Filosofi Sakit Gigi

Kadang ada benarnya lagu tua yang mengatakan,"Daripada sakit hati, lebih baik sakit gigi ini". Tapi bagiku sendiri, sakit gigi bukan perkara mana yang lebih baik atau yang lebih buruk. Sakit Gigi datang tanpa pernah disangka-sangka. Sekalipun kita mengira-ngira bahwa sebelum mengalami sakit gigi, makanan yang kita makan mempengaruhi rasa sakit di dalam mulut kita. Dia tak kelihatan, tapi sakitnya sudah jelas dapat dirasakan. Satu bagian yang sakit, bahkan mempengaruhi hampir seluruh bagian tubuh. Maka, ketika sakit gigi, alangkah lebih baik diam dan merenungkannya. Sakit gigi dapat membuat kita kesulitan dalam berpikir. Alih-alih sakit hati, betapa mudahnya mengobati rasa sakit di hati daripada mengobati sakit yang mempengaruhi fisik, hati, mood, dan cara berpikir ini. Tetapi dari sakit gigi, kita belajar untuk memahami penderitaan sebagai bagian dari hidup. Penderitaan takkan pernah terpisah dari hidup kita sebagai manusia. Setelah mengetahui penderitaan itu, kita akan berpikir bagaimana mencari jalan untuk menghindari derita. Namun, derita itu akan muncul suatu ketika tanpa kita sangka. Padahal sudah melakukan hal benar, tetapi derita tak juga menghilang. Dari sakit gigi ini, kita juga belajar untuk menerima penderitaan sebagai pelajaran hidup. Jika kita menderita, bersyukurlah, karena setelah mengalami penderitaan, pasti berujung pada sukacita karena kita telah sembuh, atau jika penderitaan itu hadir dalam rupa lain, maknailah penderitaan itu sebagai pembebasan jiwa dari tubuh yang fana, pembebasan duka dari sukacita yang semu, pembebasan hidup fana kepada hidup sejati. Penderitaan itu selalu membawa kita pada pelajaran hidup dan kebenaran sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar