Orang Muda identik dengan hal-hal yang energik, gerak yang cekatan, produktif dan sangat bergairah dalam mengerjakan berbagai hal. Menjadi orang muda tentu merupakan semacam pendorong besar di dalam kehidupan untuk berbuat lebih banyak dan mencoba segala hal-hal baru. Maka tidak heran muncul banyak sekali orang-orang muda yang di masa cerahnya membuat gebrakan-gebrakan besar, menjadi enterpreneur, wirausahawan, pengusaha sukses, motivator dan lain sebagainya. Menjadi orang muda tentu tidak selalu gampang dan luwes dalam melepaskan karya-karyanya. Terkadang energi-energi positif para kaula muda bisa terhambat oleh problem emosional, mood, rasa malas, kebebasan (semau gue), suka menunda-nunda dan sikap masa bodoh. Hal ini lah yang terkadang membuat kaum muda cenderung diremehkan oleh para kaum tua.
Di dalam Gereja, Orang Muda adalah pilar sekaligus dasar gereja agar tetap kokoh dalam menghadapi perkembangan zaman. Tanpa orang muda, masa depan gereja akan semakin suram. Kaum tua sendiri tetap eksis karena kaum muda tampil untuk membantu sekaligus menggantikan kaum tua di masa depan. Jadi, jika kaum muda aktif di Gereja artinya Gereja masih memiliki masa depan cerah untuk terus mengembangkan pelayanan umat di masa depan. Namun sebaliknya, apabila kaum muda acuh tak acuh bahkan tidak mau melayani Gereja, maka akan sulit bagi Gereja sendiri untuk mengembangkan misinya.
Banyak Orang Muda berpikir bahwa pelayanan Gereja itu hanya dilakukan oleh orang dewasa. Kaum muda menganggap diri mereka sebagai back up atau cadangan di masa-masa sulit. Tapi percayakah anda, apabila kita terbiasa menganggap diri sebagai 'cadangan', kita telah memilih menjadi manusia yang pasif. Akhirnya dari sikap pasif tersebut muncul hal-hal negatif lain: "Ah, nanti saja, toh saya masih muda, biarkan yang dewasa yang melakukannya", atau ,"Ah, habis bekerja senin sampai jumat, buat apa melayani gereja lagi, toh misa saja sudah cukup" bahkan ada pula anggapan,"Saya melayani Gereja tunggu sudah tua saja, masih muda cari uang banyak saja..." Anggapan-anggapan nilah yang terjadi di negara-negara Eropa. Di Eropa kaum muda sangat acuh tak acuh, terlalu liberalis dan bahkan menganggap agama sebagai KTP saja. Hal tersebut menyebabkan krisis iman bahkan krisis panggilan yang nyaris meruntuhkan Gereja di Eropa. Apakah masa depan Gereja kita di sini, akan kita pertaruhkan seperti demikian?
Jika dibandingkan dengan Orang Muda yang berada di daerah yang sulit, kondisi perang, kerusuhan dan lain sebagainya, kondisi chaos ini malah menjadikan iman kaum muda semakin kuat. Namun, apakah kita harus menunggu dunia menjadi kacau balau, barulah kita terketuk untuk aktif melayani Gereja kita? Perhatikan kaum muda di China di tengah para Komunis, perhatikan kaum muda di Iran, Mesir dan daerah-daerah konflik. Para kaum muda bersatu tekat untuk menguatkan imannya meski harus menderita sengsara. Kita beruntung menjadi kaum muda yang berada di negera yang damai dan aman. Namun di tengah keasyikan kita dalam kedamaian, justru kita malah mengabaikan Gereja dan hanya menjadi umat biasa yang datang dan pergi ke gereja untuk misa.
Di dalam Injil, Tuhan Yesus sendiri meminta kita para umat termasuk Kaum Muda untuk mengembangkan talenta kita (Bdk. 25:14-30). Kaum muda yang adalah penerus Gereja harus berani dan lantang menyatakan dirinya sebagai Garam dan Terang Dunia. Meskipun kita tahu, bahwa kita sendiri memiliki talenta berbeda-beda, namun kita bisa mengabdikan diri kita melalui gereja sesuai dengan kemampuan dan porsi kita masing-masing. Jika kita hanya duduk diam, rutinintas ke gereja lalu pulang dan sebagainya, sebenarnya kita telah menguburkan talenta kita masing-masing. Meskipun kita memiliki talenta misalkan suara yang indah namun kita hanya menunjukkannya pada kegiatan konser, wejangan-wejangan publik, resepsi pernikahan, tempat-tempat karaoke tetapi enggan berkontribusi bagi Gereja, kita telah terang-terangan mengabaikan Tuhan kita sendiri.
Melayanilah mulai dari saat ini. Jangan beranggapan bahwa melayani dimulai ketika kita sudah tua. Pelayanan bukan menjadi jalan pertobatan belaka, tetapi merupakan nyawa dari setiap umat dan kaum Gereja. Pelayanan tidak harus menunggu tua, karena kita sendiri tidak tahu kapan kita akan dipanggil Tuhan; bisa hari ini, besok, atau beberapa tahun lagi. Kita berada di dunia ini sebagai pengembaraan, ibarat kemah yang kita dirikan, akan dirobohkan dan kembali ke peristirahatan terakhir. Saya tidak mengatakan bahwa kaum muda harus takut mati, tidak sama sekali. Ketika kita hidup, kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidup kita saat itu juga. Tetapi ketika sudah berada di peristirahatan terakhir, tidak ada lagi kesempatan untuk berubah atau bertobat. Maka setidaknya, persiapkanlah jalan terbaik untuk masa hidup kita, masa depan kita. Karena di ujung perjalanan, kita akan sangat sangat membutuhkan Tuhan. Maka sangat kontras jika Tuhan Yesus berharap besar kepada kita semua termasuk kaum muda: "Tidak semua orang yang berkata kepada-Ku: Tuhan, Tuhan akan masuk Kerajaan Surga, melainkan ia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga" (Mat. 7:21). Tuhan meminta kita untuk melakukan kehendak Bapa yaitu Kasih, sebab Bapa adalah Kasih. (1 Yohanes 4:8). Bagaimana caranya mengasihi Bapa? Kasihilah sesama kita, kasihilah Gereja, kasihilah semua tanpa padang bulu. Melayani Gereja merupakan salah satu cara paling praktis dan nyata bahwa kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati kita. Dengan demikian, kaum muda telah memiliki Kristus sebagai nyawanya bagi keberlangsungan Gereja.
Maka, sobat kaum muda Gereja, marilah kita berkarya, marilah kita melayani. Sebab saat inilah kesempatan kita untuk semakin dekat dengan Tuhan. Mari ikutlah gerakan-gerekan yang disediakan Gereja untuk kaum muda: Orang Muda Katolik (OMK), Komunitas Karyawan Muda Katolik (KKMK), Legio Mariae, sebagai lektor atau pendamping SEKAMI, sebagai guru sekolah minggu, katekis, anggota paduan suara dan masih banyak lagi sarana prasarana yang diberikan Gereja untuk kaum muda. Sehingga kita kaum muda semakin merasa bahwa Gereja adalah milik kita sendiri. Sebab untuk mencintai, kita harus mulai dari diri kita sendiri. Kasihilah Gereja sama seperti kamu mencintai dirimu sendiri. Hal tersebut senada dengan sabda Kristus untuk mengasihi sesama seperti kita mencintai diri sendiri. (Mat. 22:39)
"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu." (1 Tim 4:12)