Seperti yang telah kita ketahui beberapa waktu lalu, tepatnya pada tanggal 19 Desember 2014 telah diresmikannya Gereja Megah nan Indah milik Keuskupan Agung Pontianak oleh Bapak Gubernur Kalimantan Barat Dr. Cornelis,M.H. Gereja yang didesain oleh dua orang putera daerah ini mendapatkan perhatian banyak kalangan oleh karena keindahan serta kemegahannya sebagai Gereja Katolik di Pontianak. Dengan perpaduan corak budaya Dayak dan Roma, menjadi ciri khas tersendiri. Sesaat orang akan melihat bentuk bangunan berkubah dan sangat mencolok, persis seperti basilika Santo Petrus di Vatikan. Dari segala gedung yang terdapat di Pontianak, Gereja Katedral Santo Yoseph inilah salah satu ikon religius milik umat Katolik dan budaya setempat.
Menurut Bapak Gubernur Kalimantan Barat, Gereja Katolik Santo Yoseph ini bukanlah milik satu etnis saja, melainkan milik seluruh masyarakat luas. Memang, lingkungan Gereja Katolik Santo Yoseph tersebut didominasi oleh masyarakat etnis Tionghoa. Namun perlu menjadi catatan penting bagi kita semua yang penulis kutip dari sebagian kata sambutan Bapak Gubernur kita yakni Pancasila. Di mana saat ini telah terjadi berbagai macam konflik oleh karena rasis dan agama. Sejak zaman dahulu kala, konflik-konflik semacam inilah yang telah memecah belah negeri kita yang penuh dengan ragam suku dan budaya ini. Contohnya yang terjadi di Kalimantan Barat, segala macam bentuk kerusuhan telah menjadi suatu hal mengerikan bagi kita semua. Perlu dibentuk semacam cara agar konflik tidak sering terjadi.
Tidak menutup kemungkinan, bahwa Gereja baru tersebut akan menjadi sorotan publik di mana saja. Maka dalam kata penutup pada saat misa tanggal 21 Desember 2014 lalu, Bapak Gubernur mengungkapkan bahwa ribuan orang dari luar Kalimantan Barat akan berdatangan menuju Gereja Katedral Santo Yoseph yang beliau sebut juga sebagai Gereja pemersatu umat Katolik tersebut. Ada alasan mengapa beliau memilih corak Dayak untuk Gereja Katedral Santo Yoseph. Ini dikarenakan bahwa di bumi Kalimantan, orang-orang yang menganut agama Katolik lebih identik dengan sebutan orang Dayak. Namun ini tentu tidak bermaksud untuk men-Dayak-kan umat Katolik di Pontianak. Sebab kembali pada konteks awal, bahwa Gereja ini adalah milik semua umat Katolik di manapun berada. Maka dari itu, Gereja Katedral Santo Yoseph membuka pintunya lebar-lebar bagi umat Katolik di mana saja yang ingin berziarah merasakan dasyatnya keindahannya. Tidak hanya itu, Bapak Cornelis juga mengatakan bahwa Gereja kita ini membuka silaturahmi seluas-luasnya bagi saudara kita, umat non-Kristiani lainnya.
Dengan berdirinya Gereja baru, maka semangatpun harus diperbarui. Bapak Cornelis juga memberikan beberapa patah kata kepada para babtisan baru. Janganlah menjadi orang Katolik yang hanya tinggal KTP saja. Ketika telah dibabtis dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus lalu selesailah tugas kita. Karena bagi orang zaman sekarang ini, agama hanyalah sebagai formalitas belaka. Tetapi dalam kesehariannya, tidak mempraktekkan hidup keagamaannya dengan sungguh-sungguh. Contoh hal paling miris di mana orang-orang menggunakan agama untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya sendiri. Sehingga bermunculan teroris-teroris yang telah kita lihat di dalam media warta berita yang telah menghancurkan berbagai macam aspek kemanusiaan baik secara fisik hingga kerusakan psikis. Salah satu hal yang sempat disorot oleh Bapak Gubernur adalah ISIS yang telah merenggut banyak nyawa orang-orang yang tak bersalah. Melalui Gereja inilah, Bapak Gubernur menginginkan persatuan dalam ikatan iman, pengharapan dan kasih. Gereja ini menjadi ikon persatuan umat Katolik agar tetap kuat melawan tirani dengan kasih.
Misa pada hari Minggu 21 Desember 2014 ini dipimpin langsung oleh Uskup Emeritus Mgr. Heronimus Bumbun OFMCap dibantu oleh beberapa pastor salah satunya Pastor Damian,OFMCap selaku Pastor Paroki Santo Yoseph. Misa tersebut berjalan cukup lama oleh karena prosesi pembabtisan sekitar dua ratus lebih calon babtis dan sekaligus pengurapan minyak sakramen Krisma. Oleh karena antusiasme umat, maka gereja Katedral Santo Yoseph terlihat penuh bahkan beberapa umat harus berdiri oleh karena tidak mendapatkan tempat duduk. Dari awal hingga hingga persembahan pada misa diiringi oleh tarian Dayak sehingga musik tradisional begitu khas menggema di dalam gedung Katedral. Tidak lupa juga suara emas dari kelompor gabungan yang telah memeriahkan acara misa dari awal hingga akhir. Dan juga beberapa patah kata dari Bapak Gubernur Dr. Cornelis, M.H. telah memberikan semangat kepada umat. Sampai kepada penghujung misa, berkat penutup dikumandangkan langsung oleh Bapa Uskup Emeritus. Meskipun misa kali ini tergolong cukup lama, tetapi umat menerima dengan senang hati oleh karena kemeriahan misa juga kemegahan serta keindahan Gereja Tuhan kita yang telah mencuri perhatian selama misa berlangsung. Meskipun demikian, panitia pembangunan gereja masih tetap harus bekerja. Sebelum Pesta Santo Yoseph pada tanggal 19 Maret 2015 yang direncanakan menjadi final atau resminya pembangunan Gereja Katedral Santo Yoseph Pontianak.
Selamat menjelang Natal 2014 dan Tahun baru 2015, semoga Damai Kristus senantiasa menyertai kita sekeluarga. Tuhan memberkati kita. Amin. – Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya, OFS (Ordo Fransiskan Sekular)