Diari Bulan November 2024

 


Selasa, 12 November 2024

Banyak aktivitas yang telah terjadi, banyak pula kegiatan-kegiatan prioritas seperti skripsi, pencarian dana pembinaan angkatan 4 juga telah digelar dalam beberapa waktu lalu melalui kegiatan penjualan kalender liturgi. Kalender liturgi ini diprakarsai oleh pengurus angkatan tingkat 4 atau angkatan 34 Unity In Diversity dengan pembimbing tingkat Romo Endi dan Romo Max. Kami semua membagi tugas-tugas kami mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga distribusi kalender dari paroki ke paroki. Selain itu, beberapa tim juga dipersiapkan khusus untuk kegiatan misa kreatif dengan paduan suara dari tingkat 4 yang sudah dipilih. Mulai dari penjualan kalender, semuanya berjalan dengan lancar, dan para umat sangat antusias dalam melakukan donasi berupa membeli kalender yang hanya seharga Rp 20.000 saja. Terima kasih atas kebaikan dari semua pihak.

Selain itu, sore harinya aku mendapatkan mandat dari Seksi Kesehatan untuk mengantarkan 5 Frater ke RSPN menggunaakn Luxio, salah satu di antaranya adalah Fr. Hans Daga, Ketua Komunitas kami. Mungkin karena cuaca yang tidak menentu, banyak Frater yang mengalami sakit. Semoga mereka semua lekas sembuh dari sakitnya.

Rabu, 13 November 2024

Aku merenungkan ayat ini,"Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang tadi? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang-orang itu?" Kemaren, saya mengantar para frater yang sakit ke RSPN bersama seksi kesehatan. Lalu saat itu, ada sebuah ranjang dorong dengan seorang nenek yang sudah tua, diinfus, diberi oksigen dan dibawa ke ruang IGD. Lalu aku menyeletuk kepada Wendi,"Nanti suatu saat, kitapun seperti itu". Peristiwa sakit mungkin tak satupun ada yang memintanya. Bahkan dahulu, ketika aku mengalami sakit TBC atau Covid, aku tidak pernah memintanya. Tapi pada akhirnya aku menjadi sembuh juga. Sejak saat itu, aku mulai menjaga kesehatan dan pola hidup. Peristiwa sakit seolah membuatku terus menerus memohon pada Tuhan seperti orang kusta yang berkata,"Yesus Tuhanku, sembuhkanlah aku!" Peristiwa sakit membuatku semakin dekat dengan Tuhan. Maka ketika aku sakit, aku akan selalu ingat Tuhan, bersyukur juga karena aku sembuh, tidak makan makanan yang mengandung kolesterol berlebihan, mengurangi nasi dll. Peristiwa sakit tidak hanya mempertobatkanku untuk selalu ingat akan Tuhan tetapi juga ketika sembuh atau sehat, aku pun harus mengingat Tuhan. Aku juga tidak memilih keadaan sakit, daripada sehat karena apa yang dikehendaki Tuhan, juga merupakan waktu bagiku untuk merenungkan kebaikan-kebaikan Tuhan atas hidupku.

Kamis, 14 November 2024

Pada hari ini, seksi studi Komunitas mengadakan kegiatan pelatihan mesin Sitasi untuk Frater Tingkat 1. Tidak seperti tahun lalu, yang menjadi pembicara aktif pada pelatihan kali ini adalah Fr. Ronald Paskalis. Sementara aku, berkeliling untuk membantu praktik pengguna mesin sitasi. Mesin sitasi ini sangat penting untuk pengerjaan tugas-tugas paper, bahkan ketika tingkat 4 nanti, mesin stasi akan terus digunakan untuk menyusun skripsi. 















.
Sabtu, 16 November 2024
Hari ini, kami diberkati dengan kesempatan untuk mengikuti Rekoleksi bersama Romo Suhar di Aula Kapel Atas, dengan tema "Berakar dalam Iman." Sebuah tema yang mengajak kami untuk merefleksikan lebih dalam tentang fondasi spiritual yang menopang hidup kami sebagai umat beriman. Melalui sesi ini, kami tidak hanya mendengarkan paparan materi yang kaya akan kebijaksanaan, tetapi juga terlibat dalam diskusi kelompok yang mendalam, membahas berbagai aspek dari Sabda Allah.

Berakar dalam Iman: Apa Artinya? Ketika kita berbicara tentang "berakar dalam iman," kita diajak untuk melihat iman bukan hanya sebagai kepercayaan yang dangkal atau hanya sekadar pengakuan verbal, tetapi sebagai sesuatu yang tertanam dalam-dalam di hati dan jiwa kita, seperti akar pohon yang menyerap air dan nutrisi dari tanah untuk tumbuh dan bertahan hidup. Iman yang berakar adalah iman yang hidup dan berbuah, yang mempengaruhi setiap aspek hidup kita — mulai dari cara kita berpikir, bertindak, hingga berinteraksi dengan sesama.

Inspirasi dan Hidup oleh Sabda Allah Melalui diskusi kelompok, kami diajak merenungkan berbagai dimensi Sabda Allah yang berperan dalam hidup kita. Sabda Allah yang kami imani bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi merupakan sumber inspirasi dan pencerahan yang memberikan makna pada hidup kita sehari-hari. Misalnya, ketika Sabda Allah memberi pencerahan, kita melihat dunia dengan cara pandang yang berbeda, lebih luas dan lebih mendalam. Pencerahan ini menuntun kita untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana dan untuk bertindak dengan kasih yang lebih tulus.

Sabda Allah sebagai Pedoman dan Arah Hidup Sabda Allah juga hadir sebagai pedoman hidup, memberi kita petunjuk tentang mana yang benar dan mana yang salah. Di dalam dunia yang penuh dengan pilihan dan kebingungan, Sabda ini bagaikan kompas yang mengarahkan langkah-langkah kita, menjauhkan kita dari jalan yang menyesatkan dan membawa kita ke arah yang benar. Ketika kita merasa tersesat atau kehilangan arah, Sabda Allah mengingatkan kita bahwa kita selalu bisa kembali pada-Nya, menemukan jalan yang membawa kita pada kedamaian dan keselamatan.

Motivasi untuk Hidup dan Sukses yang Berlandaskan Iman Sabda Allah juga memotivasi kita untuk hidup lebih bermakna dan mencapai kesuksesan yang sejati. Namun, kesuksesan yang ditawarkan oleh Sabda Allah berbeda dengan kesuksesan duniawi yang sering diukur dengan harta atau kedudukan. Sabda Allah mengajarkan bahwa sukses sejati adalah hidup dalam kehendak Allah, melayani dengan rendah hati, dan menjadi berkat bagi orang lain. Motivasi yang diberikan Sabda Allah bukanlah untuk mengejar ambisi pribadi, tetapi untuk menghidupi panggilan-Nya, berbuat kasih dan keadilan, serta menebar kebaikan di tengah dunia.

Tantangan Sabda Allah: Melawan Keserakahan dan Kesombongan Diskusi juga mengangkat sisi lain dari Sabda Allah, yaitu sebagai tantangan bagi kita. Sabda Allah tidak hanya memberi penghiburan, tetapi juga kerap kali menegur dan memperingatkan kita. Dalam dunia yang sering kali memuja keserakahan dan kesombongan, Sabda Allah mengingatkan kita untuk tetap rendah hati, untuk mengutamakan kasih dan kepedulian terhadap sesama di atas ambisi pribadi. Ini adalah tantangan yang tidak mudah, karena berarti kita harus melawan kecenderungan dunia yang sering kali menyesatkan. Namun, justru di sini iman kita diuji — apakah kita berani hidup menurut ajaran-Nya, meski itu berarti harus melawan arus budaya yang ada?

Kesimpulan: Iman yang Menguatkan dan Menopang Di akhir kegiatan rekoleksi ini, saya menyadari betapa pentingnya memiliki akar yang kuat dalam iman. Seperti pohon yang mampu bertahan dari badai karena akarnya yang dalam, begitu pula kita dipanggil untuk berakar dalam iman agar mampu menghadapi berbagai tantangan hidup. Sabda Allah yang telah kami renungkan hari ini adalah seperti air yang menyirami akar-akar iman kami, memberi kami kekuatan, penghiburan, dan motivasi untuk terus bertumbuh.

Semoga pengalaman rekoleksi ini bukan hanya menjadi momen sesaat, tetapi menjadi titik balik bagi kami untuk semakin menghidupi Sabda Allah dalam setiap aspek kehidupan. Kami diundang untuk menjadi murid Kristus yang sejati, yang tidak hanya mendengar Sabda-Nya, tetapi juga menghidupi dan mengamalkannya dengan penuh kasih dan ketulusan. Berakar dalam iman berarti hidup dalam Sabda Allah yang tidak pernah berubah, yang senantiasa menjadi pelita bagi jalan hidup kita.


Minggu, 17 November 2024
Dalam rekoleksi hari ini bersama Romo Suhar, kami diajak untuk melihat Sabda Allah dari perspektif yang berbeda, sebuah sudut pandang yang menyegarkan dan memberi makna baru. Romo Suhar menyampaikan sebuah pemahaman yang sangat mendalam: bahwa Sabda Allah, yang mungkin pada awalnya terlihat menjemukan atau membosankan, sebenarnya mengandung kekayaan yang tak ternilai, seperti sebuah fosil yang hanya dapat diapresiasi oleh seorang ahli arkeologi.

Sabda Allah: Seperti Fosil yang Tidak Dihargai Sering kali, dalam hidup kita yang sibuk dan penuh dengan gangguan duniawi, Sabda Allah tampak tidak menarik, bahkan membosankan. Membaca ayat-ayat Kitab Suci bisa terasa seperti rutinitas yang monoton atau tugas yang harus diselesaikan, bukan sebagai momen perjumpaan dengan Allah. Namun, Romo Suhar mengingatkan kami bahwa persepsi ini adalah cerminan dari kedangkalan pemahaman kami, bukan cerminan dari nilai sejati Sabda Allah itu sendiri. Seperti halnya fosil yang terlihat seperti batu biasa bagi orang awam, Sabda Allah juga bisa tampak biasa saja bagi mereka yang belum membuka hati dan pikirannya.

Melihat dengan Mata Iman Seorang arkeolog tidak melihat fosil sebagai batu biasa, karena ia memiliki pengetahuan, pemahaman, dan rasa ingin tahu yang mendalam. Ia tahu bahwa di balik tampilan luarnya yang mungkin sederhana, terdapat sejarah yang kaya, cerita yang belum terungkap, dan pengetahuan yang bisa mengubah cara kita melihat masa lalu. Demikian pula, jika kita melihat Sabda Allah dengan mata iman, kita akan menemukan bahwa setiap ayat, setiap kata, menyimpan mutiara hikmat dan pesan yang sangat berharga. Sabda Allah adalah kisah kasih Tuhan yang berkelanjutan, yang mengundang kita untuk masuk lebih dalam, untuk menggali dan menemukan kebenaran yang tersembunyi.

Dari Kebosanan Menuju Kekaguman Romo Suhar mengajak kami untuk merefleksikan bagaimana kami mendekati Sabda Allah dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kami hanya melihatnya sebagai bacaan wajib atau tradisi yang harus dijalani, ataukah kami mendekatinya dengan rasa ingin tahu seperti seorang arkeolog yang menggali fosil? Kebosanan atau kejenuhan yang kami rasakan sering kali terjadi karena kami hanya melihat permukaannya saja, tanpa mau menggali lebih dalam. Padahal, di bawah permukaan yang tampak monoton, ada kebenaran yang bisa mengubah hidup kita, ada pesan yang bisa menguatkan kita dalam masa-masa sulit, dan ada inspirasi yang bisa menyalakan kembali semangat kita.

Menggali Kekayaan Sabda Allah Menghidupi Sabda Allah berarti membiarkan diri kita menjadi seperti seorang arkeolog spiritual — berani menggali, berani mencari makna yang lebih dalam, dan tidak puas dengan pemahaman yang dangkal. Ketika kita mengambil waktu untuk merenungkan dan benar-benar memahami Sabda Allah, kita akan menemukan bahwa pesan-pesan yang awalnya tampak biasa saja ternyata memiliki kedalaman yang luar biasa. Firman yang pernah kita anggap membosankan ternyata bisa memberikan kekuatan, penghiburan, dan arah dalam hidup kita.

Misalnya, ayat-ayat tentang kasih dan pengampunan mungkin terasa klise atau biasa, tetapi ketika kita sedang berada dalam konflik atau merasa sakit hati, tiba-tiba ayat-ayat tersebut menjadi hidup, memberikan kita kekuatan untuk mengampuni dan merasakan damai. Inilah contoh bagaimana Sabda Allah yang mungkin terlihat menjemukan sebenarnya menyimpan rahmat yang tak terhingga, siap untuk ditemukan oleh hati yang mau terbuka.

Membuka Hati untuk Kejutan dari Sabda Allah Sebagaimana seorang arkeolog perlu memiliki kesabaran dan ketekunan dalam meneliti dan menggali, begitu pula kita dipanggil untuk bersabar dalam merenungkan Sabda Allah. Proses ini mungkin tidak selalu instan atau memberikan hasil yang langsung terlihat, tetapi seiring berjalannya waktu, kita akan mulai menyadari bahwa ada lapisan makna yang lebih dalam, ada pesan-pesan ilahi yang hanya bisa dipahami ketika kita membuka hati sepenuhnya dan membiarkan Roh Kudus bekerja dalam diri kita.

Kesimpulan: Menemukan Harta di Balik Kebosanan Refleksi ini membawa kami pada kesadaran baru: bahwa kebosanan yang kami rasakan terhadap Sabda Allah bukanlah masalah dari Sabda itu sendiri, melainkan cara pandang kami yang perlu diperbaharui. Seperti seorang arkeolog yang menemukan nilai pada fosil yang tidak dilihat orang lain, kami juga dipanggil untuk menemukan nilai yang tersembunyi dalam Firman Tuhan yang mungkin tampak biasa saja bagi dunia.




Selasa, 19 November 2024
Dalam pembelajaran Filsafat Modern oleh Romo Jack, aku mendapatkan sebuah pelajaran bahwa sekularisme dan sekularisasi itu berbeda jauh. Orang yang menganut paham sekularisme adalah orang yang menjauhkan paham-paham religius ke dalam dunia. Sementara sekularisasi yang dianut oleh Gereja justru mendekatkan religiusitas pada dunia. Lalu aku berada di mana? Sebagai calon imam, aku harusnya berada pada paham Gereja, bukan orang-orang yang menggunakan rasional semata untuk menyingkir Tuhan dari hal--hal sekular seperti sains dan teknologi. Sebagai seorang saintis, aku justru melihat kuasa Tuhan dalam berbagai macam teknologi. Dari kisah asali filsafat yang sangat panjang, kita bisa melihat, bahwa munculnya segala sesuatu bermuara pada penyebab-penyebab parsial. Penyebab-penyebab parsial itu memunculkan teknologi dan sains yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan ataupun kejahatan, kenapa demikian? Karena pada akhirnya itu terpusat pada manusia. Sementara dahulu, pusat pemikiran pada alam. Jika ditarik garis mundur, pemikiran dimulai dari Ada, berkembang kepada alam, lalu berkembang pada manusia, dan saat ini muncul aneka pemikiran-pemikiran modern Teisme dan Ateisme. Apakah ada kesalahan? Tidak, pemikiran manusia sejauh adalah pemikiran tanpa tujuan adalah sah-sah saja. Tetapi bagiku seorang pemegang pemikiran Teisme, yang mempelajari Teologi, terpengaruh pada aturan dan doktrin agama Katolik, pemikiran etis dan moral, sekaligus saintis. Aku lebih memilih berada di tengah-tengah, dengan imanku, memandang dunia seberang yang berlawanan dan melihat letak kebenaran dari sisi sana, tanpa peradilan, tanpa penilaian, tanpa pencerapan indera, meskipun eksistensiku sendiri mendesakku untuk memberi penilaian, aku mengabaikannya, meskipun mengabaikannya pun bukan jalan netral. Berada di tengah-tengah segala macam pemikiran itu seperti seorang bayi yang hanya melihat sekelilingnya. Sebab ketika aku menyentuh eksistensi lain di sekitarku, akan muncul pemikiran bayi: Api itu panas, air itu dingin. Berkembang dalam pemikiran remaja: Membunuh itu jahat, menolong orang itu baik. Dan pemikiran bijaksana: Aku melakukan ini dengan pertimbangan: baik atau buruk, benar atau salah. Dan pemikiran tertinggi: Yang Hanya Benar. Teknologi dan sains serta ilmu itu ada di mana? Teknologi dan Sains adalah jalan besar untuk mengenal Pemikiran Tertinggi. Di saat pengenalan akan Pemikiran Tertinggi: Yang Hanya Benar. Kita akan menemukan pemikiran-pemikiran bayi, remaja dan bijaksana. Contohnya: Kabar yang beredar di media sosial, bisa jadi itu benar atau salah (hoax), bisa jadi itu merugikan atau menguntungkan, bahkan itu pun punya tujuan bagi yang mengirim dan yang menerimanya. Kebenaran yang diterima oleh banyak orang akan melahirkan kebenaran universal yang benar-benar mengarahkan pada Pemikiran Tertinggi. Maka di manakah Tuhan sebenarnya? Tuhan ada dalam setiap hal dari kebenaran-kebenaran atau kutub-kutub positif dari setiap pemikiran entah ada dalam pemikiran bayi, pemikiran remaja dan bijaksana. Jadi, apakah Tuhan itu konsep pemikiran manusia, bisa iya dan bisa tidak, karena pemikiran manusia berasal dari Pemikiran Tertinggi (Tunggal) yang pada manusia menjadi parsial, terbagi-bagi, unik dan terus dipertanyakan. Hausnya manusia akan Pemikiran Tertinggi itu membuktikan adanya Tuhan. Bahkan seorang Ateispun yang aku pikir malahan sedang merepresentasikan ke-tiada-an Tuhan dengan pemikirannya melalui cara atau bentuk yang berbeda juga sudah membuktikan adanya Tuhan pada pemikirannya sendiri. Sederhananya, ketika aku berdebar dengan saudariku dengan mengatakan bahwa sendal ayahku ada di rak sepatu, saudariku sebagai orang lain yang melihat sendal itu sudah tidak ada di tempatnya lagi, entah dipindahkan atau apapun dan hanya ada pemikiran bahwa dia tidak melihat sendal itu ada di situ, dia sudah mempresentasikan ketiadaan sendal itu sebagai realitasnya bersama dirinya entah sendal itu dipindahkan atau hilang entah ke mana. Namun, analogi tersebut juga tidak sempurna, karena Tuhan bukanlah sendal! Bahkan ketika seorang filsuf apalagi seorang manusia sepertiku menjelaskan Tuhan dengan mudah dan gamblang saja, pemikiran ini pun masih tetap dapat dipertanyakan. Kamu semua bisa menggambarkan Tuhan dengan berbagai hal sebagai eksistensi parsial, tetapi tidak dapat serta merta menyamaratakan Tuhan dengan segala hal. Walau banyak hal memang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata dan masih terus dipertanyakan seperti black hole, peredaran planet, terbentuknya bintang-bintang, atmosfer yang memisahkan ruang hampa dan udara di bumi, semua misteri ini adalah parsial raksasa di luar pemikiran manusia yang meskipun dasyat dan luar biasa, itu bisa digambarkan sebagai bentuk eksistensi Tuhan yang sangat tak terselami. Manusia boleh memikirkan bahwa Tuhan itu "tidak ada" seperti ruang hampa? Bahkan boleh memikirkan bahwa Tuhan itu yang menyebabkan terbentuknya semesta dalam teori Big Bang, itu terlalu besar. Sesederhana punggung dan kepala belakang kita yang tak bisa kita lihat, kita mungkin tak melihatnya, tetapi kita sadar bahwa itu ada dan menjadi bagian diri kita. Lebih kecil lagi, sel yang dipelajari para ilmuwan yang terbentuk dari satu sel kemudian membelah diri menjadi jutaan sel yang membentuk jaringan, organ dan tubuh. Sungguh besar karya Tuhan kita!


Sabtu, 30 November 2024
Hari ini merupakan studi banding terakhir yang dilaksanakan oleh BPM STFT Widya Sasana Malang. Kali ini, studi banding dilaksanakan secara offline di auditorium STFT Widya Sasana Malang bersama DPM STIKes Panti Waluya Malang. Kegiatan ini berjalan dengan baik dan lancar. Teman-teman DPM STIKes begitu antusias dengan banyak sekali pertanyaan yang diajukan kepada BPM STFT. Meskipun dalam keadaan hujan deras, kami tetap melanjutkan acara dengan penuh keakraban. Ada kegiatan santap siang, lalu diskusi bersama dan diakhiri dengan sesi foto bersama.
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar