Acara wawanhati bersama bapa Uskup Ketapang..
Menjadi mencintai, itulah ungkapan Romo Armada Riyanto untuk menyebut Filsafat sebagai suatu relasi pada sesama. Ya, demikian pemikiran itu, meskipun tak tersurat tetapi tersirat bagaimana relasional tidak lah sekedar isapan jempol belaka. Kecerdasan ilahi yang digaungkan oleh Bapa Uskup, mencerminkan kebaikan tertinggi yang harusnya dimiliki, diresapi, dicintai dan dihidupi oleh seorang calon imam. Tentu, iman saja tidak cukup, melainkan rahmat. Meskipun tidak mudah, semua masing-masing terus berjuang. Terlepas dari tingkatnya, semua akan melewati masa-masa sulit, perjuangan dalam pembinaan pribadi, spiritual, intelektual, komunitas dan Pastoral. Asal tetap pada jalur yang benar, Allah tidak akan kehabisan cara untuk menunjukkan, apa sih sesungguhnya kecerdasan ilahi yang perlu dihidupi itu. Tidak perlu jauh-jauh, banyak Mistikus tidak mencarinya, tetapi Tuhan sendirilah yang turun serta memberikan rahmat-Nya dalam Wahyu pada diri masing-masing pribadi.
Minggu, 2 Maret 2025
Para Frater Giovanni dari 10 Keuskupan ikut serta dalam Training for Teen Animators "Journey to the Mission" di RR Santa Julie Billiart.
Gembira, ya, tentu saja, jauh-jauh dari Seminari, masa kan membawa semburat wajah penuh kesedihan? Ilmu-ilmu yang kami terima dalam pelatihan singkat ini sangat mengena. Duduk mendengarkan dengan memasang hati, mata tertuju pada sang narasumber, mencoba memahami, mengilhami, mengaduk idealisme, melupakan sejenak teori-teori dan terjun dalam wadah sementara, langsung terlibat, bergerak, berkata-kata, menuangkan ide dari berbagai kepala menjadi satu dalam diskusi. Melahirkan aneka kreasi di hari-hari terakhir. Gerak lagu, tidak hanya kulit luar dalam aksi, tetapi mendarah daging, meresap dalam Budi dan nurani. Inilah Aku, utuslah Aku Tuhan. Para utusan ini, walaupun tidak menyuarakan kata-kata itu, dalam setiap aksinya, aku menyadari bahwa itupun pasti digaungkan juga dalam sanubari mereka masing-masing.
Kamis, 6 Maret 2025
Misa Perdana Bapa Uskup Agustinus Tri Budi Utomo (Mgr. Didik) di Lokasi Almamater, Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang dan dihadiri beberapa perwakilan alumnus Seminari baik imam dan awam.
Begini rasanya mendengarkan suatu kesaksian yang luar biasa dari Bapa Uskup, yang juga alumni dari San Giovanni XXIII Malang. Bulu kuduk merinding, bukan suatu hal yang mistis seperti mendengar cerita horor, tetapi hal Mistik yang berkiblat pada iman Kristiani, Sabda dan Spiritualitas. Si tukang kayu, Frater Didik, pungkasnya ketika ia masih bersama Romo Tikno waktu semasih menjabat sebagai Rektor STIG. Fr. Didik ini bersama sang rektor mencoba membangun konsep kapel dalam ide-ide liarnya yang menghasilkan seni tak hanya rupa tetapi juga seni rohani. Ialah yang mencipta dalam dinding altar, plat besi berukirkan Yesus terangkat ke surga, akar semrawut yang disulap jadi meja altar, itulah karya Frater Didik, yang saat ini berdiri di hadapan karya-karya buatan tangannya bersama almarhum Mgr. Tikno kala masih melayani sebagai Rektor di zaman itu. Segala mata tertuju padanya, membakar jiwa kreativitas yang membara, aura panas membakar perasaan, dalam cahaya kesederhanaan, pengakuan, jatuh bangun, diaduk jadi satu dalam kesaksian panjang yang mengantarkan beliau pada kesempurnaan imamatnya.
Sabtu, 8 Maret 2025
Acara angkatan 34 hari ini, rekreasi ke Kolam Renang. Selain para Frater Tingkat 4, turut ikut serta Romo Max sebagai Pastor Pendamping Rohani tingkat 4. Romo Endi tidak ikut serta karena harus melaksanakan penelitian disertasi di Ketapang. Beberapa hal yang dibahas setelah melaksanakan aktivitas renang bersama yaitu Rekreasi Akhir angkatan dan cinderamata perpisahan angkatan tingkat 4. Soal rekreasi ke mana atau cinderamatanya apa, menjadi rahasia angkatan. 😄😄😄 Dencak kegembiraan bagai beriak yang menyembur saat berenang dalam gelombang air. Suara riuh kegembiraan memecah kelesuan akibat mengayuh sepeda dari Bukit Dieng menuju Rampal. Asali rencana hendak berekreasi di kolam renang Dieng, apadaya setibanya di sana harus menggigit jari karena plang bertuliskan "tutup" terpampang di depan mata tatkala kami memarkirkan sepeda pancal masing-masing. Awalnya gembira ria, tiba-tiba lesu tak berdaya. Namun dikira berputus asa, rencana berubah tatkala Kayuhan pancal berpindah dari Dieng menuju Rampal. Walaupun keluh kesah atas jarak dan waktu yang sempat terbuang, akhirnya tak mengkhianati usaha dengan segarnya air dan sensasi panas matahari yang menguap dalam kegembiraan.
Kamis, 13 Maret 2025
Hari ini aku memperbaiki komputer di Pasionis. Permalasahan kali ini window tidak mau load. Kemudian saya mencoba untuk install ulang menggunakan Rufus yang saya pinjam flashdisk nya dari Sr. Meri. Kemudian, komputer utama saya hapus dahulu partisinya melalui komputer lain.
Minggu, 16 Maret 2025
Hari ini adalah hari terakhir Rekoleksi bersama Romo Teguh, tentang bagaimana menjadi seorang Mistikus. Melihat segala sesuatu dari sudut pandang Allah. Tokoh inspirasi: Teresa dari Avilla, Teresa dari Kalkuta dan Yohanes dari Salib.
Hal yang kuperoleh dari kegiatan ini adalah insight bagaimana menjadi seorang Mistikus harus berpegang pada fondasi yaitu Sabda, Liturgi-Liturgi, dan Spiritualitas untuk membedakan pengalaman mistik yang salah (bukan mistik Kristiani)
Aksi yang hendak kukerjakan adalah lebih peka melihat segala sesuatu sebagai bagian dari rencana Allah dengan menghidupi sikap "berbuah dalam Kasih" di dalam segala tindakan, tutur kata dan pikiran ke arah yang baik.
"Pohon yang baik dapat dilihat dari buahnya"
Kamis, 20 Maret 2025
Suatu perutusan diserahkan pada 6 orang Frater dari anggota Legio Maria Presidium Bunda Segala Suku. Kupikir dengan matang, bahwa segala pekerjaanku paripurna. Skripsi sudah kelar, tugas-tugas tidak ada yang menggantung, segala hal tidak menghalangiku untuk ikut serta dalam kegiatan Aciest Legio Maria yang diadakan Senatus Malang di Paroki Batu. Dengan 3 motor dari masing-masing angkatan, kami berangkat menuju lokasi. Sembari menatap hamparan pemandangan sekeliling, diliputi perasaan sedikit kalut karena padatnya kendaraan yang melanglang buana. Dengan kehati-hatian, kami menerjang kemacetan hingga mencapai tujuan. Sesegera di tujuan, kami mengganti pakaian preman dengan jubah putih, mengenakan Kristus. Tidak ada kesempatan untuk sikap sombong, yang ada, adalah sikap rendah hati untuk membawa diri dengan sebaik mungkin, menjaga jarak demi kekudusan, melaksanakan tugas perutusan sebaik mungkin. Dalam misa, aku duduk merenungkan setiap wejangan kebenaran yang dibawakan Romo Goris SMM. Legio Maria bertujuan demi Kemuliaan Allah, dengan visi mencapai kekudusan melalui para anggotanya. Sungguh, Legio Maria bercirikan kerasulan, artinya apa yang diucapkan, sungguh-sungguh diwartakan. Tentu saja, semua diutus untuk menjadi Ibu, tidak peduli ia laki-laki atau perempuan. Seorang ibu mengandung, berarti kita berbalut dalam aneka Katekese. Melahirkan, berarti kita dibabtis untuk lahir kembali sebagai manusia Baru. Membesarkan, ibarat Gereja, keluarga Kudus tidak terbatas pada keluarga Nazareth tetapi keluarga-keluarga dalam Gereja. Wejangan ini membawa hikmat yang merasuk hingga ke akar jiwa. Teladan Bunda Maria, yang membuat seluruh bala tentara surga terdiam dan menahan nafas menunggu Jawaban "Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu itu" melahirkan sejarah keselamatan yang dapat dikecap seluruh umat manusia hingga saat ini.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar