Diari Bulan September 2022

4 September 2022
Foto bersama di Depan Patung Maria Ratu Segala Suku


11 September 2022
Pergi tamasya ke negeri Jepang
Lanjut berlayar ke Nigeria
Ziarah kami di Goa Maria Pohsarang
Bersama berdoa dengan Bunda Maria

NB: Jalan-jalan ke Kediri berziarah ke Goa Maria Pohsarang.










24 September 2022
Kegiatan Live in di ... Paroki Gembala Baik Batu. Kolaborasi bersama Fr. Meko, Fr. Nero, Fr. Alex dan Fr. John. Kegiatan pendalaman Kitab Suci, doa bersama dan sharing pengalaman. Sampai jumpa di kegiatan hari esok.







25 September 2022
Berfoto bersama di kediaman bapak Thomas dan keluarga besar di Lingkungan Pesanggrahan

Foto bersama para perwakilan live-in Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang di Paroki Gembala Baik Batu Malang.

Berbicara mengenai imam diosesan seringkali dikaitkan dengan imam keuskupan. Dioses berarti keuskupan sehingga imam diosesan berarti imam yang memiliki ikatan yuridis atau pun teologis dengan gereja lokal dimana ia diinkardinasikan (dimasukkan). Hal ini dapat diartikan bahwa hidup dan karya seorang imam diosesan akan selalu berkaitan dengan uskup dan umat keuskupan setempat.

Imam diosesan tidak sama dengan kaum religius. Kaum religius adalah mereka yang mengucapkan tiga kaul kekal, yaitu selibat, kemiskinan, dan ketaatan. Sedangkan imam diosesan adalah imam yang mengucapkan tiga janji (tiga nasihat injili) kepada uskup. Ketiga janji tersebut yakni selibat, kesederhanaan, dan ketaatan. Khusus dalam perihal ketaatan, jika para imam tarekat harus menaati apa yang diperintahkan oleh provinsial tarekatnya, maka imam diosesan harus memiliki ketaatan kepada uskup yang memimpin keuskupan tempat ia berkarya. Ketaatannya tidak hanya kepadauskup yang saat itu memimpin tetapi kepada seluruh pengganti-penggantinya.




Imam dioses seringkali disandingkan dengan nama (daerah) keuskupan tempat ia berkarya. Hal ini berarti imam tersebut merupakan imam di dioses tersebut, contohnya imam diosesan Jakarta berarti imam tersebut berkarya di diosesan Jakarta. Begitu juga Keuskupan lainnya seperti Pontianak, Ketapang, Sanggah, Sintang dll. Hal lain yang perlu dicermati yakni imam suatu dioses tidak sama (dalam arti arah hidup) dengan imam diosesan lain. Mengapa? Karena arah hidup dan pelayanan pastoral imam diosesan disejalankan dengan situasi, kondisi, dan arah pastoral keuskupan tempat ia berkarya.

Seorang imam diosesan dapat dikenali dengan melihat singkatan “Pr” (dibaca projo) dibelakang namanya. Singkatan “Pr” ini berasal dari kata bahasa latin “Presbyter” yang berarti imam. Sedangkan penyebutan “projo” menunjuk pada kenyataan dunia dengan segala dinamikanya. Hal ini menjadi indikasi bahwa imam diosesan memang tidak lepas dari dinamika kehidupan konkret di dunia. Hal inilah yang memperlihatkan pula bahwa kehidupan imam diosesan berbeda dengan kehidupan imam tarekat lain.

Yuk, bergabung bersama kami, para Frater Projo.

Viva Giovanni! Viva! Viva! Viva!
Show your fire, take your desire! Terima kasih teman-teman @misdinar_batu

Kegiatan sudah selesai, syukur kepada Allah..
Kembali menjalani hidup sebagai mahasiswa 😁💪 selamat menjalani aktivitas harian kembali.. photo source: @anastagab_gaby

26 September 2022
Sampai detik ini aku mencintai panggilanku. Dalam segala suka dan dukaku, sejak masa kecil hingga saat ini, dalam kemalangan ataupun bahagia, kesadaran yang kumiliki menemukan sebuah kesimpulan bahwa di saat apapun, Tuhan ada di sampingku. Hanya seperti orang yang terisak tangis dalam keputusasaan, aku meratapi kemalangan itu sementara Tuhan kuabaikan disampingku. Seperti seorang sahabat, Dia bersabar menghadapi kebutaanku. Sampai berkali-kali Tuhan menepuk pundakku,"Aku ini, jangan takut". Dalam proses berpegangan pada tiang kapalku, ia mengulurkan tangan-Nya, menghardik badai masalahku, dan semuanya kembali tenang. Janganlah heran wahai sahabatku, hingga saat ini aku mencintai panggilanku dan menancapkan kakiku pada jejak-jejak langkah-Nya yang menuntunku ke jalan keabadian. Terima kasih Tuhan Yesusku.

Sembari menutup laptop, aku kembali pada rutinitasku.

29 September 2022
Angkatan 34 "Unity In Diversity". Dalam bahasa Sansekerta "Bhinneka Tunggal Ika". Kami terdiri dari beraneka ragam suku dan budaya, dari aneka Keuskupan serta keberagaman karakteristik di dalamnya. Justru karena perbedaan, kami semakin diperkaya dengan keunikan kami masing-masing.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar