Setelah istirahat, saya berkemas-kemas karena saya harus diisolasi mandiri. Dan saya ditempatkan bersama Romo El Tara di satu rumah namun berbeda ruang, rumah yang ada di kompleks Bina Utama Paya Kumang. Setiap hari makanan disupply dari Seminari. Fasilitas sedikit demi sedikit dilengkapi. Saya mendapatkan obat dan diminum rutin sesuai anjuran dokter. Obatnya adalah Paracetamol tablet, Azitromycin 500 mg, Cetirizine 10 Mg, Hi-D 1000, Zegavit Kaplet, dan Acetylcysteine.
Setelah minum obat dan beristirahat, saya mengalami hal aneh. Indera penciuman saya menghilang dan jika mencium bau-bau tajam seperti parfum, pasta gigi (Close up) dan shampo seperti tercium bau plitur/pernis yang tajam sekali.
8 Januari jam 09.00, saya dan Romo El Tara dijemput dengan Ambulan untuk melakukan test SWAB PCR. Prosesnya sama persis dengan test SWAB Antigen yaitu dengan mencolokkan stick ke dalam lubang hidung. Tidak sampai 1 menit. Kamipun diantat kembali pulang ke rumah isolasi kami.
Setelah tidur siang, saya mengalami hal aneh lagi. Sore saya memperhatikan tangan saya penuh dengan ruam-ruam merah seperti kena biang keringat. Dan kalau ruam itu disentuh, rasanya agak nyeri dan kulit terasa lebih sensitif, ditekan agal sakit. Hari ini walau tidak seperti hari kemaren, batuk dan pilek sudah agak berkurang. Penciman masih belum pulih, selera makan agak menurun tapi saya paksakan supaya tidak drop. Rasa makanan terasa agak sedikit hambar walau masih terasa di lidah. Sekali lagi, semua saya bawa dalam doa. Tidak ada gunanya berputus asa, yang diperlukan saat ini adalah ketenangan dan tetap optimis. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar