Diari Bulan Juli 2024

 


Senin, 1 Juli 2024

Setelah melaksanakan KYD 3, kami pulang kembali menuju Ketapang. Aku bersama Frater Tommy, Frater Wendy dan suster Fabiola berangkat menggunakan Hi-Ace. Seperti biasa, dari Sunday Aku menggunakan jalur Sungai Kelik-Siduk. Sampai di Ketapang pada pukul 21.00, dengan perjalanan yang cukup panjang. 

Pagi ini, aku tidur di rumah mama. Karena cukup lelah, aku tidur pulas sehingga Pagi harinya aku bangun agak siang. 

Sore hari ini Aku berkunjung ke seminari untuk menyerahkan laporan penggunaan biaya transportasi yang dititipkan Romo Frans kepadaku. Cukup lama aku berada di sana, dan pada malam hari sekitar pukul 20.00 aku kembali ke rumah untuk beristirahat. 


Selasa, 2 Juli 2024

Pagi ini aku bangun agak siang karena tubuh cukup lelah, tetapi pada pukul 10.00, Aku mengikuti Misa di katedral dalam rangka pernikahan anak Om Jahilin dan Bu Adaria, Hengki dan Yosi. Aku menggunakan Hi-Ace untuk mengantar Fr. Tommy dan Fr. Wendy ke Katedral. Sekalian membawa barang-barang Frater Tomi yang dikirim ke Keuskupan. 

Di rumah om Jahilin, setelah Misa kami santap siang bersama. Aku bercengkrama dengan tuan rumah sembari mencicipi hidangan yang disediakan untuk kami. Turut ikut serta berkunjung ke sana ada Romo Cemis dan Romo Basri. Setelah itu, kami bersiap untuk pulang istirahat karena pada sore harinya kami akan berkunjung kembali untuk resepsi pernikahan. 

Sore harinya, aku, mama, dan adikku Jane Yolanda akan berangkat menuju resepsi karena mereka juga diundang. Tetapi aku menggunakan sepeda motor untuk berangkat bersama kedua temanku Fr. Wendy dan Fr. Ajung. Kami bertiga bersama-sama menuju gedung Pancasila. Aku berjumpa begitu banyak orang yang kenal denganku dan bersalaman serta menyapa mereka. Kemudian aku pulang dan menyuruh kedua temanku itu untuk duluan pulang ke seminari, sementara aku menemani mama dan adikku pulang ke rumah. 


Kamis, 4 Juli 2024

Pada hari ini, aku bangun pagi-pagi di rumahku. Tentu saja, meskipun mengalami pilek dan batuk, tidak serta Merta mengurangi semangatku untuk mengikuti Pastoralia tentang Teknologi Komunikasi bersama para Imam. Banyak hal baru yang akan ku peroleh dari kegiatan-kegiatan ini. Aku selalu bersemangat jika mengikuti kegiatan seperti ini. Oleh karena itu, semangatku berkobar-kobar seperti api yang menyala-nyala. 

Aku meminta izin ke ibuku untuk berangkat ke Gedung CC dan meluncur menggunakan Honda Vario punya almarhum bapak ke lokasi Pastoralia. 


Jumat, 5 Juli 2024

Ketika tiba di Tembelina, aku segera lekas istirahat itu terjadi pada tanggal 5 Juli 2024 ketika aku berangkat dari Ketapang menuju thumbelina menggunakan motor bersama Frater Tomi. Seperti biasanya, kami melewati jalan di daerah Pelang, Indotani, Sungai Melayu Rayak hingga Tembelina. Jalan yang kami lewati itu terdapat banyak titik-titik rusak yang diakibatkan oleh banyaknya roda empat besar seperti truk, tronton untuk mengangkat material-material, sawit dan lain-lain melalui jalur tersebut. Meskipun demikian, kami tiba di Tembelina dalam keadaan sehat dan selamat. Sesampainya di Paroki, kami menemui Romo Lintas dan Romo Joko.


Setelah berjumpa dengan para Romo, Aku istirahat di kamar yang biasanya aku tempati sewaktu aku masih di Tembelina dulu. Puji tuhan aku dapat tidur dengan nyenyak dan terasa sangat nyaman. 


Sabtu, 6 Juli 2024

Pagi ini merupakan bagian cerah Aku bersama Frater Ari dan juga Romo Lintas melaksanakan Misa di gereja Paroki Santo Carolus Borromeus Tembelina yang baru. Kami melaksanakan bisa di bagian pojok kiri dari sudut pandang umat, di sebelah kanan dari sudut pandang altar. Pada hari penelitian pertama ini, aku mengunjungi Pak Budi di Pengatapan. Beliau merupakan pengikat budaya dan juga seorang prodiakon Katolik. Beliau begitu banyak menjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan Nikah Kawin Jadi Suntung. Bahkan beberapa cerita seperti cerita Nek Lanjut, Rangga Sentap dan Panglima Tentemak. Setelah itu, aku pulang kembali ke Tembelina untuk istirahat. Aku dan Frater Ari akan berangkat menuju Stasi Cadangan. Frater Ari memintaku untuk membantunya memimpin ibadat Sabda dengan komuni. Pada saat pelayanan di Cadangan, hujan kemudian turun sangat deras. Aku dan Frater Ari menunggu hujan reda sembari berbincang-bincang dengan dua orang ibu yang membawa seorang anak dan juga merupakan umat di stasi Cadangan. Kebetulan di situ ada orang tua dari seminaris, pak Markus Markasi. Itu merupakan sebuah kesempatan bagiku untuk mewawancarai satu narasumber dari seorang awam dan juga budayawan. Setelah wawancara ternyata hujan reda, kami kemudian kembali ke Paroki Tembelina. Aku kemudian beristirahat dan menutup hari ini dengan penuh gembira. Pada malam ini juga, sekitar subuh, teman-teman KKN datang tetapi aku sudah terlalu lelah sehingga tidak bisa menjumpai mereka. Hari ini ku tutup dengan rasa syukur. 





Minggu, 7 Juli 2024

Pagi ini bisa hari Minggu yang dipimpin oleh Romo Lintas. Salah seorang teman KKN bernama Guido, menyapaku dan kami mengajaknya untuk Misa pagi. Sementara dua teman KKN lainnya masih belum bisa bangun karena kelelahan. Setelah Misa, aku berjumpa dengan teman-teman dari misdinar, OMK yang dahulu pernah aku berikan penyegaran rohani berupa bimbingan kepemimpinan. Selain itu, aku juga berjumpa dengan adik-adik kelas sewaktu SMA. 

Selanjutnya, pada hari Minggu siang nanti Romo Lintas berencana akan ke Ketapang untuk berobat dan juga memperbaiki mobil. Maka, sekitar pukul 10.00 aku datang ke rumah Roma Lintas yang berada di belakang pastoran untuk mewawancarai beliau dari sudut pandang Imam dalam menanggapi kebudayaan Nikah Kawin Jadi Suntung dari sudut pandang Gereja Katolik. Semua pernyataan beliau menginspirasiku dan juga beliau memberikan beberapa saran yang sangat berguna untuk memperkaya tulisan skripsiku nanti. 

Selain itu, aku juga sudah mendapatkan kontak seorang Demong adat Pesaguan di Pengatapan dari Pak Budi. Beliau bernama Apulsius Kadat. Awalnya aku dan Frater Ari mencari rumah beliau dan kesulitan. Tetapi setelah diinformasikan oleh beliau akhirnya aku berhasil tiba di rumah nya yang berada di Divisi 3 BGA. Beliau adalah sosok yang sederhana, bekerja sebagai security di perusahaan BGA. Beliau menjelaskan secara teknis adat Nikah Kawin Jadi Suntung secara detail karena memang sudah menggeluti kebudayaan ini sebagai salah satu keturunan Demong. Cukup lama kami berbincang, kami izin pamit untuk kembali pulang menuju pastoran. Tentu saja hari ini kembali Aku tutup dengan penuh rasa syukur.




Senin, 8 Juli 2024

Hari ini sasaran wawancara selanjutnya adalah Tumbang Titi. Aku akan mewawancarai Pastor Ubin. Lagi-lagi, Aku membutuhkan satu pembanding dari tokoh Imam Gereja Katolik untuk memperkaya pendalaman skripsi dari sudut pandang Gereja Katolik. Sebelum kami wawancara kami diundang di meja makan untuk Santa siang bersama. Di rumah itu ada seorang Koster yang sebelumnya ketika di KYD 3 Sandai  merupakan satu keluarga dalam kelompok ku yaitu Panus. Selain itu ada Romo Eltara dan juga Frater Panji. Setelah wawancara, kami bersantai sejenak dengan berjanji bersama di ruang tamu pastoran. Aku sebenarnya ingin singgah sebentar ke tempat Vincent, tunangan adikku. Tetapi berhubung waktu yang terlalu pendek akhirnya aku mengurungkan niat itu. Soalnya kami pulang dan kembali ke pastoran Tembelina. 

Malam harinya, kami juga sudah janjian dengan seorang Demong adat Pesaguan dari Sungai Melayu Rayak. Beliau bernama Antonius Donan, Paman dari Handoko, yang bekerja di SD Negeri 1 Sungai Melayu Rayak. Di tempat ini, aku juga mendapatkan banyak hal serta beberapa perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam adat budaya Pesaguan terkhusus Nikah Kawin Jadi Suntung yang terdapat di Sungai Melayu Rayak. Kami juga diperlihatkan dengan berbagai macam kerajinan tangan yang dibuat oleh istri kedua dari Demong Antonius Donan, kebetulan dia juga merupakan seniman kerajinan anyaman. Demong dahulu memiliki istri pertama tetapi karena sakit akhirnya meninggal dan kemudian dia menikah lagi. Malam harinya, kami makan nasi goreng di restoran Padang yang ada di sekitar situ. Setelah kenyang, kami kembali ke pastoran. Dan hari ini pun ditutup dengan penuh sukacita dan rasa syukur. 




Selasa, 9 Juli 2024

Rencananya hari ini aku akan kembali ke Ketapang, akan tetapi niat itu kuurungkan. Aku mendapatkan kabar bahwa anak perempuan dari pak Budi yang kuwawancarai sebelumnya itu meninggal dunia. Tergerak hatiku oleh belas kasihan oleh kepergian anaknya yang sewaktu kami mewawancara beliau, masih dalam keadaan sakit dan akan berobat menuju Ketapang. Namanya kematian, tidak ada satupun yang memintanya. Aku turut berduka cita karena memahami bagaimana rasa kehilangan orang yang dicintai. Tetapi aku tidak dapat membayangkan ketika orang tua melihat anaknya sendiri yang meninggal dunia. Untukku sendiri, membayangkan orang tua khususnya bapakku sendiri yang telah meninggal dunia, adalah hal yang wajar. Tetapi bagaimana orang tua melihat kematian anaknya, menurutku itu adalah sebuah pukulan yang sangat menyakitkan. Aku mengesampingkan rencanaku, dan berniat untuk datang ke Pengatapan dan melayat.

Siang harinya, aku, Romo Joko, Frater Ari bersama ketiga teman-teman KKN ingin mencari bakso. Kemudian kami berangkat menuju Sungai Melayu Rayak dan menemukan sebuah rumah makan bakso. Akan tetapi, pemilik restoran mengatakan bahwa baksonya masih dalam proses penggilingan jika ingin memesan bakso. Akhirnya kami memesan mie ayam sementara aku memesan nasi Lamongan. Ketika menu makananku sudah siap, kami di restoran menawarkan jika mie ayam yang mereka pesan, apabila mau, akan ditambahkan bakso urat besar. Aku sedikit menyesal karena telah memesan nasi Lamongan tetapi rumah Joko menawarkan aku untuk membeli lagi satu porsi bakso hanya dengan kuah. Kemudian kami makan dengan lahap. Selanjutnya kami berbelanja untuk beberapa hal atau barang yang akan digunakan oleh teman-teman KKN saat melaksanakan program kerjanya terutama pengolahan limbah sawit untuk dijadikan ekoenzim. 





Rabu, 10 Juli 2024

Pada hari ini kami berangkat menuju Sungai Melayu Rayak lagi untuk membeli perlengkapan barang untuk kami bawa ke Pegadungan. Di Pegadungan akan dilaksanakan acara ulang tahun biara OCSO di Pegadungan. Para OMK sudah berkumpul lebih dahulu untuk membuat tenda dan membersihkan sampah dedaunan dari area Goa Maria. 

Malam harinya, kami melaksanakan Misa di rumah Pak Tamen. 






Kamis, 11 Juli 2024

Ada beberapa agenda hari ini pertama pukul 10.00 Romo Joko dan kami semua akan melayat ke pengatapan sekaligus melaksanakan Misa Requiem. Setelah sampai di sana bisa dilaksanakan, selain itu ada makan adat, dan kami mengikuti semua prosesi selama berada di sana. Ketika kau berjumpa Pak Budi, aku memeluknya dan memahami betul apa yang dirasakannya saat itu. Aku juga melihat ibu nya yang begitu tabah ketika Putri yang mereka cintai harus meninggalkan mereka lebih dahulu. Setelah prosesi adat kami kemudian pulang untuk beristirahat. 

Sebelum pukul 17.00 kami sudah bersiap-siap untuk menuju Piansak. Di sini akan dilaksanakan Misa syukur Frater Tomi yang akan melaksanakan TOP di seminari. 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar