Membangun Keluarga Kristiani Berasarkan Nilai Rumah Panjang Yang Injili Menuju Keutuhan Ciptaan-Nya


Sobat Majalah Duta, pada pagi hari (Jumat, 14 April 2017) penulis berkunjung menuju Gereja Paroki Maria Ratu Pencinta Damai untuk menyaksikan tablo Kisah Sengsara Yesus Kristus. Mulai dari persiapan, penulis menyaksikan sendiri Pastor Paroki MRPD bersama para OMK Sto. Paskalis berdoa bersama seraya bergandengan tangan sebelum memulai tablo. Baik para tim pelaksana yakni para aktor dan juga bagian dokumentasi, tim kreatif, musik dan bersama pelatih untuk mengimplementasikan hasil dari latihan yang telah dimulai sejak masa prapaskah awal lalu.

 Ada beberapa hal yang menarik para sobat majalah duta, pengalaman suka dan duka dari para pelakon, tantangan-tantangan selama latihan, serta berbagai hambatan yang akhirnya dapat dilalui. Sehingga pada saat proses tablo, semua anggota OMK Sto. Paskalis yang terlibat dapat menampilkan secara maksimal hasil latihan mereka yang disaksikan oleh para umat MRPD. Dalam kesempatan di akhir tablo, penulis mencoba mewawancarai beberapa tokoh yang berperan penting di dalam kegiatan tablo kisah sengsara ini.

Davi Yunan – Pelatih Tablo Kisah Sengsara Kristus
 “Bagaimana kesan terhadap kegiatan tablo yang diadakan oleh OMK Sto. Paskalis MRPD ini?”
“Pertama, terharu sekali karena ini adalah pengalaman pertama saya garap drama kisah sengsaranya Yesus. Jadi ini jadi pengalaman yang campur aduk lah. Terakhir ini saya melihat pertunjukkan ini saya menjadi haru.”

“Selanjutnya, bagaimana kerja sama dari para tokoh khususnya para aktor yang berpartisipasi dalam kegiatan tablo ini?”
“Saya sangat suka semangat dari anak-anak OMK Sto. Paskalis. Karena kita tahu bahwa basic mereka bukan dari anak teather atau seni peran tapi dalam prosesnya mereka coba untuk berusaha sehingga mendapatkan hasil terbaik dan sama-sama bisa kita rasakan pada hari ini.”

“Berapa lama waktu yang dibutuhkan sehingga OMK Sto. Paskalis dapat menampilkan tablo kisah sengsara ini?”
“Kurang lebih satu bulan tapi bolong-bolong (>.<), tapi itu bukan tanpa alasan karena mereka ada yang sibuk karena ujian, ada yang kerja dengan aktivitasnya, tapi itu bisa kita maklumi dan semuanya tertutupi.”

“Apa saja kendala yang dihadapi selama latihan?”
“Kendala secara pemain tidak ada, tapi lebih ke hal-hal teknis. Misalnya bagaimana cara mendirikan salib dengan benar. Lalu memberikan efek darah. Kemudian menyusun sound agar terdengar di outdoor ini.”

“Apa pesan dan kesan untuk OMK Sto. Paskalis MRPD melalui kegiatan ini?”
Tetap semangat berproses, ibadahnya jangan lupa. Kemudian apa yang kalian lakukan pada hari ini itulah yang kalian imani. Terus tanamkan dalam hati semoga spirit dari kisah sengsara pada hari ini dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.”

Stella Destiolina Ola Tarigas – Narator dan Pelatih Vokal
 “Dalam membawa suasana tablo, mungkin bukan hal yang mudah. Apa kesan tersendiri yang dirasakan selama mengikuti latihan dan penampilan dalam tablo?
”Kesan selama proses latihan lumayan berat karena bermain bersama teman-teman yang bukan basic dari teater, dan harus mendampingi pelatih untuk melatih vokal mereka agar power suara  yang dikeluarkan besar. Selain itu karakter teman-teman berbeda-beda. Ada yang cepat menangkap dan ada yang lama. Tetapi semangat teman-teman OMK MRPD ini begitu luar biasa jadi setiap kali latihan bawaannya enjoy dan happy-happy saja meski latihannya sampai larut malam.”

“Kesulitan apa saja yang dirasakan ketika melaksanakan tugas sebagai narator?”
“Kesulitan sebagai narator, saya harus menyesuikan setiap adegan sesuai dengan teks. Menghayati tiap tulisan pengantarnya dan ikut berekspresi dalam setiap kalimat yang saya ucapkan. Harus fokus dan pandai-pandai baca keadaan di tiap adegannya.”

“Apa pesan untuk teman-teman OMK MRPD?”
“Semoga OMK MRPD tetap maju. Tetap melayani baik di dalam gereja maupun di luar. OMK Sto. Paskalis MRPD luar biasa. Puji Tuhan”

Crispina Rizky – Ketua OMK Sto. Paskalis Paroki MRPD
 “Bagaimana kesan pada kegiatan tablo pada hari ini?”
“Saya sangat puas dengan tablo kisah sengsara Yesus Kristus ini.”

“Apakah pesan yang mau disampaikan kepada umat dan juga OMK melalui tablo ini?”
“Saya berharap OMK di manapun berada mereka bisa mensiasati apa itu arti jalan salib. Saya berharap OMK di seluruh Indonesia bisa terus melayani, bersabda ke manapun mereka berada.”

“Apa saja kendala yang paling sulit pada saat mempersiapkan tablo ini?
“Kendala yang paling sulit itu adalah saat mengumpulkan teman-teman. Selain itu, kita juga sering kurang tepat waktu dalam latihan. Mungkin juga dalam kelompoknya sering terjadi masalah mempengaruhi latihan tablo ini. Jadi ada yang mood-mood-an, ada yang tidak mau latihan lagi.”

“Kegiatan apa lagi yang akan dilakukan OMK Sto. Paskalis MRPD dalam waktu dekat ini setelah kegiatan tablo ini usai dilaksanakan?”
“Kegiatannya kita masih dalam kegiatan gereja yaitu mengisi kor, minggu paskah sore. Selanjutnya, kita ada program kerja yaitu retret kepemimpinan.”

“Dalam tablo ini, anda berperan sebagai Bunda Maria Ibu Yesus. Apa saja pengalaman yang ingin anda ungkapkan pada saat menjadi Bunda Maria?”
“Saya sangat senang sebenarnya dapat peran ini tapi ada susahnya juga. Saya harus mendalami peran saya di mana saya harus menjadi seorang ibu yang sangat-sangat sedih ketika anaknya mendapatkan ketidakadilan dari orang-orang. Saya sempat mengalami kesusahan juga mendalami peran saya karena saya harus menangis terus menerus. Dan saya harus benar-benar mendapatkan feel menjadi peran Bunda Maria ini.”

RD John Rustam – Pastor Paroki Maria Ratu Pencinta Damai
 “Bagaimana kesan pastor dalam kegiatan tablo yang diperankan oleh OMK Santo Paskalis ini?”
“Kesan saya luar biasa. Orang Muda Katolik MRPD telah menunjukkan kualitas mereka dan juga kesediaan mereka untuk memberikan perhatian, memberikan pelayanan dan juga memberikan kepada umat beriman katekese hidup tentang jalan salib Tuhan Yesus dan itu baik terutama baik untuk OMK dan juga baik untuk umat yang tentu saja menyaksikannya pada hari ini yang menurut saya luar biasa ramai dibandingkan biasanya.”

“Pastor, bagaimana sebenarnya penghayatan yang konkret mengenai Jumat Agung dan Kisah Sengsara Yesus ini?”

“Jumat Agung sendiri merupakan peristiwa iman saat di mana Tuhan mengalami suatu kehidupan yang khusus artinya dari sengsara kemudian wafat di Jumat Agung ini. Tentu situasi yang harus kita bangun yang menjadi permenungan kita adalah bagaimana sengsara itu membawa kita membawa kita kepada pemahaman tentang kesetiaan. Tuhan telah menunjukkan kepada kita dengan sengsara-Nya, dengan kesetiaan pada itu dan dengan kesediaan-Nya untuk melakukan kehendak Bapa dan di situlah Paskah bermula. Kalau saya lihat jika Tuhan mengundurkan diri dari semua itu, Tuhan tidak setia tentu tidak akan ada perayaan Paskah. Itu yang patut kita bangun pada hari ini. Kita juga pada Jumat Agung ini diajak untuk merenungkan tentang salib Tuhan. Salib itu merupakan lambang penderitaan dan orang yang disalib itu adalah orang yang mati secara menderita. Dan nanti juga ada pengenangan salib atau penghormatan salib dan sebagainya. Di situ kita sebagai umat beriman Katolik diajak untuk melihat kepada salib Yesus, menghayati itu juga sebagai salib hidup kita setiap hari yang memang harus kita terima sebagai orang Katolik kendatipun kita berat atau sulit menerimanya.”

“Sesuai dengan tema Paskah di Gereja MRPD, bagaimana cara konkret membangun keluarga kristiani berdasarkan nilai rumah panjang yang injili menuju keutuhan ciptaan-Nya, Pastor?”
“Kehadiran Yesus, kesediaan Yesus menderita adalah salah satunya untuk penebusan dosa umat manusia. Dan penebusan itu terjadi tentu saja karena manusia itu sudah jatuh ke dalam dosa. Seperti yang terjadi pada masyarakat kita kita dihadapkan pada persoalan bahwa sikap hidup berkomunitas seperti yang dibangun oleh komunitas masyarakat rumah panjang pada awal itu sekarang hampir menjadi (pelan-pelan) sirna, pelan-pelan musnah, bahkan bukan lagi menjadi milik orang Kalimantan. Dan sikap itulah yang hendak dibangun dengan satu pertobatan, satu penebusan dosa. Memang kita semua sudah berdosa dengan merusak tatanan hidup sosial yang baik itu, dengan merusak alam dan lain sebagainya. Tapi kita harus sampai pada pemahaman sekarang. Yesus sudah menebus kita, Yesus sudah memberikan nyawa kepada kita, maka kita harus bangun kembali situasi yang konkret dari kebersamaan situasi rumah panjang itu pada masa sekarang. Caranya tentu saja salah satunya dengan tablo tadi, umat diajak untuk merenungkan jalan salib Yesus, banyak tokoh di sana baik itu tokoh yang menjadi penjahat besarnya. Dalam hal ini, penjahat besar itu justru bukan orang yang jahat, tetapi orang yang terhormat. Ya, katakanlah pemimpin Yahudi, ahli taurat, dan sebagainya itu adalah pemimpin yang terhormat. Tapi justru mereka jahat, merusak tatanan sosial. Kita juga melihat gambaran tentang Pilatus, pemimpin yang plin-plan, tidak mau menerima persoalan, tidak mau kehilangan simpati rakyat, tapi di samping itu kita juga figur-figur yang menolong walaupun tidak banyak. Kita harapkan umat dapat berkaca dari pengalaman ini, baik pengalaman yang jahat, pengalaman yang baik. Lalu kemudian juga melihat situasi sosial sekarang (yang jahat dan yang baik) untuk membangun komunitas yang baru. Saya harap umat MRPD dalam hal ini akhirnya menjadi suatu keluarga yang baik, besar, rukun, dan apalagi sekarang bisa dikaitkan dengan pembangunan gereja yang besar, yang baik dan bagus tujuannya adalah untuk kembali mempersatukan umat sehingga komunitas rumah panjang itu akan terbentuk. Dan planning (rencana) ke depan kami, suksesnya pembangunan gereja dengan DPP yang baru sekarang ini, kami lebih ingin menghidupkan sel-sel yang ada dalam gereja MRPD ini untuk membentuk suatu komunitas besar rumah panjang. Seperti halnya di rumah panjang itu terdapat keluarga A, B,C, D dan sebagainya, demikian pula nanti kelompok-kelompok entah itu WKRI, OMK, SEKAMI, BAPAKAT, dan masih banyak kelompok lain termasuk Santa Monika, Lansia dan sebagainya itu menjadi satu kesatuan dari rumah panjang itu yang membangun persaudaraan sejati di rumah panjang.”

“Untuk memberi semangat kepada OMK Sto. Paskalis MRPD, apa pesan yang ingin pastor ungkapkan kepada mereka?”

“Di awal tablo tadi saya ajak mereka berdoa, dan ketika berdoa saya minta mereka pegangan tangan membentuk satu lingkaran. Karena saya ingin, mereka seperti itu. Orang muda Katolik yang selalu bergandeng tangan membentuk suatu kesatuan utuh, saling memperhatikan, satu sama lain di kiri kanannya sehingga terjadi kekompakkan, dan itu yang saya harapkan. Dengan tablo hari ini, memang saya jujur belum terlalu aktif untuk pembinaan OMK di sini karena situasi dan pembangunan gereja. Tapi saya harap bahwa dengan adanya tablo ini mereka mendapatkan semangat tersendiri dan saya senang mereka sudah menunjukkan buah dari kebersamaan mereka walaupun kemaren ketika latihan sempat dikhawatirkan terjadi ini dan itu, ini sih wajah lah kalau secara manusiawi. Tetapi, dengan suksesnya tablo tadi menurut saya sudah menjadi point tersendiri. Mereka bagus, mereka baik dan mereka sungguh-sungguh. Jadi saya bisa katakan, kalau mereka sudah kompak, sering bergandeng tangan, saling memperhatikan, saling mau bekerja sama seperti ini sehingga terjadi kesuksesan pada tablo ini. Tablo ini juga sebenarnya bagian dari pencitraan, tapi sebenarnya pencintraan itu ada sisi baiknya, ada juga sisi negatifnya. Tapi paling tidak dengan melihat OMK yang seperti ini, saya harapkan bisa menggugah orang tua untuk melibatkan anaknya di OMK dan anak yang harusnya umur OMK atau yang akan masuk umur OMK bisa juga melihat sendiri sehingga tergugah untuk bergabung dengan OMK, ikut berperan dan sebagainya. Saya katakan, sekecil apapun peran terutama dalam tablo tadi, juga dalam kehidupan itu sangat berarti dan sangat berguna kalau kita mau berperan dan kita mau melakukan sesuatu. Kadang kita tidak memerlukan sesuatu yang besar untuk menjadikan semuanya baik, justru dari hal yang kecil kadang-kadang kita bisa membuat sesuatu yang baik. Satu buah kain akan menjadi indah kalau benang-benang disatukan dan dirajut dengan baik tentu saja OMK ini.”

Semoga pesan-pesan di atas dapat menggugah hati para umat dan sobat majalah duta sekalian di manapun berada. Mengingat momen kisah sengsara ini tidak terjadi setiap saat, tetapi penulis mengharapkan semangat atau spirit kisah sengsara dapat kita bawa setiap hari selama kita masih hidup. Karena dengan memikul salib, dengan merasakan penderitaan Kristus, kita menjadi peka dalam menanggapi berbagai macam persoalan sosial yang ada di sekitar kita sehingga komunitas rumah panjang sebagaimana diungkapkan oleh RD John Rustam dapat lestari di manapun berada. Selamat menjelang Paskah para sobat majalah duta, Tuhan memberkati kita semua. (Fransesco Agnes Ranubaya, OFS)