SURVEI BAKSOS TAHUN 2016 KELUARGA FRANSISKAN FRANSISKANES PONTIANAK

Bakti Sosial merupakan sebuah cara menyalurkan karya amal bakti yang boleh dilakukan oleh para Fransiskan Fransiskanes yang berdomisili di Pontianak. Melihat kembali di tahun sebelumnya, Keluarga Fransiskan Fransiskanes Pontianak (KEFFRAP) telah melaksanakan kegiatan bakti sosial di berbagai di daerah di Kalimantan Barat. Pertama adalah aksi panggilan di setiap paroki yang berada di Keuskupan Kota Pontianak. Kedua, kunjungan bakti sosial ke daerah perbatasan di Jagoi Babang. Ketiga, kunjungan bakti sosial ke daerah Jelimpo. Keempat, KEFFRAP pernah melaksanakan bakti sosial di daerah Raba, Menjalin. Dan kali ini, KEFFRAP akan melaksanakan Baksos tahun 2016 di Banying Paroki Pahauman. Hal ini menjadi sebuah rutinitas bagi KEFFRAP untuk bertolak ke dalam sebagaimana sabda Kristus ketika memanggil Santo Petrus untuk menjadi penjala manusia. Harapan demi harapan, KEFFRAP dapat memanggil benih-benih muda untuk menjadi sahabat Santo Fransiskus dalam membangun gereja baik sebagai imam, biarawan-biarawati maupun religius awam Fransiskan.

Team survey awal yang diutus dari KEFFRAP terdiri dari tujuh orang. Ketua KEFFRAP yakni Pastor Taddeus OFMCap yang menjadi kepala perjalanan kami. Selain itu ada beberapa suster yaitu Suster Yohana SMFA, suster Maria Luciana KFS. Bruder yang sangat baik dan meneladani Santo Fransiskus tanpa kasut atau alas kaki juga turut hadir yakni Bruder Babtis MTB. Kami para awam Fransiskan yang diutus adalah Saudara Irene OFS dan penulis sendiri, Saudara Fransesco A.R. OFS. Juru kemudi kami adalah saudara Hera yang biasa membantu di Rumah Retret Santo Fransiskus Asisi di Tirta Ria bersama para pastor Kapusin.

Setibanya di Paroki Pahauman , kami beristirahat sejenak di Pastoran. Di dalam pastoran, kami disambut hangat oleh Pastor Paroki. Sembari mengistirahatkan badan, para saudara kemudian mandi dan makan malam. Kami juga menyempatkan diri untuk mampir ke susteran SFIC komunitas Pahauman. Saudara-saudari KEFFRAP saling bertukar pikiran dan menggali informasi awal mengenai stasi Banying. Malam pertama di Pahauman berakhir, kami pamit dan kembali ke Pastoran. Tidak disangka-sangka, Pastor William Chang OFMCap turut hadir dari Keuskupan ke Paroki Pahauman. Ternyata beliau akan melayani di daerah Sinakin. Pastor William juga sempat memperkenalkan sebuah buku yang telah ia tulis berjudul “Moral Special”. Pastor yang telah menulis beberapa buku-buku moral inilah yang telah menginspirasi saya untuk selalu menulis artikel di berbagai media salah satunya adalah Majalah DUTA. Karena harus melayani esok hari, Pastor William pamit untuk beristirahat dan kami pun harus bergegas beristirahat untuk mendapatkan tenaga di hari esok.

Pagi hari kami bangun dan berangkat dari Paroki Pahauman menuju lingkungan Banying. Seorang saudari SFIC dari komunitas Pahauman turut menemani kami ke lingkungan Banying. Kami melewati simpang jalan raya di mana kami peroleh informasi bahwa jalan terdekat yakni Jembatan Pasir masih tidak dapat dilalui. Karena sang juru arah masih belum dapat kami temui, maka kami memutuskan untuk berangkat lebih dahulu. Satu per satu masyarakat setempat kami tanyai tentang lokasi Banying. Sampai pada akhirnya, saudara juru arah (Agus) datang menyusul kami dan mengambil posisi di depan. Pastor Tadde telah mempersiapkan perlengkapan misa seperti hosti dan anggur, jubah dan lain-lain. Sehingga pada saat di Banying, kami langsung dapat melayani misa di sana.

Setibanya di Banying, kondisi gereja masih sepi. Nama gereja ini adalah gereja Santa Bernadet Banying. Umat-umat satu per satu mulai berdatangan. Gereja yang berbentuk seperti rumah betang ini terlihat indah dan tergolong cukup besar untuk ukuran stasi-stasi yang pernah kami datangi. Sebelum misa dilaksanakan, kami semau berkunjung ke rumah ketua umat untuk menggali informasi lebih dalam. Hingga pukul sembilan, kami kembali ke dalam gereja dan memulai misa. Adapun petugas misa adalah dari tim KEFFRAP.

Usai misa, kami kembali mencari informasi secara langsung dari umat yang hadir di gereja. Kami menanyakan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan di lingkungan Banying agar pelayanan bakti sosial yang diadakan lebih tepat sasaran. Beberapa kategori umat seperti PIA, OMK, WKRI dan para pria turut hadir di sana. Kami mulai membahas dan menggali informasi dan disambut oleh umat dengan antusias. Informasi yang dapat gali antara lain bahwa lingkungan Baying memiliki 14 stasi di sekitarnya. Kategori yang telah diketahui tersebut akan dibina sesuai dengan kriterianya, mulai pendampingan PIA dan para pendampingnya, pendampingan OMK dengan aneka kegiatan, pendampingan para wanita dan bapak-bapak untuk kerajinan tangan maupun pertanian. Informasi ini cukup menjadi bahan perenungan bagi kami, sehingga apa yang akan kami buat dan akan diberikan dapat tersalurkan sesuai dengan tujuan. Usai memperoleh informasi, kami pulang dan beristirahat karena sore harinya kami pulang kembali ke Pontianak.

Kali ini kondisi bakti sosial terbilang cukup berbeda dari lokasi bakso sebelumnya. Namun ini menjadi tantangan bagi kami untuk melayani lebih baik dan lebih baik lagi. Segala upaya yang dapat kami salurkan, semoga dapat berguna bagi para umat yang kami layani. Bercermin dari kegiatan sebelumnya, segala macam tantangan dapat diantisipasi sehingga menjadi pengalaman baik untuk diterapkan pada kegiatan selanjutnya. Semoga umat sekalian mendoakan Keluarga Fransiskan Fransiskanes Pontianak agar terus melanjutkan karya pelayanan di manapun berada sesuai dengan kemampuan yang dapat diberikan. Mari kita nantikan kabar dari lingkungan Banying. Jadikanlah kami pembawa damai. (Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya, OFS)