Di tengah hiruk pikuk dunia, di antara banyak tawaran yang menggiurkan berupa harta, kekayaan, jabatan, masih ada empat gadis jelita yang dengan segenap hati mempersembahkan diri dan hidupnya untuk kerajaaan Allah dengan mengikrarkan kaul kekal dalam Congregatio Sororum Franciscalium ab Immaculata Conceptione a Beata Matre Dei yang disingkat dengan Kongregasi SFIC (Kongregasi Suster Bunda Maria Terkandung Tak Bernoda). Mereka adalah Sr. Laura SFIC, Sr. Romana V., SFIC, Sr. Victoria Kadamak, SFIC, dan Sr. Limantri, SFIC.
Perayaan Kaul kekal ini bertepatan dengan hari rayakelahiran Yohanes Pembaptis yang dirayakan oleh Gereja Katolik setiap tanggal 24 Juni.Pada tanggal 24 Juni 2015 (Kongregasi SFIC memperingati hari lahir kongregasi yang ke 171. Dan di hari yang penuh syukur iniKongregasi SFIC melahirkan 4 orang suster cantik yang mengabdikan diri sepenuhnya untuk Kerajaan Allah.
Mengawali sambutan mewakili pestawati Sr. Laura, SFIC berpantun.
“Mulia sungguh berkaul kekal
Apalagi di gereja Katedral.
Tetapi bukan alasan komersial
Melainkan jalan ke hidup kekal.”
Setelah berpantun Sr. Laura mengucapkan terima kasih kepada uskup emeritus, Mgr. Hieronimus Bumbun, OFM Cap sebagai selebran utama, pada misa perayaan Kaul kekal, para imam konselebran, pimpinan beserta dewan penasihat Kongregasi SFIC, P. Desiderius, OFM Cap, selaku pembimbing rohani menjelang persiapan kaul kekal, pembimbing yunior kongregasi SFIC,para suster, bruder, frater, dan semua umat yang hadir dalam peryaan tersebut dan semua pihak yang telah mendukung perjalanan panggilan mereka dengan cara masing-masing sampai pada perayaan kaul kekal.
Suster kelahiran Pontianak, 12 Maret 1986 ini dalam sambutannya berkisah, bahwa 6 tahun yang lalu seorang pemuda melontarkan pertanyaan yang menggoda , “Suster, mengapa suster mau menjadi suster? ‘Padahal suster kan cantik, punya bibit yang baik, tentunya karena suster itu baik”. Berhadapan dengan pertanyaan ini masing-masing suster akan memberi jawaban yang berbeda . Tersipu malu dan juga bangga karena dikatakan cantik, namun dengan penuh kesadaran sebagai seorang biarawati putri pertama dari bapak Sitom dan Ibu Anna Anyon menjawab sang pemuda,bahwa syukur pernyataan kalau dirinya cantik dilontarkan setelah beliau menjalani panggilan sebagai biarawati. Jika pernyataan itu hadir sebelumnya,mungkin suster yang merupakan putri pertama dari keempat bersaudara ini sudah menjadi milik seorang pemuda, entah siapa. Katanya lagi, “Saya bangga, saya dikatakan cantik karena saya seorang suster dalam kongregasi SFIC, dan agar saya semakin cantik maka hari ini oleh rahmat Tuhan saya bersama ke-3 Saudari, kami memberanikan diri mempersembahkan seluruh hidup untuk Tuhan dengan mengikrarkan kaul kekal. Kami berjanji untuk hidup dalam kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan seumur hidup dalam persaudaraan SFIC.
Dalam sambutannnya juga, suster yang mengawali perjalanan panggilannya sebagai postulan pada tahun 2004 ini mengucapkan terima kasih atas penyelenggaraan Tuhan melalui generasi pendahulu yakni Zr. Teresia Van Miert, Zr. Fransisca de Rody, dan Zr. Bernadina Van Hoft sebagai pendiri kongregasi SFIC.Karena melalui generasi pendahulu SFIC ada dan telah membawa SFIC menembus dunia modern ini.
Janji setia yang diucapkan adalah janji setia seumur hidup. Menyadari bahwa perjuangan hidup merupakan perjuangan seumur hidup, maka Suster yang menjalani masa pendidikan di novisiat pada tahun 2005-2007 ini mengatakan bahwa janji setia mereka tak cukup berhenti sampai di depan altar gereja Katedral St. Yosef Pontianak,dan kesetiaan mereka akan nyata teruji ketika tiba saatnya mereka bertemu dengan mempelai yang akan menyambut mereka dengan gelar sebagai SFIC. Manusia tak bisa mengukur kadar kesetiaan itu, sebab satu-satunya penguji hanya Tuhan sendiri.
Sepuluh, sebelas, bahkan dua belas tahun bukan waktu yang singkat tetapi waktu yang panjang bagi Sr. Laura,SFIC dan ketiga Saudarinya untuk mengenal, mempelajari, menimbang, memilih dan akhirnya memutuskan untuk tetap setia mengabdi Tuhan dalam persaudaraan SFIC. Beliau mengatakan perjalanan panggilan mengalami pasang surut, bahkan surut-surut, dan hampir dangkal perjalanan yang mereka lewati. Dengan nada puitis Suster yang mengucapkan kaul perdana pada tahun 2007 ini, mengatakan bahwa dalam perjalanan panggilan mereka ada pelangi tetapi ada pula hujan, ada badai tetapi ada labuhan teduh, ada hempasan ombak, tetapi dari situlah lahir seorang pelaut yang tangguh. Karena seorang pelaut tak akan menjadi pelaut yang tangguh jika ia tidak belajar bagaimana mengahadapi lautan yang mengamuk. Demikian juga seorang suster, tidak akan menjadi seorang suster yang teguh, semangat, setia, jika ia tidak menghadapi tantangan dan cobaan hidup yang menguji kesetiaanya.
Mengakhiri sambutannya suster yang menjadikan kelapa sebagai simbol hidupnya berkata bahwa mereka tidak punya daya dan usaha yang cukup untuk membalas ketulusan hati dari semua pihak yang telah mendukung perjalanan panggilan mereka. Yangdapat mereka persembahkan kepada semua saudara yang mengasihi dan mendukung mereka di jalan panggilan ini adalah kado indah dan cantik untuk dikenang namun bukan harta, bukan pula perhatian yang berlebihan tetapi mereka mempersembahkan 4 kuntum mawar indah yang dirangkai menjadi sebuah doa dan pujian kepada Ibu Maria, sebagai Bunda Allah, Bunda Geraja dan secara khusus ibu pelindung kongregasi SFIC yang mengiringi peziarahan hidup dan mati Kongregsi SFIC selama 171 tahun sejak SFIC lahir ke dunia. Dengan ajakan untuk saling mendoakan dan suara merdu ke-4 putri cantik yang melambungkan kidung indah lewat pujian kepada Maria suasana di akhir perayaan ekaristi itu menjadi khusuk dalam doa. Berdoa dan mendoakan. Semoga Tuhan yang telah menuntun ke-empat putri cantik pada pilihan hidup samapi pada putusan untuk mengikrarkan kaul kekal, menuntun pula perjuangan panggilan mereka hinga dijemput saudari maut, sebagai putri-putri SFIC.Proficiat. (Sr. Maria Olympia, KFS)
Perayaan Kaul kekal ini bertepatan dengan hari rayakelahiran Yohanes Pembaptis yang dirayakan oleh Gereja Katolik setiap tanggal 24 Juni.Pada tanggal 24 Juni 2015 (Kongregasi SFIC memperingati hari lahir kongregasi yang ke 171. Dan di hari yang penuh syukur iniKongregasi SFIC melahirkan 4 orang suster cantik yang mengabdikan diri sepenuhnya untuk Kerajaan Allah.
Mengawali sambutan mewakili pestawati Sr. Laura, SFIC berpantun.
“Mulia sungguh berkaul kekal
Apalagi di gereja Katedral.
Tetapi bukan alasan komersial
Melainkan jalan ke hidup kekal.”
Setelah berpantun Sr. Laura mengucapkan terima kasih kepada uskup emeritus, Mgr. Hieronimus Bumbun, OFM Cap sebagai selebran utama, pada misa perayaan Kaul kekal, para imam konselebran, pimpinan beserta dewan penasihat Kongregasi SFIC, P. Desiderius, OFM Cap, selaku pembimbing rohani menjelang persiapan kaul kekal, pembimbing yunior kongregasi SFIC,para suster, bruder, frater, dan semua umat yang hadir dalam peryaan tersebut dan semua pihak yang telah mendukung perjalanan panggilan mereka dengan cara masing-masing sampai pada perayaan kaul kekal.
Suster kelahiran Pontianak, 12 Maret 1986 ini dalam sambutannya berkisah, bahwa 6 tahun yang lalu seorang pemuda melontarkan pertanyaan yang menggoda , “Suster, mengapa suster mau menjadi suster? ‘Padahal suster kan cantik, punya bibit yang baik, tentunya karena suster itu baik”. Berhadapan dengan pertanyaan ini masing-masing suster akan memberi jawaban yang berbeda . Tersipu malu dan juga bangga karena dikatakan cantik, namun dengan penuh kesadaran sebagai seorang biarawati putri pertama dari bapak Sitom dan Ibu Anna Anyon menjawab sang pemuda,bahwa syukur pernyataan kalau dirinya cantik dilontarkan setelah beliau menjalani panggilan sebagai biarawati. Jika pernyataan itu hadir sebelumnya,mungkin suster yang merupakan putri pertama dari keempat bersaudara ini sudah menjadi milik seorang pemuda, entah siapa. Katanya lagi, “Saya bangga, saya dikatakan cantik karena saya seorang suster dalam kongregasi SFIC, dan agar saya semakin cantik maka hari ini oleh rahmat Tuhan saya bersama ke-3 Saudari, kami memberanikan diri mempersembahkan seluruh hidup untuk Tuhan dengan mengikrarkan kaul kekal. Kami berjanji untuk hidup dalam kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan seumur hidup dalam persaudaraan SFIC.
Dalam sambutannnya juga, suster yang mengawali perjalanan panggilannya sebagai postulan pada tahun 2004 ini mengucapkan terima kasih atas penyelenggaraan Tuhan melalui generasi pendahulu yakni Zr. Teresia Van Miert, Zr. Fransisca de Rody, dan Zr. Bernadina Van Hoft sebagai pendiri kongregasi SFIC.Karena melalui generasi pendahulu SFIC ada dan telah membawa SFIC menembus dunia modern ini.
Janji setia yang diucapkan adalah janji setia seumur hidup. Menyadari bahwa perjuangan hidup merupakan perjuangan seumur hidup, maka Suster yang menjalani masa pendidikan di novisiat pada tahun 2005-2007 ini mengatakan bahwa janji setia mereka tak cukup berhenti sampai di depan altar gereja Katedral St. Yosef Pontianak,dan kesetiaan mereka akan nyata teruji ketika tiba saatnya mereka bertemu dengan mempelai yang akan menyambut mereka dengan gelar sebagai SFIC. Manusia tak bisa mengukur kadar kesetiaan itu, sebab satu-satunya penguji hanya Tuhan sendiri.
Sepuluh, sebelas, bahkan dua belas tahun bukan waktu yang singkat tetapi waktu yang panjang bagi Sr. Laura,SFIC dan ketiga Saudarinya untuk mengenal, mempelajari, menimbang, memilih dan akhirnya memutuskan untuk tetap setia mengabdi Tuhan dalam persaudaraan SFIC. Beliau mengatakan perjalanan panggilan mengalami pasang surut, bahkan surut-surut, dan hampir dangkal perjalanan yang mereka lewati. Dengan nada puitis Suster yang mengucapkan kaul perdana pada tahun 2007 ini, mengatakan bahwa dalam perjalanan panggilan mereka ada pelangi tetapi ada pula hujan, ada badai tetapi ada labuhan teduh, ada hempasan ombak, tetapi dari situlah lahir seorang pelaut yang tangguh. Karena seorang pelaut tak akan menjadi pelaut yang tangguh jika ia tidak belajar bagaimana mengahadapi lautan yang mengamuk. Demikian juga seorang suster, tidak akan menjadi seorang suster yang teguh, semangat, setia, jika ia tidak menghadapi tantangan dan cobaan hidup yang menguji kesetiaanya.
Mengakhiri sambutannya suster yang menjadikan kelapa sebagai simbol hidupnya berkata bahwa mereka tidak punya daya dan usaha yang cukup untuk membalas ketulusan hati dari semua pihak yang telah mendukung perjalanan panggilan mereka. Yangdapat mereka persembahkan kepada semua saudara yang mengasihi dan mendukung mereka di jalan panggilan ini adalah kado indah dan cantik untuk dikenang namun bukan harta, bukan pula perhatian yang berlebihan tetapi mereka mempersembahkan 4 kuntum mawar indah yang dirangkai menjadi sebuah doa dan pujian kepada Ibu Maria, sebagai Bunda Allah, Bunda Geraja dan secara khusus ibu pelindung kongregasi SFIC yang mengiringi peziarahan hidup dan mati Kongregsi SFIC selama 171 tahun sejak SFIC lahir ke dunia. Dengan ajakan untuk saling mendoakan dan suara merdu ke-4 putri cantik yang melambungkan kidung indah lewat pujian kepada Maria suasana di akhir perayaan ekaristi itu menjadi khusuk dalam doa. Berdoa dan mendoakan. Semoga Tuhan yang telah menuntun ke-empat putri cantik pada pilihan hidup samapi pada putusan untuk mengikrarkan kaul kekal, menuntun pula perjuangan panggilan mereka hinga dijemput saudari maut, sebagai putri-putri SFIC.Proficiat. (Sr. Maria Olympia, KFS)