Samuel Oton Sidin, seorang imam sederhana kapusin yang dikenal sebagai sosok yang sangat peduli pada lingkungan hidup telah ditahbiskan sebagai Uskup di Keuskupan Sintang. Umat Sintang boleh merasakan sukacita yang tak terkira karena Bapa Paus Fransiskus I telah menunjuk putera daerah asal Bengkayang ini sebagai gembala umat. Melalui Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Antonio Guido Filipazzi kabar ditunjuknya Pater Samuel Oton Sidin sebagai uskup Sintang tersebut disampaikan sebelumnya. Pada tanggal 22 Maret 2017 lalu tepatnya di Stadion Baning, Sintang, putra daerah kelahiran kampung Peranuk tersebut ditahbiskan sebagai Uskup disaksikan oleh 31 Uskup yang hadir dari 37 Keuskupan di Indonesia, para umat baik dari Sintang, Melawi, Kapuas Hulu, Pontianak bahkan Jakarta. Pentahbisan Uskup Sintang ini juga dihadiri oleh pemerintah Provinsi maupun Kabupaten; Gubernur Kalbar Cornelis, Bupati Melawi Panji, Bupati Sekadau Rupinus, Bupati Kapuas Hulu AM Nasir, Wakil Bupati Kapuas Hulu Antonius L Ain Pamero, Bupati Sanggau Paolus Hadi, Bupati Suryaman Gidot dan beberapa pejabat lainnya. Pentahbisan Mgr. Samuel Oton Sidin, OFMCap sebagai Uskup Sintang ini dilaksanakan di Stadion Baning, Sintang pukul 19.15 secara khidmat melalui Misa Meriah yang dipimpin langsung oleh Uskup Pontianak, Mgr. Agustinus Agus didampingi oleh Mgr. Pius Riana Prapdi (Uskup Ketapang) dan Mgr. Yulius Mencucini,CP (Uskup Sanggau). Pentahbisan Uskup Sintang ini juga dihadiri oleh 130 orang Imam, para frater, suster, bruder, komunitas religius maupun awam religius. Tidak ketinggalan saudara seperjuangan, para imam dan bruder Kapusin yang ikut serta dalam pentahbisan seorang saudara sebagai seorang Uskup di Sintang.
Prosesi pentahbisan berjalan dengan lancar di tengah cuaca yang sangat bersahabat. Prosesi dimulai dari pengarahan oleh MC kepada umat. Selanjutnya diadakan liturgi sabda dari bacaan Kitab Yeremia 1:4-9 dilanjutkan dengan bacaan Kedua dari Kisah Para Rasul 20:17-18a.28-32.36 dan bacaan Injil Yohanes 15:9-17. Selanjutnya prosesi liturgi tahbisan uskup yang ditandai dengan nyanyian Roh Kudus. Selanjutnya pengajuan uskup terpilih kepada Uskup Agung Pontianak dilanjutkan dengan pembacaan surat pengangkatan dari Tahta Suci oleh Mgr. Antonio Guido Filipazzi. Sebelum melakukan prosesi janji uskup terpilih, Mgr. Guido menyampaikan homili.
Berikut penggalan homili yang disampaikan oleh Mgr. Guido,“Ini menjadi kesempatan untuk bersukacita sambil berpesta bersama. Namun kebahagiaan ini menjadi semakin nyata dan bermanfaat, jika seluruh perayaan ini diberikan motivasi iman. Karena ini bukanlah tindakan yang bertujuan untuk menata semua organisasi, seakan-akan pejabat mulai menyandang tugasnya di sebuah lembaga duniawi. Mengingat bahwa kita sedang merayakan dalam konteks liturgi ekaristi yakni sebuah sakramen justru kita melakukan bahwa apa yang sedang terjadi pertama sekali merupakan karya Allah dan menjadi bukti campur tangan Allah demi kebaikan Gereja milik-Nya,” pesannya Mgr. Guido kepada umat. Mgr. Guido juga menghimbau baik Mgr. Samuel Oton Sidin maupun umat beriman untuk menggunakan kacamata Yesus sendiri yakni melalui iman sambil mengakui dengan segala kekurangan sebagaimana Yesus, maka dengan cara pandang inilah, semua masalah dan perpecahan dapat diatasi serta bersatu untuk bekerja demi Kerajan Allah. “Kita juga perlu merenungkan bahwa seorang Uskup adalah sebagai seorang Bapa. Sejak masa gereja Perdana, umat Kristiani telah menegaskan unsur ke-Bapa-an seorang Uskup. Contoh Santo Ignatius Uskup Antiokhia, bahwa seorang uskup meyakini Bapa-Nya Yesus Kristus, Uskup seluruh umat manusia. Santo Fransiskus dari Assisi yang begitu menjunjung tinggi keuskupan, juga memandang seorang uskup sebagai bapa dan tuan bagi jiwa-jiwa kawanan domba yang dipercayakan kepadanya,” tegasnya. Doa akan membantu setiap anggota gereja untuk memandang uskup mereka dengan sikap penuh iman yakni menganggap mereka sebagai orang yang mewakili Bapa-Nya Yesus Kristus, Uskup bagi setiap orang. Amin,” demikian beberapa patah kata terakhir dari Homili dari Mgr. Guido.
Setelah homili disampaikan oleh Mgr. Guido, barulah Pastor Samuel Oton Sidin mengucapkan janji di hadapan para uskup, imam, dan umat. Usai pengucapan janji uskup terpilih, umat menyanyikan bersama-sama Litani Orang Kudus. Setelah mendengar indahnya lagu Litani, para uskup satu per satu menumpangkan tangan di atas kepala Uskup terpilih. Selanjutnya, doa tahbisan diucapkan oleh para uskup atas uskup terpilih dilanjutkan dengan pengurapan minyak krisma oleh Uskup Pentahbis utama Mgr. Agustinus Agus kepada uskup baru. Satu per satu perlengkapan penggembalaan seperti Kitab Suci, Cincin, Mitra dan Tongkat diberikan kepada uskup baru dan uskup baru dipersilakan menduduki tahta uskup. Demikian Pastor Samuel Oton Sidin, OFMCap telah sah sebagai Bapa Uskup di Sintang dengan menggunakan gelar Monsinyor. Sakramen Ekaristi menyempurnakan rasa syukur umat atas ditahbiskannya Mgr. Samuel Oton Sidin, OFMCap sebagai uskup di Sintang.
Mgr. Samuel Oton Sidin, OFMCap sebelum ditahbiskan sebagai Uskup Sintang dikenal sebagai imam yang sangat rajin dan pekeja keras, peduli pada lingkungan hidup dan sesamanya. Sebagai hasil buah dan pengabdiannya yang mampu menyulap kawasan gersang akibat kebakaran hutan menjadi lokasi hijau, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penghargaan Kalpataru kepadanya pada 5 Juni 2012. Bukan hal yang mengejutkan bagi para saudara-saudaranya jika Samuel Sidin Oton dipilih oleh Bapa Paus Fransiskus I sebagai Uskup Sintang. Menurut Provisial OFM Capusin, Pastor Amandus Ambot, OFMCap sosok Mgr. Samuel merupakan sosok yang sederhana, baik, polos dan jujur serta nampak sekali begitu sangat mencintai lingkungan hidup. Pastor Damian Doraman OFCap yang mengantikan Pastor Samuel Sidin sebagai Kepala Paroki Tebet juga sependapat bahwa terpilihnya Pastor Samuel Sidin bukan tanpa alasan kuat, Vatikan memilihnya karena memiliki kelebihan di lingkungan hidup. Para saudara Kapusin mengenal sosok Uskup Sintang ini sebagai saudara yang sangat sederhana. Dalam kegiatan perjalanan di manapun, dibandingkan dengan keperluan pribadinya, Monsinyor Samuel lebih banyak membawa tanaman daripada pakaian.
Sebagai Uskup baru, Mgr. Samuel Oton Sidin akan menghadapi beberapa tantangan dalam mengembalakan umat Keuskupan di Sintang. Tidak berbeda jauh dengan keuskupan-keuskupan yang ada di Kalimantan, masalah yang akan dihadapi antara lain masalah pembinaan umat, rusaknya alam, perdagangan manusia, mempertahankan adat istiadat di zaman modern serta pemerataan pendidikan di pedalaman. Di beberapa daerah di Sintang, ada stasi yang harus ditempuh dengan menggunakan jalur sungai dan berjalan kaki. Hal tersebut menjadi tantangan berat namun sekaligus upaya keras untuk semakin memperdalam iman umat yang berada di daerah pedalaman. Maraknya perusakan alam oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab menyebabkan ekologi menjadi ikut mengalami kerusakan. Tambang-tambang emas tanpa izin, lahan sawit yang mengeksploitasi lahan secara besar-besaran serta illegal logging semakin memperparah kondisi alam di Sintang. Human trafficing yang menjadi masalah serius juga terjadi di Sintang. Banyak orang kampung yang termakan janji manis para agen tenaga kerja yang tidak bertanggung jawab, mereka dijadikan budak seks dan pekerja kasar. Semakin derasnya peralihan zaman, membuat adat istiadat lambat laun semakin lenyap. Hal-hal tersebut merupakan masalah-masalah dan tantangan-tantangan besar yang membutuhkan kerja keras dan pemikiran serius bagi Mgr. Samuel Oton Sidin, OFMCap.
Dalam kata Sambutannya, Mgr. Samuel Oton Sidin mengharapkan dukungan dan doa agar dapat menjalankan tugas penggembalaannya bagi Keuskupan Sintang. Sebagai Uskup, tugas yang diembannya bukanlah tugas yang biasa. Namun ia percaya melalui dukungan dan doa dari para umat, keluarga, rekan imam dan siapa saja akan menjadi kekuatan dalam menjalankan tugas tersebut dengan baik. (Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya,OFS)
Prosesi pentahbisan berjalan dengan lancar di tengah cuaca yang sangat bersahabat. Prosesi dimulai dari pengarahan oleh MC kepada umat. Selanjutnya diadakan liturgi sabda dari bacaan Kitab Yeremia 1:4-9 dilanjutkan dengan bacaan Kedua dari Kisah Para Rasul 20:17-18a.28-32.36 dan bacaan Injil Yohanes 15:9-17. Selanjutnya prosesi liturgi tahbisan uskup yang ditandai dengan nyanyian Roh Kudus. Selanjutnya pengajuan uskup terpilih kepada Uskup Agung Pontianak dilanjutkan dengan pembacaan surat pengangkatan dari Tahta Suci oleh Mgr. Antonio Guido Filipazzi. Sebelum melakukan prosesi janji uskup terpilih, Mgr. Guido menyampaikan homili.
Berikut penggalan homili yang disampaikan oleh Mgr. Guido,“Ini menjadi kesempatan untuk bersukacita sambil berpesta bersama. Namun kebahagiaan ini menjadi semakin nyata dan bermanfaat, jika seluruh perayaan ini diberikan motivasi iman. Karena ini bukanlah tindakan yang bertujuan untuk menata semua organisasi, seakan-akan pejabat mulai menyandang tugasnya di sebuah lembaga duniawi. Mengingat bahwa kita sedang merayakan dalam konteks liturgi ekaristi yakni sebuah sakramen justru kita melakukan bahwa apa yang sedang terjadi pertama sekali merupakan karya Allah dan menjadi bukti campur tangan Allah demi kebaikan Gereja milik-Nya,” pesannya Mgr. Guido kepada umat. Mgr. Guido juga menghimbau baik Mgr. Samuel Oton Sidin maupun umat beriman untuk menggunakan kacamata Yesus sendiri yakni melalui iman sambil mengakui dengan segala kekurangan sebagaimana Yesus, maka dengan cara pandang inilah, semua masalah dan perpecahan dapat diatasi serta bersatu untuk bekerja demi Kerajan Allah. “Kita juga perlu merenungkan bahwa seorang Uskup adalah sebagai seorang Bapa. Sejak masa gereja Perdana, umat Kristiani telah menegaskan unsur ke-Bapa-an seorang Uskup. Contoh Santo Ignatius Uskup Antiokhia, bahwa seorang uskup meyakini Bapa-Nya Yesus Kristus, Uskup seluruh umat manusia. Santo Fransiskus dari Assisi yang begitu menjunjung tinggi keuskupan, juga memandang seorang uskup sebagai bapa dan tuan bagi jiwa-jiwa kawanan domba yang dipercayakan kepadanya,” tegasnya. Doa akan membantu setiap anggota gereja untuk memandang uskup mereka dengan sikap penuh iman yakni menganggap mereka sebagai orang yang mewakili Bapa-Nya Yesus Kristus, Uskup bagi setiap orang. Amin,” demikian beberapa patah kata terakhir dari Homili dari Mgr. Guido.
Setelah homili disampaikan oleh Mgr. Guido, barulah Pastor Samuel Oton Sidin mengucapkan janji di hadapan para uskup, imam, dan umat. Usai pengucapan janji uskup terpilih, umat menyanyikan bersama-sama Litani Orang Kudus. Setelah mendengar indahnya lagu Litani, para uskup satu per satu menumpangkan tangan di atas kepala Uskup terpilih. Selanjutnya, doa tahbisan diucapkan oleh para uskup atas uskup terpilih dilanjutkan dengan pengurapan minyak krisma oleh Uskup Pentahbis utama Mgr. Agustinus Agus kepada uskup baru. Satu per satu perlengkapan penggembalaan seperti Kitab Suci, Cincin, Mitra dan Tongkat diberikan kepada uskup baru dan uskup baru dipersilakan menduduki tahta uskup. Demikian Pastor Samuel Oton Sidin, OFMCap telah sah sebagai Bapa Uskup di Sintang dengan menggunakan gelar Monsinyor. Sakramen Ekaristi menyempurnakan rasa syukur umat atas ditahbiskannya Mgr. Samuel Oton Sidin, OFMCap sebagai uskup di Sintang.
Mgr. Samuel Oton Sidin, OFMCap sebelum ditahbiskan sebagai Uskup Sintang dikenal sebagai imam yang sangat rajin dan pekeja keras, peduli pada lingkungan hidup dan sesamanya. Sebagai hasil buah dan pengabdiannya yang mampu menyulap kawasan gersang akibat kebakaran hutan menjadi lokasi hijau, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penghargaan Kalpataru kepadanya pada 5 Juni 2012. Bukan hal yang mengejutkan bagi para saudara-saudaranya jika Samuel Sidin Oton dipilih oleh Bapa Paus Fransiskus I sebagai Uskup Sintang. Menurut Provisial OFM Capusin, Pastor Amandus Ambot, OFMCap sosok Mgr. Samuel merupakan sosok yang sederhana, baik, polos dan jujur serta nampak sekali begitu sangat mencintai lingkungan hidup. Pastor Damian Doraman OFCap yang mengantikan Pastor Samuel Sidin sebagai Kepala Paroki Tebet juga sependapat bahwa terpilihnya Pastor Samuel Sidin bukan tanpa alasan kuat, Vatikan memilihnya karena memiliki kelebihan di lingkungan hidup. Para saudara Kapusin mengenal sosok Uskup Sintang ini sebagai saudara yang sangat sederhana. Dalam kegiatan perjalanan di manapun, dibandingkan dengan keperluan pribadinya, Monsinyor Samuel lebih banyak membawa tanaman daripada pakaian.
Sebagai Uskup baru, Mgr. Samuel Oton Sidin akan menghadapi beberapa tantangan dalam mengembalakan umat Keuskupan di Sintang. Tidak berbeda jauh dengan keuskupan-keuskupan yang ada di Kalimantan, masalah yang akan dihadapi antara lain masalah pembinaan umat, rusaknya alam, perdagangan manusia, mempertahankan adat istiadat di zaman modern serta pemerataan pendidikan di pedalaman. Di beberapa daerah di Sintang, ada stasi yang harus ditempuh dengan menggunakan jalur sungai dan berjalan kaki. Hal tersebut menjadi tantangan berat namun sekaligus upaya keras untuk semakin memperdalam iman umat yang berada di daerah pedalaman. Maraknya perusakan alam oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab menyebabkan ekologi menjadi ikut mengalami kerusakan. Tambang-tambang emas tanpa izin, lahan sawit yang mengeksploitasi lahan secara besar-besaran serta illegal logging semakin memperparah kondisi alam di Sintang. Human trafficing yang menjadi masalah serius juga terjadi di Sintang. Banyak orang kampung yang termakan janji manis para agen tenaga kerja yang tidak bertanggung jawab, mereka dijadikan budak seks dan pekerja kasar. Semakin derasnya peralihan zaman, membuat adat istiadat lambat laun semakin lenyap. Hal-hal tersebut merupakan masalah-masalah dan tantangan-tantangan besar yang membutuhkan kerja keras dan pemikiran serius bagi Mgr. Samuel Oton Sidin, OFMCap.
Dalam kata Sambutannya, Mgr. Samuel Oton Sidin mengharapkan dukungan dan doa agar dapat menjalankan tugas penggembalaannya bagi Keuskupan Sintang. Sebagai Uskup, tugas yang diembannya bukanlah tugas yang biasa. Namun ia percaya melalui dukungan dan doa dari para umat, keluarga, rekan imam dan siapa saja akan menjadi kekuatan dalam menjalankan tugas tersebut dengan baik. (Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya,OFS)