Tak pernah satupun dari manusia di dunia ini mengharapkan perpisahan dari orang-orang terkasih. Suka dan duka bisa menjadi kenangan paling manis yang boleh dirasakan dan dialami oleh setiap orang. Kedukaan yang mungkin terobati dengan hadirnya sosok orang yang peduli, mengayomi, penuh kasih, sabar, rendah hati dan yang terbaik menjadi kesan tersendiri bagi pribadi yang mengalami hal tersebut. Lepas tertawa oleh karena hiburan, semangat, kejenakaan, tercipta menjadi pertimbangan berat untuk melepas suatu perpisahan. Apalagi jika dikatakan sebagai perpisahan untuk selama-lamanya, mungkin derai air mata, rasa sedih, terpukul dan rasa tidak percaya mendominasi baik pikiran hati untuk mencoba memahaminya. Perpisahan oleh karena kematian, tak jarang jadi pukulan keras yang menembus ke dalam sanubari. Misteri ini mau tidak mau, suka atau tidak suka harus diterima dengan lapang dada dan keiklasan.
Pada usia 81 Tahun, Pastor Mattheus Sanding, OFMCap menghembuskan nafas terakhirnya. Sekitar pukul 16.00 WIB, saudari maut menghampiri dirinya dan menghantarnya kembali pulang pada pangkuan Bapa di Surga. Tak satupun dari orang-orang menyangka, pastor yang sering disapa ‘kakek’ itu sudah saatnya pulang pada hadirat sang pencipta-Nya. Karya-karya yang boleh ditinggalkan, suka duka, canda tawa, keriangan dan kelincahannya menjadi kenangan paling indah yang berat dirasakan oleh para saudara-saudari serta kerabat. Tak ayal, ketika disemayamkan tepatnya di Provinsialat Kapusin di Rumah Retret Tirta Ria, para sahabat, rekan, saudara, keluarga, para rekan imam, frater, bruder, suster, kelompok kategorial gereja, persekutuan doa dan lain-lain; berbondong-bondong hadir untuk melihat wajah kakek Sanding untuk terakhir kalinya. Penulis sendiri, bagai disambar petir yang pada April 2016 lalu juga hadir di dalam pesta emas sang Imam Pribumi pertama ini di Rumah Retret Tirta Ria. Di tempat yang sama pula, ia terbaring tenang dengan jubah coklat dan tali putihnya. Beriring doa dan harapan, kita senantiasa percaya bahwa Tuhan Yang Mahabaik sesungguhnya memiliki rencana yang paling indah untuk akhir hidup imam kapusin Dayak pertama ini. Betapa banyak orang-orang yang mengasihinya selama hidup, dan betapa banyak pula yang merasa kehilangan sosok imam yang terkenal riang dan gembira ketika diajak berjonggan bersama ini. Tapi kita boleh merasa lega, wajah damainya tersirat dalam ketenangan, kematian ia terima dengan imannya sebagai pengikut Santo Fransiskus dari Assisi yang juga bersedia menerima saudari maut mengantarnya ke hadapan Bapa.
Pastor Mattheus Sanding, OFMCap lahir dari keluarga petani yang sederhana di Nyandang, Sanggau Kapus pada tanggal 23 Desember 1935. Panggilannya dimulai ketika ia sangat mengagumi para tokoh-tokoh misionaris Ordo Kapusin dari Belanda dengan jubah coklatnya. Awal yang tiada niat untuk menjadi imam, namun ketika menyelesaikan pendidikan di Sekolah Rendah (SR), Pastor Sanding melanjutkan pendidikannya ke Seminari Menengah Sto. Paulus Nyarumkop untuk menjadi imam kapusin. Mattheus Sanding muda sudah memiliki rasa kecintaan pada Bunda Maria yang begitu mendalam. Devosi kepada Bunda Allah ini juga yang memberikan kekuatan kepadanya agar senantiasa bertahan dan tetap kokoh dalam panggilannya sebagai Imam hingga akhir. Karena memiliki potensi yang baik, maka P. Honorius van den Heijde, OFMCap yang pada saat itu memimpin persekolahan Nyarumkop memberikan dukungan kepada Mattheus Sanding muda untuk melanjutkan hidupnya sebagai calon novis di Ordo Kapusin.
Pendidikan pertama ia temput di Novisiat Sto. Fidelis, Prapat, Sumatera Utara. Pada tanggal 01 Agustus 1959, ia terima sebagai calon novis. Pada tanggal 02 Agustus 1960, Frater Mattheus Sanding diizinkan mengucapkan kaul perdananya di hadapan P. Marianus van den Acker, OFMCap, Magister Novisiat dan Superior Regularis Ordo Kapusin Indonesia di masa itu. Pada saat itu pula, Pastor Mattheus Sanding dinobatkan sebagai imam kapusin pribumi atau dari orang Dayak yang pertama di Ordo Kapusin di Indonesia. Tahun berikutnya (1961), Pastor Hieronymus Bumbun OFMCap (saat ini merupakan Uskup Emeritus Keuskupan Agung Pontianak) menyusul dirinya menjadi imam. Pada masa pendidikan ketika di STFT (Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi). Semakin hari panggilan yang diterimanya semakin kokoh, maka pada tanggal 02 Agustus 1963 dengan keteguhan hatinya, Pastor Sanding mengucapkan kaul kekal di hadapan P. Gonzalvus Snijders, OFMCap. Tiga tahun kemudian, sang imam muda ditahbiskan sebagai imam pada tanggal 05 Maret 1966 oleh Uskup Agung Pontianak yang pertama, Mgr. Herculanus J.M. van der Burgt, OFMCap. Tak lama setelah itu, sang adik kandung P. Paduanus Aga, OFMCap mengikuti jejaknya pada tanggal 12 Januari 1976 sebagai imam kapusin.
Pastor Sanding telah melayani dan berkarya di beberapa paroki. Pada tahun 1966-1969 ia diutus untuk melayani Paroki Singkawang selama tiga tahun. Selanjutnya pada tahun 1969-1975, pastor Sanding melayani Paroki Pahauman sebagai Pastor rekan selama enam tahun. Kemudian pada tahun 1975-1979, Pastor Sanding diutus ke Paroki Batang Tarang selama empat tahun dan merintis berdirinya gereja Katolik di Sosok, Tayan Hulu (saat ini bernama Paroki Kristus Raja, Sosok). Untuk masa yang lebih lama, pada tahun 1979-2009 atau sekitar 30 tahun, Pastor Sanding melayani Paroki Menjalin, Mempawah Hulu dan Tiang Tanjung. Di sini Pastor Sanding sangat aktif menangani tugas di paroki dan juga mengelola Majalah Battakki (Berita Antar Kampung Kita). Pada tahun 2009 hingga saat ini, pastor Sanding ditarik kembali menuju Provinsialat Ordo Kapusin Pontianak. Pada tanggal 05 April 2016, Pastor Sanding merayakan Pesta Emas bersama para saudara dan rekan di Rumah Retret Tirtaria. Sampai pada akhirnya, tepatnya pada tanggal 01 Februari 2017, ketika jam tidur siangnya sekitar pukul 16.00, Pastor Sanding menghembuskan nafas terakhirnya. Kepergiannya dari dunia sangat tidak diduga oleh para saudara Kapusin. Bagaimana tidak, tanpa ada tanda-tanda sakit penyakit atau sesuatu yang aneh, beliau kembali ke pangkuan Bapa.
Misteri kematian menjadi hal yang sangat-sangat tak disangka oleh kita semua. Pepatah bahasa latin mengatakan misteri hidup dan mati adalah hal yang tak dapat dielakkan oleh setiap manusia; Hodie mihi, cras tibi yang berarti hari aku, besok kamu. Tapi bukan pula berarti kita harus takut menghadapi kematian, melainkan berpasrah diri pada penyelenggaraan Ilahi. Sebagaimana Pastor Sanding yang penuh dengan pemantapan dalam menjawab panggilannya, ia pun mantap menanggapi panggilan Tuhan untuk kembali kepada Bapa. Kematiannya yang sangat sederhana yang diakui oleh salah seorang rekan imam P. Iosephus Erwin, OFMCap (kapusin.org) menjadi pertanda hidupnya yang sederhana yang mengarahkan akhir hidupnya pada kesederhanaan pula. Akhir hidup di dunia, mungkin adalah akhir perjalanan hidup tetapi menjadi awal kehidupan baru, kehidupan yang sangat dinanti-nantikan oleh para umat beriman. Pastor Mattheus Sanding, OFMCap kini telah berbahagia di surga, ia telah bersama-sama dalam jajaran para kudus dan memperoleh mahkota kesetiaanya dalam mengemban pelayanan sebagai imam dan gembala bagi umat Katolik yang pernah ia layani. Semoga kita semua para umat beriman, mampu mengikuti jejak seorang Pastor Sanding yang sederhana, baik dalam hidup maupun di dalam matinya, mau menyandarkan diri kepada Tuhan dan tetap kokoh menjalani panggilannya. Requiescat In Pace Pastor Mattheus Sanding, OFMCap, karya bakti dan pelayananmu akan menjadi kenangan manis bagi orang-orang yang mengenalmu semasa hidup. Berpulanglah dalam damai. (Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya, OFS)
Cuplikan kata-kata dalam Lagu Ciptaan P. Mattheus Sanding, OFMCap
SIANG MALAM
Siang malam Tuhanku ada di sampingku
Siang malam boleh aku serta-Mu
Bila fajar menyingsing
Tuhanku ada di sampingku
Dalam kancah kerjaku
Boleh aku sertamu
Siang malam Tuhanku ada di sampingku
Siang malam boleh aku serta-Mu
Bila senja menjelang
Tuhanku ada di sampingku
Hilang duka hatiku
Boleh aku sertamu
Siang malam Tuhanku ada di sampingku
Siang malam boleh aku serta-Mu
Bila malam menyuram
Tuhanku ada di sampingku
Bapa aku anak-Mu
Boleh aku serta-Mu
Siang malam Tuhanku ada di sampingku
Siang malam boleh aku serta-Mu