Merenung Di Bawah Matahari Pagi

Beberapa hari ini, langit terlihat begitu terang seperti biasanya. Semacam peristiwa langka, konon katanya siang terjadi lebih awal sehingga matahari lebih cepat terbit dan juga lebih cepat terbenam. Keajaiban alam ciptaan-Nya ini juga terlalu sulit untuk ditelaah oleh otak kita manusia yang hanya beberapa gram ini. Tapi selalu ada ruang tak terbatas dalam relung hati di mana pemikiran tak mampu mencari, akal Budi tak mampu menyingkap, dan logika tak mampu mengatasinya. Misteri ilahi bukan sekedar menyingkap peristiwa inkarnasi Kristus, bukan sesederhana logika manusia menalar Tritunggal Allah yang kita sembah. Dalam satu kodrat yang kita cintai sebagai Allah itu, ketiga pribadi yang saling bekerja sama ini mencoba untuk menyelami akal Budi kita, menyelami hati nurani kita, menyelami segala macam pemaknaan manusia dalam bahasa kita sendiri. Sejauh kupandang perkembangan ilmu astronomi dalam situs Instagram NASA, sungguh luhur dan dalam aneka tata ruang galaksi dan bertaburan bintang-bintang tak bernama yang saat ini masih menjadi misteri. Bahkan lubang hitam dari kejauhanpun terlihat indah, meskipun hipotesa mengerikan atasnya belum tersingkap hingga abad Millenium ini. Kita ini hanya secuil debu yang bahkan tak berarti apa-apa jika diukur dari luasnya galaksi. Untuk menyusuri itu semua, ada milyaran bahkan tak terhingga tahun cahaya yang mengisyarakatkan suatu kemustahilan. Mungkin kita sejenak harus melepas pemikiran manusiawi, membiarkan iman kita beradu di antara akal dan nalar yang masih terbatas. Benar kata malaikat kecil yang menegur Santo Agustinus dalam perenungannya di tepian pantai,"Misteri Allah yang Maha Besar dan penuh misteri ini takkan dapat diselami oleh otak manusia yang kecil ini". Sembari menatap matahari pagi ini, aku beranjak menuju kampus tercinta untuk menggali lebih banyak inspirasi, manatahu kutemukan Tuhan lagi di setiap pemikiran-pemikiran manusia yang kecil itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar