Selasa 1 April 2025, di awal bulan April ini seluruh Romo dan Frater Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII mencanangkan agenda rutin setiap tahun. Jelang Bulan Ramadhan, karyawan-karyawati STIG yang mayoritas beragama muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri. Sesuai kesepakatan, Tim Romo Mardi dan Romo Puput bersama 6 formandinya berangkat menuju kota Batu, di mana para bapak ibu ini tinggal bersama keluarganya. Dengan mengendarai Luxio, Frater Dani menjadi sopir kami kali ini. Satu per satu rumah kami santroni, Pak Naib beserta istri dan anak-anaknya, Pak Anton beserta keluarga besar, begitu juga pak Peng bersama anak dan istri. Perjalanan panjang ini berputar dari pukul 09.00 hingga sore pukul 17.30-an. Sebenarnya ada dua rumah lagi yang juga kami santroni, yaitu kediaman Bu Tri beserta keluarga besar dan juga keluarga Pak Di. Namun kebersamaan ini lupa diabadikan 🥺. Tetap kami ucapkan dari lubuk terdalam,"Selamat Idul Fitri, Mohon maaf lahir bathin." Terutama dari saya pribadi, yang mungkin selama ini kurang berkenan baik dalam tingkah laku dan tutur kata. Semoga dimaafkan. 🙏
Jumat, 11 April 2025
Seraut wajah ramah, di sebuah rumah dekat jalan besar menuju arah kampus para Frater. Oma ini dengan lembut melambaikan ke arah kami. Dalam sebuah pertemuan, kami ber-6 sepakat berkunjung ke rumah Oma yang bernama Han ini. Sungguh perjumpaan yang sangat mengesankan, seorang Katolik yang dahulu sering melayani di Gereja. Hanya perjumpaan tuk saling mendoakan ini, yang bisa kami berikan sebagai calon Imam. Semoga selalu sehat Oma Han, terima kasih kepada Ibu Ria dan Adik Diana yang setia menemani Oma Han. Ave Maria !
Sabtu, 12 April 2025
Dari Malang, saya bersama John berangkat menuju Paroki Purbayan.
Minggu, 13 April 2025
Tugas pertama kami ketika menginjakkan kaki bersama Frater @john_lou__ ke Bumi Bengawan Solo, tepatnya di Paroki Santo Antonius Padua Purbayan, kurenungkan kembali Kisah awal Penderitaan Kristus yang dimulai dari sorak Sorai "Hosana ! Kristus Raja! Kristus Mahajaya!" Dalam sekejap mata menjadi teriakan "Enyahkanlah! Salibkan Dia!" Ranting-ranting menjadi saksi bisu drama penyaliban yang juga diratapi batu-batu yang menahan teriakannya. Mereka yang menepuk dada, menyambut Sang Raja di Gerbang Pintu Yerusalem, meratap tangis ketika turun dari Puncak Tengkorak. Betapa imannya tumbuh bagaikan biji yang jatuh di bebatuan. Dan para Muridpun, tersentak terkejut, Mesias yang ada di pikirannya, berkuasa dalam politik, menguasai dan menghancurkan penjajah Israel, harus mati di tangan bangsa-Nya sendiri. Bangsa yang Dia cintai, menyalibkan Raja-Nya sendiri. Dalam ketidaktahuan mereka, Yesus berdoa,"Ampunilah mereka ya Bapa, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan". Kita juga bagaikan mereka yang berteriak "Hosana" di saat penuh sukacita, kita juga yang mencaci Tuhan dengan berteriak "Salibkan Dia!" di saat penuh dukacita dan penderitaan. Masih pantaskah kita menyebut-Nya Tuan atas hidup kita? Atas masihkan Mesias ala pikiran kita bertahta dalam iman: harta, tahta, dunia? Bukankah Mesias sejati harus memberikan contoh iman meskipun dalam derita? Mari kita tangisi diri kita sendiri di dalam pertobatan.
Hosti telah dibagi, tentu saja, tugas belum berhenti. Diberi kesempatan untuk berbagi berkat untuk mereka "Yang dikasihi Tuhan". Ya, anak-anak adalah empunya surga, mereka datang dengan gembira dengan segala kepolosannya. Mereka berbaris dengan riang, memeluk Tuhan dalam dekapan. Pemandangan ini sungguh menyenangkan, karena bisa melihat wajah empunya Kerajaan Surga. "Berkat Kristus" bagiku juga dan bagi kalian.
Selasa, 15 April 2025
Jalan-jalan ke Kota Surakarta, singgah sebentar ke Keraton Surakarta Hadiningrat. Sayang sekali, sewaktu akan ke sana, waktunya sudah agak kesorean, jadi tidak bisa masuk ke dalam, apalagi ke Museumnya. Puji Tuhan, masih bisa berfoto bersama penjaga Keraton.
Jalan-jalan ke Kota Jakarta
Singgah sebentar membeli pepaya
Kalau jalan ke Kota Surakarta
Jangka lupa kunjung Ke Keratonnya
Jumat, 20 April 2025
Kunjung ke Biara FIC dan Biara OSF • Kemaren saya dan Fr. John mengisi waktu luang dengan mengunjungi dua biara. Satu biara Suster OSF yang tidak jauh dari Gereja Paroki St. Antonius Padua Purbayan, Surakarta . Suster OSF memiliki karya Sekolah di bawah Yayasan Mersudirini. Kami berbincang santai, melihat-lihat kolam ikan, kandang hewan dan juga kapel. Yang menerima kami saat itu, Sr. Helena OSF, Sr. Agatha SSpS, Sr. Elisabeth yang sedang melaksanakan kuliah. Setelah itu, kami beranjak ke Biara Bruder FIC. Bruder-bruder FIC ini sangat familiar bagiku karena saya sendiri alumni dari Sekolah Pangudi Luhur yang ada di Ketapang. Dan di Surakarta ini, mereka juga memiliki komunitas dan sekolah di bawah Yayasan Pangudi Luhur Surakarta. Kami melihat-lihat sekolah, kapelnya gaya peninggalan Belanda, berkeliling komplek biara dan makan siang bersama. Yang menyambut kami saat itu adalah Bruder Purwanto, Bruder Frans, dan Bruder ... Dengan berjalan kaki, kami kembali ke Pastoran.
Rabu, 23 April 2025
Camino San Giovanni XXIII Tahun 2025 • Di pagi yang cerah, burung-burung berkicau, sekelebat hasrat untuk lekas bangkit dan memuji Tuhan di hari yang baru. Melangkah dengan pasti menuju kapel dengan membawa harapan baru. Langkah inipun tak terhenti dalam doa bersama dalam Ekaristi. Perutusan suci itu dibawa pergi dalam langkah demi langkah menuju perjalanan Emaus suci di manapun kami berada. "Bukankah hati kita berkobar-kobar?" Mari, berjalan bersama Kristus dalam perenungan Emaus yang penuh semangat! Stecu.. stecu.. stelan cuek cuek Kristus.
Sabtu, 26 April 2025
Selesai sidang skripsi! Puji Tuhan!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar