JEJAK LANGKAH PEMBANGUNAN GEREJA PAROKI MARIA RATU PENCINTA DAMAI

Sekilas Tentang Gereja Katolik
Gereja merupakan sebuah ikatan baik antara Kristus dengan umat Allah sesuai ajaran Kitab suci di mana Kristus menjadi pokok anggur dan kita adalah ranting-ranting-Nya. Dalam syahadat singkat, kita juga mengimani gereja Katolik yang kudus. Kudus berarti sumber dari ajarannya adalah dari dan kepada Tuhan itu sendiri. Selain itu gereja yang didirikan Kristus di atas batu karang yang kokoh ini disebut juga sebagai Gereja Katolik;yang berarti umum atau universal baik dari segi waktu maupun tempat. Sehingga siapa saja tanp¬a terkecuali, berhak untuk turut serta dalam memperoleh rahmat yang sama dari Allah antara satu orang dengan orang yang lainnya. 

Gereja secara fisik merupakan sekumpulan umat yang turut serta dalam perjanjian Allah dengan melaksanakan hukum kasih yang diajarkan Kristus sebagai pahala dari-Nya yang telah wafat menebus dosa-dosa manusia. Maka umat menyelenggarakan suatu tempat yang dapat digunakan sebagai sarana penyelenggaraan tanda dan rahmat Allah dalam rupa sebuah bangunan di mana banyak orang berkumpul untuk menyatakan iman yang sama demi melaksanakan mandat Kristus kepada kita dengan mengenangkan-Nya melalui Ekaristi suci. Maka, sejak 20 abad silam, umat Katolik telah mendirikan gereja-gereja untuk melaksanakan Ekaristi dengan ajaran yang satu, kudus, dan apostolik. Hingga abad ke 21 ini, gereja Katolik tetap mempertahankan berbagai tradisi suci, ajaran-ajaran Bapa Gereja yang hingga saat ini sangat relevan disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Dengan berkembangnya ajaran Katolik di seluruh dunia, maka dengan satu pimpinan yang telah direstui Yesus Kristus, gereja Katolik berhasil mempertahankan eksistensinya di berbagai belahan dunia.

Berdasarkan sejarahnya, Gereja Katolik di Indonesia berkembang pada tahun 1534 di Wilayah Maluku. Ajaran iman Katolik pertama kali disebarkan oleh para pedagang, serdadu-serdadu dan para imam dari Portugis. Salah satu pendatang adalah Santo Fransiskus Saverius, yang membabtis beberapa ribu penduduk setempat dari Ambon, Saparua dan Ternate pada tahun 1546. Beberapa tahun jauh setelah itu, berbagai misi berdatangan ke seluruh penjuru Indonesia. Salah satunya adalah bumi Kalimantan di mana ada awal abad 20, Vikaris Apostolik Jakarta meminta tenaga kepada kelompok-kelompok religius di Negeri Belanda. Maka pada 11 Februari 1905, Ordo Kapusin ditunjuk sebagai penanggung jawab atas Prefektur Apostolik Borneo (Kalimantan). Sehingga gereja-gereja Katolik di Kalimantan dibangun dan ajaran gereja Katolik juga berkembang pesat hingga saat ini.

Sejarah Singkat Bangunan Gereja Paroki MRPD
Gereja Katolik Paroki Maria Ratu Pencinta Damai (MRPD) Pontianak berdiri pada tahun 1986. Gereja ini beralamat di Jalan Gusti Hamzah Gang Pancasila V Pontianak. Orang-orang sekitar lebih familiar dengan menyebut gereja ini sebagai Gereja Katolik Pancasila karena letaknya yang bersebelahan dengan gang Pancasila. Melihat dari tahun pendiriannya, maka Gereja Paroki MRPD tersebut sudah berusia 30 tahun. Dalam kurun waktu selama 30 tahun, bangunan Gereja Katolik Paroki MRPD tersebut belum pernah mengalami pemugaran besar, hanya rehab untuk skala kecil, sehingga dengan bertambahnya jumlah umat Katolik di Paroki MRPD yang semakin meningkat, gedung yang saat ini dihuni dirasakan tidak memadai lagi untuk menampung jumlah umat Katolik yang beribadah.

Awalnya berdirinya bangunan yang dipakai sebagai bangunan gereja ini, status izin dari pemerintah Kota Pontianak adalah sebagai gedung serba guna. Sehingga hanya boleh digunakan sebagai tempat pertemuan untuk rapat, bukan sebagai temat ibadah. Kebijakan khusus diambil oleh Pastor paroki dan Pengurus umat setempat selama dua puluh tahun lebih. Maka sebagian gedung dapat digunakan untuk beribadah, sebagian lainnya untuk ruang pertemuan.

Berkat perjuangan yang gigih dari Pastor Paroki dan para tokoh serta umat Katolik di Paroki MRPD dan bantuan dari Bapak Drs. Cornelis, M.H. (Gubernur Kalimantan Barat), maka pada akhir tahun 2010 yang lalu terbit Surat Keputusan dari Walikota Pontianak tentang perubahan status izin dari gedung serbaguna menjadi gereja Katolik. Hal inilah yang memberikan semangat kepada Pastor Paroki dan Pengurus Dewan Pastoral Paroki MRPD Pontianak untuk melakukan pemugaran total dan pembangunan kembali gedung Gereja Katolik Paroki MRPD Pontianak. Inilah pertama kalinya, Panitia Pembangunan Gereja Katolik MRPD terbentuk dan melakukan penggalangan dana untuk menunjang proses pembangunan.

Sumber dana awal yang diperoleh Panitia untuk pengerjaan konstruksi (terutama pondasi) sampai penyelesaian struktur hingga Maret 2016 berasal dari bantuan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan donasi umat (lewat kolekte khusus dan iuran umat), dan juga sumbangan dari para donatur. Sembari menunggu pekerjaan arsitektur, interior, pengecatan, pekerjaan eletrikal dan mekanikal, dana yang telah digunakan ditaksir sekitar kisaran 17 Milyar rupiah.

Dana tersebut terbilang cukup besar sehingga panitia harus merogoh saku dalam-dalam agar pembangunan gereja bisa segera rampung. Maka dari itu, panitia sedang merencanakan, memikirkan, dan mengusahakan dana yang dibutuhkan. Oleh karena itu, Pastor Paroki dan Panitia Pembangunan tetap gigih dalam memotivasi umat untuk menyumbang pembangunan gereja mereka ini, baik berupa anjuran maupun kerja nyata Panitia. Bantuan para donatur yang budiman saat ini masih diharapkan demi tuntasnya pembangunan Gereja Katolik MRPD. 

Dijumpai pada saat pengerjaan tahap 3, penulis mengunjungi Bapak Hironimus, S.Pd. selaku sekretaris Panitia pembangunan Gereja MRPD untuk memintai beberapa keterangan mengenai pengerjaan pembangunan Gereja MRPD Pontianak. Ia mengatakan bahwa awalnya pengerjaan pembangunan ini dirancang dengan dua jenis bangunan yang disarankan. Pertama adalah model kubah, namun atas rekomendasi Gubernur maka diputuskanlah rancangan bangunan lebih kepada model multi etnis seperti rancangan yang sedang dilaksanakan pembangunannya saat ini.
Pada tanggal 23 Mei 2015, tiang pertama bangunan gereja ditancapkan oleh Bapak Gubernur Kalimantan Barat Drs. Cornelis MH. Tahap pembangunan pertama adalah konsentrasi bagian struktur sampai dengan atap. Demikian pula pada tahap kedua, pengerjaan bangunan masih terkonsentrasi pada bagian struktur dan atap. Hal ini disebabkan oleh kurangnya anggaran pembangunan, sehingga pengerjaan harus menunggu negosiasi antara panitia dengan pihak pembangun, ketersediaan dana dan bahan bangunan. Pada saat ini, pembangunan telah memasuki tahap ketiga. Konsentrasi dari pembangunan tahap ketiga ini adalah pembangunan cover menara, toilet, pemasangan keramik basement, pemasangan pintu dan jendela, pengecatan hingga pemasangan plavon. “Tahap ketiga sebenarnya kita usahakan rampung awal Juni, ini dikarenakan masalah teknis,” jelas Bapak Hieronimus kepada penulis. Mengingat kegiatan WKRI (Wanita Katolik Republik Indonesia) yang akan diadakan 26 Juni 2016 nanti, tahap ketiga ini harus rampung. Salah satu tujuan terpilihnya paroki MRPD menjadi penyelenggara kegiatan ulang tahun WKRI adalah untuk menarik para donatur dalam menggalang dana pembangunan gereja MRPD. Apalagi sehari sesudahnya, paroki MRPD juga menjadi tuan rumah penyelenggaraan HUT Bapak Gubernur Kalimantan Barat Drs. Cornelis, M.H. Hal ini juga merupakan dukungan besar dari pemimin Kalimantan Barat untuk membantu paroki MRPD dalam menuntaskan pembangunan gereja.

Ketika ditanyakan soal kendala-kendala mengenai pembangunan, Bapak Hieronimus menjelaskan dengan lebih serius. Secara teknis, kinerja dari panitia sudah cukup baik dan maksimal. “Semuanya bekerja sesuai SPK, cara kerja dari pihak pembangun (PT. Saka) juga sudah cukup profesional,” tegasnya. Hanya saja hal teknis seperti negosiasi dan tawaran dari pihak pembangun dan konsultan pembangunan harus menyesuaikan dengan ketersediaan dana dan bahan bangunan, sehingga PT. Saka tidak dapat melaksanakan pengerjaan jika belum ditemui kesepakatan. Bapak Julius Judhi,S.T. ditunjuk sebagai konsultan pembangunan gereja terus berusaha agar pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Berbagai upaya masih terus diusahakan oleh panitia untuk memperoleh dana pembangunan. Di antaranya adalah pengajuan proposal atas nama Paroki kepada pihak-pihak yang peduli pada perkembangan gereja Katolik. Penggalangan dana juga masih dilakukan melalui donasi-donasi umat. Bahkan Bapa Uskup Pontianak sendiri pernah menawarkan paroki MRPD untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan HUT Mgr. Agustinus Agus, namun hal ini masih menjadi wacana ke depan mengingat inisiatif baik dari Bapa Uskup bersama Gubernur Kalimantan Barat yang merupakan pelindung dari pembangunan gereja MRPD tersebut. Selain itu event seperti HUT WKRI yang akan diadakan di gereja paroki MRPD juga menjadi kesempatan untuk mencari donasi. 

Respon umat Gereja paroki MRPD sendiri begitu antusias dalam menyambut wacana pembangunan total bangunan gereja. Awalnya pembangunan tahap pertama dan kedua masih dilakukan secara tertutup. Hal ini mengantisiasi terjadinya kecelakaan selama pengerjaan tahap awal berlangsung. Umat begitu antusias sehingga meskipun gereja dibongkar, umat tetap ramai ke gereja. Saat itu ibadah dipindahkan sementara ke Kapel Suster Kongregasi Fransiskanes Sambas (KFS) yang berlokasi di depan gereja MRPD terkait gereja dibongkar. Tepat menjelang Paskah, pengerjaan struktur dan atap telah rampung, sehingga umat diizinkan menggunakan basement untuk melaksanakan ibadah. Umat berbondong-bondong membersihkan bagian basement dan hal ini disambut dengan baik.

Gereja Paroki MRPD saat ini dipimpin oleh RD. John Rustam. Pastor John selalu berusaha dengan gigih memberikan motivasi kepada umat paroki MRPD untuk tidak jemu-jemunya memberikan sumbangan dalam bentuk apapun. Hal ini sungguh mulia, bahwa kita sesungguhnya sedang mendirikan rumah Tuhan. “Barangsiapa mendirikan rumah-Mu di dunia ini, ia mempersiapkan kediamannya di surga.” (kutipan doa pembangunan gereja). Melalui pesan singkat Blackberry, penulis mendapatkan wejangan dari RD. John Rustam kepada umat, panitia pembangunan dan para donatur. “Kerja dan usaha, gereja besar maka usaha harus besar. Jika mau gereja mewah, kerja jangan lelah,”tulisnya.

Basement sudah dapat digunakan untuk misa
Dengan kegigihan, maka kita mampu membuat segala sesuatu menjadi nyata. Senada dengan perkataan RD. John Rustam, penulis mengambil kesimpulan bahwa untuk membangun sesuatu yang besar, kita harus memberikan usaha yang besar pula. Bekerja sendiri memang terasa berat, tetapi tidak lah demikian jika dikerjakan bersama-sama. Membangun gereja adalah hal yang mulia. Dengan mendirikan rumah Tuhan, maka kita juga mempersiapkan rumah kita nanti di surga. Apapun yang kita sumbangkan bagi pembangunan gereja, tentu sangat bermanfaat. Karena di mana ada pohon tertanam di tanah yang subur, maka buah-buah yang dihasilkan akan melimpah. Ini menjadi tanggung jawab kita semua bagi gereja kita di manapun berada. Uluran tangan tetap akan terus dibutuhkan, meskipun ucapan terima kasih tak cukup untuk membalas kebaikan para penyumbang. Maka doa yang tulus akan didengar oleh Tuhan. Tuhan sendirilah yang nanti akan menambahkan berkat lainnya. Kita berdoa semoga pembangunan Gereja Paroki MRPD segera rampung, sehingga umat dapat beribadah dengan lebih mantap. (Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya OFS)