibukanya kegiatan Capuchin’s Camp II selama empat hari ini. Kegiatan CC II resmi dibuka, teman-teman yang telah berkumpul mulai bersukacita dengan melaksanakan acara bersama di malam keakraban. Selang beberapa lama, tubuh sudah mulai lelah namun doa tak mungkin bisa ditinggalkan. Maka, sebagai penutup ibadat malam dilakukan untuk mengantarkan para saudara-saudari beristirahat di dalam tidurnya.
Hari kedua di pagi hari, para saudara-saudari bangun untuk melaksanakan ibadat pagi. Selanjutnya para peserta CC II sarapan pagi bersama para panitia dan volunter untuk mengisi perut dan kekuatan untuk melaksanakan aktivitas pagi hari ini. Di hari kedua ini, para peserta dibagi kembali menjadi beberapa kelompok agar semua peserta dapat membaur di antara campuran kelompok antarkontingen. Kelompok yang disebut sebagai komunitas tersebut dibagi menjadi enam belas komunitas dengan masing-masing pendamping yaitu; Komunitas Laverna (Bruder Roy), Komunitas Subasio (Bruder Ayus), Komunitas Camerino (Bruder Igna), Komunitas Rieti (Frater Yosua), Komunitas Piemonte (Fr. Fridolinus), Komunitas Greccio (Fr. Rusdi), Komunitas Rivotorto (Diakon Dedi), Komunitas Spoleto (Fr. Ignas Dhay), Komunitas Ancona (Fr. Henry), Komunitas Portiuncula (P. Ignasius Warsito,OFMCap.), Komunitas San Damiano (Fr. Selestinus), Komunitas Assisi (Fr. Palle), Komunitas Gubbio (P. Leo Nojo,OFMCap.), Komunitas Maroko (Fr. Nazarius), Komunitas Roma (P. Markus Use, OFMCap.) dan Komunitas Perugia (Fr. Ferdi). Kegiatan pada hari ini diwarnai dengan berbagai macam pembekalan dan kreativitas. Pembekalan dibagi menjadi dua sesi, yakni pembekalan mengenai gerak lagu dan tarian yang dipandu oleh Saudara Rocky. Tak hanya itu, ada pula pembelakan mengenai cara membuat lagu rohani yang dibawakan oleh Pastor Iosephus Erwin,OFMCap kepada para peserta yang disambut dengan antusias. Ketika tiba saatnya dalam Camp Creativity, para peserta mulai mengaplikasikan apa yang telah didapat pada saat pembekalan. “Lagu-lagu yang mereka ciptakan bagus-bagus,” kata Pastor Erwin ketika meninjau langsung kreativitas para peserta setiap komunitas. Hingga malam mulai larut, para peserta diajak untuk brekreasi, melihat kreasi teman-teman mereka, dari nyanyian, gerak lagu dan tari-tarian. Team editor video yaitu penulis bersama saudara Julius Alexander Sabemayono telah mempersiapkan sebuah video selama beberapa hari kegiatan CC II untuk ditampilkan. Setiap mata memandang video tersebut penuh antusias, gelak tawa, dan terkagum-kagum. Kegiatan sehari ini telah diwarnai dengan sukacita dan kemeriahan, maka tiba saatnya adorasi dikumandangkan. Seketika ruang aula yang besar berubah menjadi sunyi senyap. Semua mata memandang Sakramen Maha Kudus yang dibawakan oleh imam. Ketika Tuhan hadir dan sakramen diangkat, setiap kaki berlutut dan menyembah Dia yang telah bersedia hadir di tengah-tengah orang muda. Seketika semua jiwa terhanyut dan terharu oleh kebaikan Tuhan. Akhir kegiatan malam ini lenyap dalam perenunggan oleh kesunyian dan pengalaman rohani malam ini tiada lagi hiruk pikuk. Hari kedua berakhir dengan kesan damai dan tenang. Sebelum peserta tidur, pastor Tadeus mengumumkan kegiatan outbound yang akan dilaksanakan keesokan harinya. Denah dan pos juga ditunjukkan melalui hardcopy yang telah dibagikan. Beberapa himbauan dari Pastor Tadeus untuk tidak keluar dari jalur pos dan mandi ke dalam telaga untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Setelah beberapa penjelasan singkat, peserta diperkenankan untuk tidur dan para panitia berkumpul untuk melaksanakan evaluasi dan perencanaan tugas di esok harinya.
Tiba di hari ketiga diawali dengan misa pagi dan persiapan menuju lokasi Gunung Benuah. Semua peserta setiap komunitas sudah bangun pagi-pagi untuk melanjutkan aktivitas kegiatan selanjutnya. Kegiatan inilah yang ditunggu-tunggu oleh setiap peserta di mana semangat muda dipacu untuk diaplikasikan ke dalam sebuah permainan praktis dan taktis yang telah dipersiapkan. Team konsumsi dan keamanan sudah lebih dahulu diterjunkan bersama rombongan untuk mengontrol jalan bus serta persiapan konsumsi selama di lapangan. Penulis bersama rombongan Pastor Tadeus,OFMCap, Bapak Anselmus H.M. yang adalah seorang polisi mengawal kegiatan CC II ini, sdri. Devi, sdra. Amran dan seorang saudara menyusul rombongan yang telah mendahului untuk memastikan kegiatan telah dipersiapkan dengan baik.
Tidak lama setelah rombongan penulis bersama pastor Tadeus tiba, bus-bus yang mengangkut para peserta juga datang bersama Ambulan yang disumbangkan dari Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP). Ambulan ini difungsikan untuk mengangkut para peserta yang mengalami pingsan ataupun sakit. Para peserta diarahkan langsung ke lapangan besar untuk melakukan kegiatan penanaman bibit Mangga dan Matoa yang telah dipersiapkan kepada masing-masing komunitas. Setiap peserta bahkan panitia diwajibkan untuk mengenakan semacam campuran arang, oli dan minyak ke wajah mereka sebagai tanda solidaritas. Kemudian, setiap komunitas yang telah berbaris harus menunjukkan yel-yel mereka dan ditantang untuk melaksanakan permainan ketangkasan. Setiap komunitas telah dipersiapkan oleh panitia sebuah lubang untuk menanam bibit tersebut. Sebelum menanam, para peserta berdoa terlebih dahulu baru kemudian menanam bibit ke dalam lubang yang telah disediakan. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta kepada alam dan melihat karya-karya kapusin dalam memperhatikan alam dan sekitarnya salah satunya adalah dengan menanam bibit-bibit pohon kayu maupun tanaman produktif.
Aksi tanam menanam telah selesai dilakukan, kini tiba saatnya bergembira dengan melaksanakan kegiatan outbound di setiap post. Sebelum peserta bermain di setiap post, makanan yang telah disediakan boleh disantap bersama-sama. Ada hal menarik melalui kegiatan ini. Setiap peserta masing-masign di samping kiri dan kanan harus saling menyuapi makanan yang ada. Tidak terkececuali para panitia juga melakukannya. Acara suap-suapan bersama ini berjalan dengan gembira, outbound pun telah menanti. Ada empat post yang telah dipersiapkan, yaitu post I dengan permainan Line Foot, post II dengan Bola Gegana, post III dengan permainan Sulur Maut, dan post IV dengan permainan Folding Mat. Semua peserta melakukan permainan tersebut dengan pola berotasi dengan asumsi setiap post dilaksanakan oleh empat kelompok. Setiap peserta akan melalui telaga atau danau yang indah pada post I di Gunung Benuah. Kemudian peserta selanjutnya mendaki memasuki hutan rindang yang terdapat banyak tanaman langka yang telah dijadikan tempat konservasi alam oleh kapusin melalui jembatan kecil untuk melaksanakan permainan di lokasi Post II di mana pondok Maria RR Pelangi berada tidak jauh dari post. Selanjutnya melalui post II, peserta diarahkan melewati rumah Retret Pelangi menuju lapangan luas di mana permainan pada post III dilakukan. Kemudian, peserta berputar mengitari pohon-pohon karet untuk melaksanakan permaian di Post IV dan kembali menuju lapangan besar. Peserta yang telah melaksanakan outbound akhirnya membersihkan diri di telaga dan bersiap-siap kembali pulang menuju Pontianak dengan bus yang telah disiapkan sebelumnya. Walau lelah, walau capek semua wajah penuh kegembiraan. Walaupun kaki keseleo, walau harus berpanas-panasan semua tetap pada keceriaan sebagaimana mereka datang dan kemudian beranjak pulang ke RR Tirta Ria.
Hari terakhirpun tiba, para peserta CC II segera bergegas namun dibekali dengan perenungan pagi dalam aktivitas Kon-Templo at Six. Selanjutnya peserta diajak ke ruang dapur untuk sarapan mengisi kekuatan untuk kegiatan hari ini. Setelah beristirahat dan mengisi amunisi, Ekaristi Kaum muda diadakan di aula St. Fransiskus yang dihadiri oleh para undangan baik suster, bruder, para pastor dari tarekat lainnya dan tak lupa para pejabat yang diundang, salah satunya adalah Bapak Kartius,S.H., M.Si. . Dalam acara seremonial di siang hari para undangan, panitia dan Bapak Kartius melihat semangat kaum muda dari jauh dan tergugah untuk memberikan beberapa patah kata nasehat untuk para kaum muda di CC II. “Kaum muda jangan hanya berharap menjadi PNS, harus bisa bersaing dengan orang lain,” tegasnya. Tak hanya itu, beliau sempat bercerita bahwa ia pernah bertemu dengan seorang anak muda yang memegang HP dengan harga yang ditaksir cukup mahal. Ia merasa riskan, orang tua mampu membelikan anaknya HP tetapi sang anak sendiri tidak bisa menoreh. “Ah, Gajah,” tukasnya dalam kata sambutan dengan bahasa Ahe. Di tengah acara ramah tamah, saudara Alex dan Fransiskus menghibur para peserta dan tamu undangan dengan aksi kocak mereka dengan lagu Ngaloet dan Uwe’-Uwe’ Maliatn Aku HP. Kegiatan CC II positif merupakan kegiatan yang perlu diadakan secara berkesinambungan. Para peserta sangat antusias dengan jalannya segala kegiatan di CC II karena baik panitia, kordinator, volunter, LO dan peserta dapat merasakan interaksi sesuai dengan harapan dari kegiatan tersebut. Tentu, banyak pihak yang merindukan kondisi seperti di CC II. Di masa mendatang, menurut informasi yang penulis dapat kegiatan CC jilid ketiga akan diadakan dua tahun kemudian. Semoga kegiatan di Capuchin’s Camp III dapat semakin lebih baik. Pace e Bene! So Pasti! (Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya,OFS)
Testimoni:
Maria Febriani (Volunter) : “Semoga para muda-mudi Katolik khususnya di bawah naungan ordo kapusin Pontianak tetap semangat dalam mewartakan injil Allah dan selalu membawa damai bagi sesama umat manusia.
Ignasius Iqbal (Volunter): “Kegiatan kapusin jangan sampai hilang dan kalau bisa acaranya intensif di luar misalnya di Benuah atau RR Pelangi mungkin lebih seru, kebersamaan akan lebih terasa bila jauh dari keramaian dan tentu lebih seru.”
P. Tadde,OFMCap. (Sie.Acara): “Mantap, asyik, lanjutkan!”
Serenia Chelsy (Peserta): “Semoga kegiatan CC ini bisa jalan terus dari tahun ke tahun supaya bisa lebih merangkul dan membangun lagi semangat teman-teman OMK agar bisa menghidupkan kembali semangat hidup menggereja sesuai teladan Sto. Fransiskus Asisi.”
Wacana tersebut direalisasikan dengan diadakannya Capuchin’s Camp I (CC II) yang diselenggarakan pada Januari 2015 silam di Laverna, Sanggau. Di tahun berikutnya Capuchin’s Camp jilid II dilaksanakan mulai tanggal 29 hingga 31 Januari 2016 di RR Tirta Ria dan Gunung Benuah. Ciri khas baju coklat dan hijau menjadi andalan Capuchin’s Camp kedua ini. Hal ini spontan mengundang setiap OMK dari utusan paroki di mana saudara-saudara Kapusin berkarya. Kegiatan yang telah direncanakan oleh para saudara Kapusin jauh-jauh hari ini disambut dengan tangan terbuka bagi setiap kontingen yang hadir. Bayangan para peserta mengenai Capuchin’s Camp II akan jauh lebih keren dengan pelaksanaan kegiatan serupa di tahun lalu yang tidak kalah semaraknya.
Berdasarkan buku Panduan atau Buku Pegangan peserta Capuchin’s Camp II, kegiatan ini bertujuan sebagai pendampingan kaum muda dan memberikan perhatian khusus terhadap pendampingan kaum muda. Bagi saudara Kapusin, pendampingan terhadap kaum muda merupakan proses tanpa henti. Pendampingan tersebut menuntut daya juang dan kreativitas yang tinggi. Kaum muda merupakan sasaran yang paling rentan terkena pengaruh negatif pada zaman sekarang. Bagi gereja sendiri, kaum muda adalah peluang dan sekaligus tantangan. Maka dari itu, gereja merasa perlu untuk menyuarakan semangat kerasulannya melalui sebuah spiritualitas yang harus dihidupi oleh kaum muda agar dapat beradaptasi dan tidak terbawa oleh pengaruh negatif dari arus modernisasi. Dalam proses pembinaan tersebut perlu diutamakan nilai-nilai spiritualitas kristiani yang terus menerus ditanamkan dan dikembangkan baik secara personal maupun komunal dalam diri Orang Muda Katolik (OMK). Dengan demikian, kegiatan CC II memiliki peluang dengan harapan iman, mental dan spiritualitas kaum muda terus dibina, kreativitas dapat dibangun bagi kaum muda sendiri dalam menghidupi kegiatan kaum muda lainnya, menumbuhkan kepekaan sosial dalam pelayanan serta semangat persaudaraan dengan segenap ciptaan dan cinta pada lingkungan hidup. Maka, kegiatan CC II tersebut positif membawa diri OMK untuk membangun gereja dan perdamaian dunia melalui semangat Santo Fransiskus Asisi sesuai dengan tema kegiatan; “Tuhan, Jadikanlah Daku Pembawa Damai”.
Paroki-paroki yang turut hadir berjumlah enam belas kontingen yang tersebar di empat Keuskupan di Indonesia. Mulai dari Keuskupan Agung Jakarta yaitu Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet (Jakarta Selatan). Selanjutnya Keuskupan Palangka Raya yakni Paroki St. Paulus (Pangkalan Bun) dan Paroki Raja Semesta Alam (Nangan Bulik). Keuskupan Agung Pontianak sebagai tuan rumah yang terdiri dari Paroki Gembala Baik (Seng Hie), Paroki St. Sesilia (Sungai Raya), Paroki St. Theresia (Delta Kapuas), Paroki Kristus Raja (Sambas), Paroki St. Fransiskus Asisi (Singkawang), Paroki St. Petrus (Sanggau Ledo), Paroki St. Maria (Nyarumkop), Paroki St. Yohanes Pemandi (Pahauman) dan Paroki Salib Suci (Ngabang). Yang terakhir adalah dari Keuskupan Sanggau yang terdiri dari Paroki St. Maria Tak Bernoda (Pusat Damai), Paroki Gembala Baik (Kuala Dua), Paroki St. Paulus Rasul (Sekayam) dan Paroki SP Maria Diangkat ke Surga (Balai Sebut). Semua anggota kontingen dan juga pendamping bersama para panitia dan vounteer membaur menjadi satu di dalam persaudaraan Santo Fransiskus dari Asisi di Provinsi Kapusin Pontianak.
Sebelum Capuchin’s Camp II (disingkat: CC II) dilaksanakan , para panitia dan Volunter telah pergi ke Gunung Benuah untuk mempersiapkan lokasi yang akan dijadikan kegiatan outbound. Para panitia dan volunter dibagi tugasnya untuk berbagai macam lokasi yang telah disediakan. Ada yang membantu di bagian konsumsi, ada yang membantu di bagian lapangan, ada pula yang membantu memasang properti permainan. Ada empat post yang dipersiapkan yaitu Post I di mana permainan “Line Foot” dilaksanakan dengan didampingi oleh Pastor Desiderius,OFMCap bersama team, Post II ada permainan “Bola Gegana” yang nantinya akan didampingi oleh Pastor Tadeus, OFMCap dibantu oleh team, di Post III ada permainan “Sulur Maut” yang didampingi oleh Saudara Amran bersama team dan Post IV yang didampingi oleh Saudari Devi dan Bado bersama team. Lokasi-lokasi tersebut telah ditentukan dan para peserta akan ditantang adrenalinnya dan juga kekompakan mereka dalam menguji semangat persaudaraan yang diaplikasikan ke dalam permainan-permainan di alam bebas tersebut. Persiapan selesai, maka para panita dan volunteer kembali ke Pontianak untuk mempersiapkan segala sesuatu di Tirta Ria.
Di Tirta Ria sendiri, ada pula team dan volunter yang mengerjakan panggung, properti, tenda dan aula yang akan dipersiapkan untuk kegiatan indoor di Tirta Ria. Para saudara sibuk mengotak-atik kabel-kabel yang akan digantungkan di setiap tiang di mana panggung berdiri. Di sekitar panggung, teman-teman lainnya membantu membuat properti khas kaum muda untuk melakukan selfie dengan corak seperti bingkai berwarna-warni yang nantinya dapat difungsikan para kaum muda untuk berfoto bersama di tengah-tengah bingkai tersebut. Tak jauh dari panggung, terdapat satu buah tenda di mana dua kolam renang mengapitnya, sehingga menjadi pemandangan yang eksotis ketika penulis berdiri di antaranya. Kolam renang yang berwarna kebiruan dengan banyaknya hiasan tanaman hijau dan pepohonan yang mengelilingi Rumah Retret Tirtaria memberi kesan nyaman dan damai. Para pastor dan saudara Kapusin yang menjadi panitia bahu membahu mengerjakan event ini dari pagi hingga malam sehingga tak satupun orang yang menganggur. Semua berjalan dengan baik, bekerja dengan gembira dan semua merasa sebagai satu saudara untuk mengantar saudara lainnya merasakan kebersamaan yang serupa di hari pelaksanaan kegiatan nantinya.
Mulai dari hari Kamis 28 Januari 2016, peserta telah melakukan registrasi seraya menunggu kedatangan para kontingen hadir di Tirta Ria. Pada Sore hari, diadakan misa Pembukaan yang dipimpin oleh Minister Provinsi Pontianak Pastor Amandus Ambot, OFMCap bersama selebran dari pastor kapusin lainnya di Aula St. Fransiskus RR Tirta Ria. Di akhir misa, pastor Ambot memukul gong sebagai tanda dibukanya kegiatan Capuchin’s Camp II selama empat hari ini. Kegiatan CC II resmi dibuka, teman-teman yang telah berkumpul mulai bersukacita dengan melaksanakan acara bersama di malam keakraban. Selang beberapa lama, tubuh sudah mulai lelah namun doa tak mungkin bisa ditinggalkan. Maka, sebagai penutup ibadat malam dilakukan untuk mengantarkan para saudara-saudari beristirahat di dalam tidurnya.
Hari kedua di pagi hari, para saudara-saudari bangun untuk melaksanakan ibadat pagi. Selanjutnya para peserta CC II sarapan pagi bersama para panitia dan volunter untuk mengisi perut dan kekuatan untuk melaksanakan aktivitas pagi hari ini. Di hari kedua ini, para peserta dibagi kembali menjadi beberapa kelompok agar semua peserta dapat membaur di antara campuran kelompok antarkontingen. Kelompok yang disebut sebagai komunitas tersebut dibagi menjadi enam belas komunitas dengan masing-masing pendamping yaitu; Komunitas Laverna (Bruder Roy), Komunitas Subasio (Bruder Ayus), Komunitas Camerino (Bruder Igna), Komunitas Rieti (Frater Yosua), Komunitas Piemonte (Fr. Fridolinus), Komunitas Greccio (Fr. Rusdi), Komunitas Rivotorto (Diakon Dedi), Komunitas Spoleto (Fr. Ignas Dhay), Komunitas Ancona (Fr. Henry), Komunitas Portiuncula (P. Ignasius Warsito,OFMCap.), Komunitas San Damiano (Fr. Selestinus), Komunitas Assisi (Fr. Palle), Komunitas Gubbio (P. Leo Nojo,OFMCap.), Komunitas Maroko (Fr. Nazarius), Komunitas Roma (P. Markus Use, OFMCap.) dan Komunitas Perugia (Fr. Ferdi). Kegiatan pada hari ini diwarnai dengan berbagai macam pembekalan dan kreativitas. Pembekalan dibagi menjadi dua sesi, yakni pembekalan mengenai gerak lagu dan tarian yang dipandu oleh Saudara Rocky. Tak hanya itu, ada pula pembelakan mengenai cara membuat lagu rohani yang dibawakan oleh Pastor Iosephus Erwin,OFMCap kepada para peserta yang disambut dengan antusias. Ketika tiba saatnya dalam Camp Creativity, para peserta mulai mengaplikasikan apa yang telah didapat pada saat pembekalan. “Lagu-lagu yang mereka ciptakan bagus-bagus,” kata Pastor Erwin ketika meninjau langsung kreativitas para peserta setiap komunitas. Hingga malam mulai larut, para peserta diajak untuk brekreasi, melihat kreasi teman-teman mereka, dari nyanyian, gerak lagu dan tari-tarian. Team editor video yaitu penulis bersama saudara Julius Alexander Sabemayono telah mempersiapkan sebuah video selama beberapa hari kegiatan CC II untuk ditampilkan. Setiap mata memandang video tersebut penuh antusias, gelak tawa, dan terkagum-kagum. Kegiatan sehari ini telah diwarnai dengan sukacita dan kemeriahan, maka tiba saatnya adorasi dikumandangkan. Seketika ruang aula yang besar berubah menjadi sunyi senyap. Semua mata memandang Sakramen Maha Kudus yang dibawakan oleh imam. Ketika Tuhan hadir dan sakramen diangkat, setiap kaki berlutut dan menyembah Dia yang telah bersedia hadir di tengah-tengah orang muda. Seketika semua jiwa terhanyut dan terharu oleh kebaikan Tuhan. Akhir kegiatan malam ini lenyap dalam perenunggan oleh kesunyian dan pengalaman rohani malam ini tiada lagi hiruk pikuk. Hari kedua berakhir dengan kesan damai dan tenang. Sebelum peserta tidur, pastor Tadeus mengumumkan kegiatan outbound yang akan dilaksanakan keesokan harinya. Denah dan pos juga ditunjukkan melalui hardcopy yang telah dibagikan. Beberapa himbauan dari Pastor Tadeus untuk tidak keluar dari jalur pos dan mandi ke dalam telaga untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Setelah beberapa penjelasan singkat, peserta diperkenankan untuk tidur dan para panitia berkumpul untuk melaksanakan evaluasi dan perencanaan tugas di esok harinya.
Tiba di hari ketiga diawali dengan misa pagi dan persiapan menuju lokasi Gunung Benuah. Semua peserta setiap komunitas sudah bangun pagi-pagi untuk melanjutkan aktivitas kegiatan selanjutnya. Kegiatan inilah yang ditunggu-tunggu oleh setiap peserta di mana semangat muda dipacu untuk diaplikasikan ke dalam sebuah permainan praktis dan taktis yang telah dipersiapkan. Team konsumsi dan keamanan sudah lebih dahulu diterjunkan bersama rombongan untuk mengontrol jalan bus serta persiapan konsumsi selama di lapangan. Penulis bersama rombongan Pastor Tadeus,OFMCap, Bapak Anselmus H.M. yang adalah seorang polisi mengawal kegiatan CC II ini, sdri. Devi, sdra. Amran dan seorang saudara menyusul rombongan yang telah mendahului untuk memastikan kegiatan telah dipersiapkan dengan baik.
Tidak lama setelah rombongan penulis bersama pastor Tadeus tiba, bus-bus yang mengangkut para peserta juga datang bersama Ambulan yang disumbangkan dari Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP). Ambulan ini difungsikan untuk mengangkut para peserta yang mengalami pingsan ataupun sakit. Para peserta diarahkan langsung ke lapangan besar untuk melakukan kegiatan penanaman bibit Mangga dan Matoa yang telah dipersiapkan kepada masing-masing komunitas. Setiap peserta bahkan panitia diwajibkan untuk mengenakan semacam campuran arang, oli dan minyak ke wajah mereka sebagai tanda solidaritas. Kemudian, setiap komunitas yang telah berbaris harus menunjukkan yel-yel mereka dan ditantang untuk melaksanakan permainan ketangkasan. Setiap komunitas telah dipersiapkan oleh panitia sebuah lubang untuk menanam bibit tersebut. Sebelum menanam, para peserta berdoa terlebih dahulu baru kemudian menanam bibit ke dalam lubang yang telah disediakan. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta kepada alam dan melihat karya-karya kapusin dalam memperhatikan alam dan sekitarnya salah satunya adalah dengan menanam bibit-bibit pohon kayu maupun tanaman produktif.
Aksi tanam menanam telah selesai dilakukan, kini tiba saatnya bergembira dengan melaksanakan kegiatan outbound di setiap post. Sebelum peserta bermain di setiap post, makanan yang telah disediakan boleh disantap bersama-sama. Ada hal menarik melalui kegiatan ini. Setiap peserta masing-masign di samping kiri dan kanan harus saling menyuapi makanan yang ada. Tidak terkececuali para panitia juga melakukannya. Acara suap-suapan bersama ini berjalan dengan gembira, outbound pun telah menanti. Ada empat post yang telah dipersiapkan, yaitu post I dengan permainan Line Foot, post II dengan Bola Gegana, post III dengan permainan Sulur Maut, dan post IV dengan permainan Folding Mat. Semua peserta melakukan permainan tersebut dengan pola berotasi dengan asumsi setiap post dilaksanakan oleh empat kelompok. Setiap peserta akan melalui telaga atau danau yang indah pada post I di Gunung Benuah. Kemudian peserta selanjutnya mendaki memasuki hutan rindang yang terdapat banyak tanaman langka yang telah dijadikan tempat konservasi alam oleh kapusin melalui jembatan kecil untuk melaksanakan permainan di lokasi Post II di mana pondok Maria RR Pelangi berada tidak jauh dari post. Selanjutnya melalui post II, peserta diarahkan melewati rumah Retret Pelangi menuju lapangan luas di mana permainan pada post III dilakukan. Kemudian, peserta berputar mengitari pohon-pohon karet untuk melaksanakan permaian di Post IV dan kembali menuju lapangan besar. Peserta yang telah melaksanakan outbound akhirnya membersihkan diri di telaga dan bersiap-siap kembali pulang menuju Pontianak dengan bus yang telah disiapkan sebelumnya. Walau lelah, walau capek semua wajah penuh kegembiraan. Walaupun kaki keseleo, walau harus berpanas-panasan semua tetap pada keceriaan sebagaimana mereka datang dan kemudian beranjak pulang ke RR Tirta Ria.
Hari terakhirpun tiba, para peserta CC II segera bergegas namun dibekali dengan perenungan pagi dalam aktivitas Kon-Templo at Six. Selanjutnya peserta diajak ke ruang dapur untuk sarapan mengisi kekuatan untuk kegiatan hari ini. Setelah beristirahat dan mengisi amunisi, Ekaristi Kaum muda diadakan di aula St. Fransiskus yang dihadiri oleh para undangan baik suster, bruder, para pastor dari tarekat lainnya dan tak lupa para pejabat yang diundang, salah satunya adalah Bapak Kartius,S.H., M.Si. . Dalam acara seremonial di siang hari para undangan, panitia dan Bapak Kartius melihat semangat kaum muda dari jauh dan tergugah untuk memberikan beberapa patah kata nasehat untuk para kaum muda di CC II. “Kaum muda jangan hanya berharap menjadi PNS, harus bisa bersaing dengan orang lain,” tegasnya. Tak hanya itu, beliau sempat bercerita bahwa ia pernah bertemu dengan seorang anak muda yang memegang HP dengan harga yang ditaksir cukup mahal. Ia merasa riskan, orang tua mampu membelikan anaknya HP tetapi sang anak sendiri tidak bisa menoreh. “Ah, Gajah,” tukasnya dalam kata sambutan dengan bahasa Ahe. Di tengah acara ramah tamah, saudara Alex dan Fransiskus menghibur para peserta dan tamu undangan dengan aksi kocak mereka dengan lagu Ngaloet dan Uwe’-Uwe’ Maliatn Aku HP. Kegiatan CC II positif merupakan kegiatan yang perlu diadakan secara berkesinambungan. Para peserta sangat antusias dengan jalannya segala kegiatan di CC II karena baik panitia, kordinator, volunter, LO dan peserta dapat merasakan interaksi sesuai dengan harapan dari kegiatan tersebut. Tentu, banyak pihak yang merindukan kondisi seperti di CC II. Di masa mendatang, menurut informasi yang penulis dapat kegiatan CC jilid ketiga akan diadakan dua tahun kemudian. Semoga kegiatan di Capuchin’s Camp III dapat semakin lebih baik. Pace e Bene! So Pasti! (Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya,OFS)
Testimoni:
Maria Febriani (Volunter) : “Semoga para muda-mudi Katolik khususnya di bawah naungan ordo kapusin Pontianak tetap semangat dalam mewartakan injil Allah dan selalu membawa damai bagi sesama umat manusia.
Ignasius Iqbal (Volunter): “Kegiatan kapusin jangan sampai hilang dan kalau bisa acaranya intensif di luar misalnya di Benuah atau RR Pelangi mungkin lebih seru, kebersamaan akan lebih terasa bila jauh dari keramaian dan tentu lebih seru.”
P. Tadde,OFMCap. (Sie.Acara): “Mantap, asyik, lanjutkan!”
Serenia Chelsy (Peserta): “Semoga kegiatan CC ini bisa jalan terus dari tahun ke tahun supaya bisa lebih merangkul dan membangun lagi semangat teman-teman OMK agar bisa menghidupkan kembali semangat hidup menggereja sesuai teladan Sto. Fransiskus Asisi.”